Sembilan

355 23 1
                                    

New Character Unlock
(Anais Deangelo)

New Character Unlock(Alaric Deangelo)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

New Character Unlock
(Alaric Deangelo)

New Character Unlock(Alaric Deangelo)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*٬ ۫ ֢ ᛃ ࣪˖ Chapter 9 ٬ ۫ ֢ ᛃ ࣪˖*

'Tok...tok...tok'

"Masuk," balas Killian dari dalam ruang kerjanya.

Risa membuka pintu ruang kerja itu dan masuk ke dalam ruang kerja ayahnya.

"Pah, Risa boleh minta sesuatu dari papa?" tanya Risa.
"Mau minta apa hmm?" tanya balik Killian sambil meletakkan dokumen yang ia pegang dan menatap Risa.
"Risa mau pindah sekolah sama pindah ke apartemen," jawab Risa sambil menunduk dan meremas ujung baju yang dikenakannya.
"Memangnya kenapa dengan sekolah lamamu?" tanya Killian.
"Untuk sekarang Risa gak bisa kasih tau alasannya kenapa Risa minta pindah sekolah sama pindah ke apartemen," balas Risa.
"Kalo gitu papa gak bisa ngabulin permintaan kamu," timpal Killian.

"Risa mohon pah, Risa udah gak kuat sekolah di sana, papa bakal tau sendiri kenapa Risa minta hal itu ke papa," mohon Risa sambil menangis.

Killian yang melihat Risa menangis langsung panik sebab selama ini Risa jarang sekali menangis. Tanpa pikir panjang dia langsung berlari dan memeluk anak gadisnya itu.

"Anak gadis papa jangan nangis ya, papa bakal kabulin permintaan kamu sayang," kata Killian sambil menenangkan Risa.

Mendengar itu Risa tersenyum senang dibalik punggung Killian, ternyata semudah ini meminta sesuatu kepada Papa nya Risa.

"Janji kan pah?" tanya Risa.
"Iya janji," balas Killian.
"Yeay, yaudah Risa mau ke Mama dulu," balas Risa lalu melepaskan pelukan Killian dan berlari keluar dari ruang kerja Killian.

Tak terasa sekarang adalah waktunya makan malam bersama keluarga Atlas, sedari tadi Risa duduk di depan meja riasnya sambil memperagakan akting yang akan ia tunjukkan di acara nanti malam.

"Akhirnya penantian gue tiba," monolog Risa sambil menoleh ke samping dan menopang sebelah wajahnya menggunakan tangan kanan.

Dia kemudian menatap tajam ke arah cermin.

"Dikira gue bakal tinggal diam setelah apa yang kalian lakuin ke gue, ngimpi," monolog Risa lalu berdiri dari duduknya dan mengambil salah satu lip cream nya.

Dia mendekatkan wajahnya ke arah cermin dan mengaplikasikan lip cream nya dengan sangat telaten.

"I'm ready for revenge, loser," monolog Risa lalu berjalan keluar dari kamarnya setelah mengambil tas yang sudah berisi hal-hal terkait rencana tersebut.
"Lama banget dandannya, ayo cepat masuk ke mobil!" suruh Karin ketika melihat anaknya itu turun dari tangga.

Akhirnya mobil yang mereka bertiga tumpangi melaju membelah jalanan menuju Goldietta Restaurant, Oliver dan Seb sudah jalan terlebih dahulu menggunakan mobil mereka masing-masing.

Sesampainya di Restaurant dia langsung berjalan menuju meja yang sudah di pesan terlebih dahulu bersama kedua orangtuanya. Meja yang mereka pesan berada di dalam sebuah ruangan yang mereka pesan secara private untuk mereka semua.

"Aduh cantik banget calon menantuku," puji Anais ketika melihat Risa yang berjalan mendekat ke arah meja yang sudah terdapat Alaric, Anais, Atlas, Oliver, dan Sebastian.
"Tante juga tambah cantik aja," puji balik Risa.

Hidangan mulai disajikan dan mereka semua menyantap hidangan itu dengan tenang, sedari awal Risa hanya memasang wajah sedih, murung dan gugup dan itu semua adalah akting agar orang-orang khawatir kepadanya.

"Daritadi Tante liat kamu murung terus, kamu punya masalah?" tanya Anais ketika mereka semua selesai manyantap makanan yang dihidangkan.
"Nggak papa kok Tan," balas Risa sambil berusaha tersenyum.
"Coba cerita sini," bujuk Anais.

Risa menghela napasnya dan menundukkan kepalanya.

