18. Ahmad Arkanza Davendra

39 11 6
                                    

"Ka-kak Arkan?"

"Hai, temanmu babe?" tanya pemuda yang sudah merangkul Rinjani.

"Ah, bukan, hanya sampah masyarakat,"

"Tidak boleh seperti itu. Perkenalkan, saya Arkanza, kalian siapa?" ucap pemuda tersebut sambil mengedipkan mata, mengisyaratkan sesuatu. Mala yang paham itu, menyatukan kedua tangannya didepan dada.

"Nirmala, mereka sepupuku, Alya dan Lina,"

"Kak," Alya meminta Lina diam.

"Suamimu kemana?"

"Ah, dia sedang ke Singapura membantu ayahnya," balas Mala. Sambil memperhatikan mata yang nampaknya memberi sebuah isyarat.

"Senang bertemu dengan anda, kami permisi," Mala mengangguk dan memberi Rinjani dan Arkanza jalan.

"Kak, kenapa kakak diam aja?"

"Dia bukan Kak Arkan,"

"Tapi, Mal-"

"Percaya sama Mala. Kak Arkan lagi dirumah sakit," lirihnya.

"Rumah sakit? Bukannya ikut ayah?"

"Do'ain Kak Arkan ya, biar cepet sembuh dan jangan kasih tau bunda,"

"Oke,"

*:..。o○ ○o。..:*

Kini, mentari semakin meninggi. Usia kandungannya sudah menginjak 5 bulan. 4 bulan lagi ia akan menimang buah hati. Ia membuka buku dairy nya. Ia akan mencurahkan semuanya didalam buku itu.

Dari Nirmala Untuk Arkanza

Assalamu'alaikum abii
Bi, kapan bangunnya? Minggu depan mau cek perkembangan Zani loh. Abi ga pengen liat Zani?
Bi, maafin umi ya, umi ga ada disamping abi. Padahal, abi lagi berjuang.
Bi, tadi pagi, umi ketemu sama seseorang yang mirip banget sama abi. Dia bilang, mau ngobrol sama umi tapi malam ini, Terima jangan?
Terima deh, minta temenin Achaz, ga papa kan bi?
Abi, umi kangen banget sama abi. Cepet bangun ya, biar bisa sama-sama lagi.
Love you buat Abi Arkanza

Mala menutup bukunya. Setidaknya mengurangi rasa rindunya. Ia mengambil ponselnya untuk menghubungi Achaz. Mala tersenyum kala Achaz mau menemaninya malam ini. Ponselnya kembali berdering, panggilan masuk dari Jeno.

"Halo, kenapa kak?"

"Arkan masuk RS?"

"I-iya,"

"Kenapa?"

"Ga tau, Mala udah di pesenin kakak kalau dapet berita itu, ga usah nengokin,"

"Dimana?"

"Biasa,"

"Gue kesana, ntar gue bantu update'in,"

"Makasih kak,"

"Banyak yang sayang abimu nak,"

Waktu berlalu. Kini waktu menunjukkan pukul 8 malam. Achaz sudah berada didepan rumah, siap mengantarkan ibu negara. Tentunya, atas izin Raya.

Mobil Achaz mulai melaju dengan kecepatan sedang. Tujuan mereka adalah taman, tempat yang Arkanza janjikan. Ntahlah, itu beneran Arkanza Davendra atau Arkanza yang lain.

"Malam,"

"Malam, hai, siapa dia?"

"Gue Achaz,"

"Oh, silahkan duduk,"

"Lo Arkanza Davendra?"

"Bukan,"

"Lalu?" pemuda tersebut menyeringai.

*:..。o○ ○o。..:*

"Bang," Fajri bangkit dari duduknya. Darimana kedua teman anaknya tau.

"Kita tau dari Mala," ucap Jeno.

"Mala?"

"Gimana keadaan Arkan?"

"Sedikit ada perkembangan,"

"Sakit apa?"

"Jantung, bawaan lahir. Tapi untungnya operasi berjalan lancar dan alhamdulillah, Arkan selamat. Ya walaupun masih kritis,"

"Kak Raya dan yang lain tau?" Fajri menggeleng.

"Cuma gue yang tau,"

"Kita bantu jaga ya bang," Fajri hanya mengangguk pelan. Ingin rasanya pulang, tapi, jawaban apa yang harus ia lontarkan kepada Raya? Jauh didalam hatinya, ia merasakan sakit yang begitu dalam. Bagaimana tidak, anak laki-laki tengah berjuang didalam sana. Ia akui, kalau Arkan adalah anak yang kuat.

Sejak kecelakaan itu, dimana ia dan Raya harus kehilangan Baby RF, rahim Raya mengalami sedikit masalah. Fajri sudah siap dengan resikonya dan akan ia tanggung sendiri. Seperti yang ia lakukan saat anak kedua mereka lahir, yang ia ganti dengan Lina. Ah, memang tidak berakal. Setidaknya membuat istri bahagia.

"Ar, bangun, kita masih butuh lo,"

"Arkanza, gue bakal jadi orang yang paling kecewa sama lo, kalau lo nyerah sekarang, lo panutan kita semua Ar. Lo yang perlahan nuntun gue,"

"Nangis lo berdua?"

"E-engga, mana ada seorang Adrian nangis,"

"Iya gue nangis," jawaban yang berbeda keluarga dari mulut keduanya.

"Bang, gue boleh kecewa ga sih sama Arkan?"

"Boleh, emang apa yang buat lo kecewa?"

"Arkan janji sama kita buat jaga Rexsan sama-sama, jadiin Rexsan rumah, tapi dia ingkari semuanya. Kalau kita rumah, kenapa dia ga pernah cerita?"

"Lo boleh kecewa sama Arkan, tapi jangan jauhin dia ya, dia masih butuh kalian,"

"Pasti,"











Cie yang makin bingung sama alurnya

Gue yang bukan readers aja bingung mak ~ Arkan

Lah, saya juga bingung, kok bisa gini

AA Davendra 2 [End]Where stories live. Discover now