7. Ahmad Arkanza Davendra

67 13 1
                                    

Hari ini, Arkan mempunyai rencana untuk pergi ke markas dengan membawa Mala. Satu, untuk menjalankan balas dendam nya, eum maksudnya memberi pelajaran kepada El cs. Kedua, melindungi Mala dan calon anaknya dari, ntah lah siapa. Ketiga, menyalurkan rasa rindunya. Gini-gini dia masih bucin sama Mala.

"Tumben," ucap Jeno.

"Udah akur?"

"Bacot kalian,"

"Santai bos, oh ya dapet surat cinta dari ga tau siapa pengirimnya," ucap Boy sambil memberikan sebuah surat.

Arkanza
Gue akan singkirin anak dan istri lo, supaya kita bisa bersatu. Seperti yang kita impikan dulu

Arkan menyeringai. Sepertinya ia tau siapa pelakunya. Ia meremas surat tersebut dan melemparkannya ke arah Jeno.

"Mantan lo," ucapnya.

"Dua anak, beliin cemilan sama minuman yang aman buat bumil and sama biasa lah," ucap Arkan.

"Kaga ada biasa-biasa, gue gibeng lo kalau mabok lagi," kesal Jeno. Semalam ia mendapat teguran dari Boim.

"Buruan!" dua anak langsung meninggalkan area markas. Berhubung ini jam sekolah, jadi hanya beberapa anak saja yang terlihat.

"Kakak mabok?"

"Iya," balas Arkan santai, ia sedikit menjauh dari Mala, karena ingin menyalakan satu batang rokok.

"Jangan ngrokok," ucap Mala sambil menempis rokok yang tengah dinyalakan. Alhasil tangannya sedikit  tersulut api.

"Panas ga?" Mala menggeleng pelan.

"Sejak kapan mabuk?" tanya Mala sambil merebut bungkus rokok beserta koreknya.

"Sejak hari itu, hari dimana seharusnya gue bahagia nambah umur. Tapi, lo buat gue kecewa," Arkan menatap Mala teduh, namun yang ditatap hanya bisa menunduk.

"Mungkin yang di bilang Bang Vino ada benernya, gue terlalu lebay. Tapi, kalian tau ga abi sama umi sempet adu mulut sama bunda, bahkan umi cap gue sebagai berandalan didepan bunda, didepan orang yang udah ngelahirin gue. Salah gue marah, gue kecewa sama kalian? Perjuangan gue cari lo, kalian anggep apa? Main-main?" kalimat yang keluar dari mulut Arkan sukses membuat air mata Mala jatuh. Ia tak tau jika kedua orang tuanya menemui Arkan.

"Boleh gue ikut bicara?" tanya Jeno. Arkan mengangguk dan menyandarkan tubuhnya.

"Sorry, Mal, bukannya gue mojokin lo atau apalah itu. Gue cuma mau cerita aja, perjuangan Arkan buat nyari lo itu ga mudah. 200 anggota Rexsan dia kerahkan buat nyari lo keliling Jawa. Bahkan, dia pake anak buah Bang Fajri buat dikirim seluruh Indonesia, cuma buat nyari lo. Dan asal lo tau, setelah orang tua lo nemuin Arkan, Arkan sama sekali ga keliatan batang hidungnya. Dia ngurung di kamar, sesayang itu dia sama lo," Jeno menghela napas sejenak. Sebenarnya, ia tak ingin bicara masalah ini, apalagi ikut campur terlalu dalam.

"Satu lagi, Arkan hampir mau pake narkoba cuma gara-gara ga bisa nemuin lo selama seminggu lebih dia nyari," mendengar kata narkoba, Mala langsung menatap Arkan. Yang ditatap hanya mengangguk.

"Umi bilang, gue berandalan, gue harus buktiin itu dong," balas Arkan santai.

"Kak, rasa kecewa bisa di lampiaskan ke hal-hal positif, ga harus negatif,"

"Semua itu menurut gue positif, selama ga nidurin anak orang,"

"Kenapa? Lo mau marah? Silahkan, Mal. Gue masih keliatan manja sama lo, bucin sama lo, itu karena rasa cinta gue besar. Tapi, buat jadi Arkan yang dulu gue ga bisa. Arkan yang selalu panik kalau Mala marah, Arkan yang selalu berusaha biar Mala senyum, Arkan yang selalu childish didepan Mala, hal itu ga akan lo temui didiri gue sekarang, karena apa? Karena rasa kekecewaan itu," Arkan menjeda kalimatnya dan berusaha tak melihat wajah Mala yang sudah berlinang air mata.

"Gue sayang lo, Mal. Bahkan, saat hari itu tiba, hari dimana lo diculik, rasanya gue pengen habisin diri gue sendiri, karena ga bisa jaga lo,"

"Udah, Ar,"

"Lo istirahat aja, Mal, gue an-"

"Sentuh Mala, tangan lo patah," potong Arkan saat Boy hendak mendekati Mala.

"Iye bos iye, kaga lagi deh," timpal Boy.

"Gue anter lo kekamar, istirahat disana, gue mau rapat sama anggota sableng gue,"

"Sableng-sableng gini lo masih butuh kita ye," kesal Boy.

"Sok paling dibutuhin," lirih Arkan.

"Makasih," ucap Mala saat Arkan membantunya.

"Ga usah makasih, udah tanggung jawab gue, gue kedepan ya, butuh sesuatu bilang," Mala mengangguk pelan. Hatinya ngilu mendengar kata lo-gue yang keluar dari mulut Arkan. Itu terasa sangat asing.

"Elmino Bryan, dia yang harus tanggung jawab atas semua ini,"







Kira-kira Arkan bisa balik kayak dulu lagi ga nih?

Kaga kayaknya mak, kalau kayak dulu, berarti gue bocil lagi dong ~ Arkan

Kaga begitu konsepnya ganteng 😐

AA Davendra 2 [End]Where stories live. Discover now