"Risa mau batalin pertunangan Risa sama Atlas," ucap Risa sambil menunduk membuat semua yang ada di meja itu terdiam.
"Kamu kenapa bilang begitu sayang? Atlas yang maksa kamu buat bicara kayak gini?" tanya Anais memecah keheningan yang sempat terjadi.
"Bukan begitu Tan, Risa cuma gak mau ganggu hubungan Atlas sama pacarnya," balas Risa sambil menatap wajah Anais.
"Atlas bisa jelasin ke bunda apa maksudnya Risa? Kamu ngeduain Risa?" tanya Anais menahan emosi.

Atlas terdiam, tidak ia sangka Risa akan berbuat seperti ini di makan malam minggu ini. Padahal selama ini Risa tidak pernah mengadukan apapun tentang nya kepada bundanya.

"ATLAS!" teriak Anais.
"Iya mah, Atlas punya pacar di sekolah, Atlas juga dari awal gak suka sama pertunangan ini, apalagi ketika melihat Risa selalu nge-bully pacar Atlas," balas Atlas.
"Aku gak pernah bully pacar kamu, aku cuma peringatin dia buat jauhin kamu doang," sangkal Risa.
"Peringatin sampe bikin dia masuk UKS terus?" balas Atlas.
"Emang kamu punya buktinya?" tanya Risa sengit.
"Semua orang juga tau kalau lo slalu ngebully Hailey," celetuk Sebastian.
"Emang mereka ngeliat sendiri aku ngebully Hailey? Mereka cuma nyebar gosip yang gak bener buat ngerusak nama baik aku," balas Risa.

"Kalian liat sendiri kan Pa, Ma, Om, Tante? Gara-gara hal itu Risa di jauhin sama seluruh murid di sekolah kecuali sahabat Risa, padahal Risa gak ngelakuin hal yang salah. Mereka bahkan lebih percaya sama Hailey daripada Risa, bahkan tanpa pikir panjang mereka main tangan sama Risa cuma gara-gara cewek itu," jelas Risa sambil menahan tangis.
"Gak usah drama lo, kalo bukan karena lo ngebully Hailey kita gak bakal ngelakuin hal yang kasar ke lo," kata Oliver.
"Udah beberapa kali gue bilang gue gak ngebully Hailey, dia nya aja yang terlalu murahan sampe-sampe gak ngehirauin ancaman gue, emang salah kalo gue berusaha melindungi apa yang seharusnya menjadi hak gue?!" kesal Risa sambil menangis.

"Risa mohon batalin pertunangan ini, Risa udah capek disiksa fisik dan batin sama mereka bertiga," mohon Risa.
"Sayang kita bisa bicarain ini baik-baik ya, jangan ambil keputusan sepihak," balas Anais.

Risa mengambil handphone nya dan memperlihatkan video bukti-bukti dimana dia disakiti secara fisik dan batin oleh mereka bertiga.

Karin sampai menutup mulutnya menggunakan kedua tangan saking shock nya ketika mendengar perkataan Oliver yang mendoakan Risa mati ketika masih di kandungan nya. Killian dan Alaric mengepalkan tangan ketika melihat anaknya itu menampar pipi Risa, padahal mereka berdua tidak pernah sekalipun bermain tangan kepada Risa yang notabenya anak kesayangan mereka berdua, bahkan mereka tidak pernah sekalipun membentak gadis itu. Tidak terbayang betapa murkanya mereka ketika anak yang mereka sayangi diperlakukan seperti itu oleh anak lelaki mereka sendiri.

"Atlas bunda sangat kecewa sama kamu," ucap Anais sambil menatap anak laki-laki nya dengan pandangan kecewa.
"Puas lo ngaduin kita!" marah Sebastian.
"SEBASTIAN!" teriak Killian.

Karin sudah memeluk Risa yang sedari tadi tidak berhenti menangis, dia merasa gagal mendidik kedua anak laki-laki nya itu.

"Kalian benar-benar keterlaluan, cuma gara-gara gadis yang gak ada hubungan darah sama kalian, kalian berdua sampe berbuat hal mengerikan itu ke adik kandung kalian?" heran Karin sambil menatap kedua anak laki-laki nya yang dulu sangat ia banggakan.
"Pa kita pulang," perintah Karin sambil terus memeluk Risa keluar dari ruangan itu.
"Atlas kamu benar-benar malu-maluin ayah sekarang," ucap Alaric lalu menarik istrinya keluar dari ruangan itu.

When The Antagonist Wants To Live In PeaceWhere stories live. Discover now