24. Ahmad Arkanza Davendra

48 10 13
                                    

Malam pergantian tahun, malam bertaburan kembang api di langit. Sebuah mobil memasuki area padepokan, mobil tersebut milik seorang pemuda yang notabennya sudah menjadi menantu Hafizh Ramadhan.

"Assalamu'alaikum,"

"Waalaikumsalam," seorang gadis menyodorkan tangannya, berniat menjabat tangan pemuda didepannya.

"Udah ahli nih ye," kekeh pemuda tersebut.

"Kakak bawa apa?" tanyanya ramah.

"Bawa beberapa makanan buat barbeque nanti, aku juga ajak Jeno sama Adrian," Mala melongok dan mendapati dua orang dibelakang Arkan.

"Ya udah, yuk masuk dulu," Arkan dan kedua temannya mengangguk. Mereka duduk di sebuah sofa dan meletakan semua bawaan mereka dimeja.

"Mau minum apa?"

"Teh manis aja," sela Arkan sebelum saat Adrian hendak menjawab.

"Sebentar,"

"Bini lo cakep, Ar,"

"Emang,"

"Kapan lo halalin Mala secara resmi?"

"Tanggal 28 Maret tahun ini, tunggu aja," balas Arkan enteng. Ia sudah mempunyai modal yang cukup untuk mengadakan pernikahan secara besar-besaran. Uangnya sendiri, bukan uang orang tuanya. Jangan ditanyakan dari mana uangnya, tentunya hasil bekerja separuh waktunya.

"Makasih, Mala," ucap Adrian ramah. Ia bahkan tersenyum kearah Mala.

"Anjing!" sentak Adrian saat kakinya diinjak dengan keras oleh Arkan.

"Tatapan lo biasa aja bisa kan?" tanya Arkan.

"Iye bos, maap," Mala tersenyum sekilas dan pamit menuju kamar.

"Kalian kedepan dulu gih, bagi sama anak lain," mereka mengangguk. Setelah kedua temannya pergi, pelan-pelan Arkan mendekati pintu kamar Mala dan perlahan membukanya, ia hanya ingin berbaring sebentar.

"Assalamu'alaikum," lirih Arkan.

"Waalaikumsalam," balas Mala, ia tengah membersihkan tempat tidur.

"Kenapa, kak?"

"Pengen tidur," Mala tersenyum. Ia mendudukkan diri disisi tempat tidur.

"Sini kak, sepatunya dilepas dulu," ucap Mala. Dengan senang hati, Arkan menuruti perintah Mala. Ia berbaring dipangkuan Mala. Matanya mulai terpejam, menikmati usapan lembut dikepalanya. Diam-diam, Mala memperhatikan wajah Arkan dengan seksama, tak buruk. Wajah tampannya yang mampu membuat wanita jatuh hati, dari pahatan wajahnya, Arkan adalah orang yang tegas dan cuek. Namun, hal itulah yang membuat sisi popularitas nya meningkat.

"Aku ganteng ya?" tanya Arkan yang tiba-tiba membuka matanya.

"Bi-biasa aja," ketus Mala seraya memalingkan wajah. Arkan terkekeh pelan.

"Ngaku aja,"

"Geer,"

"Udahlah, mau tidur lagi, biar diliatin sama mba istri," ucap Arkan, lebih tepatnya menggoda istrinya. Mala tersenyum tipis, Arkan bisa melihat itu. Sedikit demi sedikit ia membuka matanya.

"Tuh kan liatin,"

"E-engga,"

"Utututu, cantik banget, istrinya siapa sih," goda Arkan.

*:..。o○ ○o。..:*

Usapan lembut dengan derai air mata, hanya itu yang bisa Mala lakukan hari ini. Ia berharap suaminya cepat sadar dan kembali menggoda nya seperti sebelumnya.

"Kapan bangun? Ga kangen Mala?"

"Mala sendirian tau, ga ada yang ganggu Mala, godain Mala. Pengen deh jalan bareng lagi," percuma, tak akan ada jawaban dari lawan bicaranya. Arkan masih setia memejamkan matanya. Mala kembali hadir setelah membersihkan diri dan menghilangkan amarah nya terhadap Andreas.

Ingin mengenal Andreas?

Andreas Victorious, lelaki yang mirip dengan Arkanza Davendra. Hanya sekilas, jika dilihat dengan seksama, maka akan ada perbedaan di keduanya. Arkan mempunyai pahatan wajah yang terkesan tegas, sedangkan Andreas terkesan sedikit baby face dengan kulit putihnya. Jika disandingkan, Andreas akan terlihat lebih putih dari Arkan.

Andreas dan Arkan pernah tanpa sengaja bertemu. Hal ini membuat ide konyol Arkan muncul. Arkan meminta Andreas berpura-pura menjadi dirinya lalu mendekati Rinjani, dengan begitu Arkan akan lepas dari wanita menyebalkan itu. Dan yang mendonorkan sumsum tulang belakang untuk Arkan adalah Andreas. Ntahlah, hati Andreas bergerak untuk melakukan hal itu.

"Buruan bangun ya, bentar lagi, Zani lahir, masa ga ditemenin abi nya?" sebelum meninggalkan suaminya, Mala mengecup kening Arkan lama. Ia merindukan lelaki yang tengah terbaring tanpa ada pergerakan sedikitpun.

"Love you," lirih Mala tepat di telinga Arkan. Perlahan, tangan yang tadinya terdiam, kini bergerak. Mata yang tadinya terpejam, kini perlahan membuka.

"K-kak?" panggil Mala.

"M-mala?" senyuman terbit diwajah Mala. Akhirnya, Arkan kembali membuka matanya.

"Mala panggil dokter dulu ya," Arkan menggeleng pelan. Tangannya perlahan menggenggam tangan Mala. Senyuman tipis terlihat di wajahnya.

"Kakak, pamit ya," lirihnya. Mala menggeleng, ia belum siap jika harus ditinggal.

"Jangan sekarang, kak,"

"Tugas kakak sudah selesai, sehat-sehat ya, love you to," lirih Arkan sebelum kembali menutup matanya.

Tutttt

Alat pendeteksi jantung mendadak memperlihatkan garis. Mala membulatkan matanya. Ia tak mau Arkan pergi sekarang, ia ingin menghabiskan harinya bersama Arkan lebih lama lagi.

"Kak, bangun, jangan sekarang,"

"Dokter! Suster!" teriak Mala. Fajri yang melihat hal tersebut langsung mendekati Mala dan membawa keluar ICU, membiarkan tenaga medis untuk memeriksa keadaan putranya.

"Percaya sama ayah, Arkan akan baik-baik aja," ucap Fajri mencoba menenangkan menantunya.











Siapa yang kemaren pengen Arkan pulang?

Pulang ke rahmatullah 🌝 ~ Arkan

AA Davendra 2 [End]Where stories live. Discover now