26

5.5K 586 6
                                    

"Heii, tentu tidak. Alan itu sudah memilih mu, guru dan kepala akademi juga tak bisa mencegah alan. Alasan Alan memilih mu juga pasti kuat dan kau hanya perlu tenang, tak akan terjadi apapun." Max kembali memakan roti nya.

"Lagi pula kenapa Alan mau membantu Ano?." Julian bergumam, padahal kan awalnya Alan pun tak tahu kalau julian adalah bagian dari Orphic, lalu alasan awal Alan membantunya itu apa?.

"Sudahlah, jangan terlalu di pikir kan, pemikiran Alan dengan pemikiran kita tak akan sama." Max mantap nepuk pundak Julian lagi.

"Omong omong Max tahu dri mana semua tentang alan? Kanapa Max sepertinya tahu sekali masalah Alan ini?." Julian penasaran, ia heran kenapa Max bisa tahu semua nya, padahal mereka sama sama murid baru.

"Hai jangan remehkan aku, bagaimana pun juga kekuatan informasi milik ku tidak bisa di remehkan." Max tersenyum, itu cukup menjengkelkan tapi tak apa, Julian tak mempermasalahkan hal ini.

Namun lagi lagi Julian di kejutkan dengan kedatangan seseorang dari samping kiri nya..

"Halo sepupu." Julian menoleh, Max juga menoleh.

"uhm? Danian Oswerd?." Julian menatap Orang di depan nya dengan ragu, ia tak begitu kenal dengan sosok 'Danian' ini.

"Yaps! Betul sekali sepupu." Danian merangkul pundak Julian, ia tersenyum pula pada Max.

"Ah max, ini sepupu Ano nama nya Danian Oswerd." Max mengangguk.

"Putra dari Count Oswerd kan? Aku Maxhill Brown." Max berjabat tangan dengan Danian. Mereka sama sama tampan, pikir Julian.

"Ah kalau kalian bersepupu, apakah Julian juga bangsawan?." sebelum Danian menjawab, Julian sudah memotong perkataan sepupunya itu.

"Ya, Ano adalah bangsawan, tapi jangan ragu berteman dengan Ano." Julian mengaku kalau ia adalah bangsawan, tapi ia tak mengakui kalau ia adalah putra dari duke Orphic.

"Wah aku heran kenapa para bangsawan masih ada yang mau bergabung dengan akademi.

"Kalau aku, karena untuk menjaga pangeran Mochi ini." Danian menguyel uyel pipi Julian, dan sang empu hanya pasrah saja.

"Nah, kalau Julian? Apa motivasi nu masuk kemari?."

"Uh? Ano hanya berfikir kalau Akademi itu menarik. Ada banyak hal yang tidak bisa ani dapatkan jika belajar di rumah. Seperti pengalaman, Ano tidak bisa membayar untuk merasakan itu kalau tidak pergi kemari." Julian tersenyum di balik cadar nya.

"Omong omong kenapa kau memakai cadar, Sepupu?. Bukan kah wajah mu menawan? Biarkan mereka melihat kecantikan mu kalau begitu." Danian bersuara, ia mengalihkan pembicaraan.

"Ah, Ano hanya tidak mau mendapat sesuatu yang special hanya karena paras yang Ano punya." Julian menunduk dan mengerjai mainkan jari jari mungil nya.

"Aiyaa~ kau memang sangat lembut, mochi mochi." Danian memeluk Julian, Danian pernah bertemu Julian ketika Julian berusia 4 tahun. Waktu itu Danian masih berusia 6 tahunan.

"Jangan memeluk nya terlalu kencang, kau mencekik nya bodoh!." Max berteriak pada Danian, dan Danian hanya tersenyum bodoh menanggapi Max.

"Nah begini saja, karena per kamar tersedia 3 bed, kita akan tidur di satu ruangan! Bagaimana?." Julian merasa kalau Sepupunya ini sangat extrovert, ia harus kehilangan hari hari yang tenang setelah ini.

"Aku setuju." Max tersenyum dan berjabat tangan dengan Danian. Julian hanya bisa mengangguk pasrah.

"Nah sekarang kita izin untuk kembali ke kamar saja, ini akan selesai sebentar lagi, tak ada yang perlu dilihat. Beberapa hari kedepan lebih penting ketimbang melihat mereka bertarung." Danian merangkul Max dan Julian dengan semangat.

marry me, King! [BL BXB MPREG]Where stories live. Discover now