13

8.5K 877 2
                                    

"tentu saja akan ada banyak permen, kebetulan ini adalah hari manisan tuan kecil, jadi anda boleh memakan manisan dengan porsi yang saya tentukan pastinya." Camelia tersenyum lembut, ia hanya tak mau kalau gigi julian berlubang.

"Okay bibi! Tidak banyak banyak, tapi Ank mau permen besar." julian terkekeh, ia kembali melihat lihat keluar jendela. Para warga yang melihat iringan kereta kuda milik julian langsung menunduk hormat.

Julian menatap mereka dengan antusias, banyak orang, pikir julian.
Netra biru laut nya membuat siapapun yang melihat akan tersihir oleh keindahan. Rambut pirang nya membuat julian seperti pangeran-atau putri(?)- di negeri dongeng.

"Bibi, banyak orang yang lihat Ano seperti ini 😮, kenapa begitu bibi? Ano aneh ya?." Julian memainkan jari jari mungil nya, ia merasa orang orang itu menatap nya dengan pandangan aneh -menurut julian-.

"Tuan kecil, mereka semua hanya takjub pada keindahan wajah tuan kecil. Mereka sangat menyukai tuan kecil." Camelia maklum, Julian tak pernah keluar rumah, ini baru pertama kalinya ia berinisiatif ingin pergi ke pasar..

"Uh, apa masih jauh bibi? Ano tidak sabar." Julian menepukkan tangan nya pelan dan tersenyum. Ia sangat antusias..

"Tidak, tuan kecil. Hanya sebentar lagi." Camelia tersenyum.

Setelah memarkirkan kereta kuda mereka, Julian dan Camelia segera turun.

Julian yang merasa terintimidasi oleh pandangan 'takjub' milik masyarakat pun bersembunyi dibalik baju Camelia.

"Tak apa tuan kecil, mereka tak akan menyakiti anda." Camelia tersenyum. Jika saja julian tak keluar dari kediaman nya sampai besar, bagaimana bocah ini dapat bersosialisasi?.

"Bibi, Ano mau permen. Ayo lihat lihat." Julian menggandeng tangan Camelia.

Lalu Camelia dan Julian berjalan di iringi oleh pengawal yang berjumlah puluhan orang itu. Sejujurnya mereka membuat jalanan semakin sempit dan ramai.

"Ah itu!." Julian melepaskan pegangan nya pada Camelia, lalu ia berlari ke pedagang permen.

"Umh paman, Ano mau permen kelinci dua." Julian tersenyum malu malu, ah omong omong Julian benar benar sudah menjadi 'julian'.

Dampak dari kecelakaan kemarin juga merenggut ingatan julian tentang transmigrasi nya ke dunia ini. Biarlah itu menjadi rahasia nya sendiri. Biar lah hal itu pergi. Julian adalah Julian.

"Ah baik tuan muda." Pedagang itu langsung membungkus kan 2 permen yang dimaksud julian.

"Ini tuan muda." julian langsung mengambil bungkusan itu dan menunggu Camelia membayar nya.

"Ah ini uang nya." Camelia langsung membayar permen milik julian.

"Terimakasih."

Julian dengan semangat langsung membuka satu permen nya, ia memakan permen itu dengan hati hati, takut kalau permen itu akan jatuh nantinya.

Saat sedang berjalan jalan, Julian mengerenyitkan dahinya. Ia melihat ada sebuah papan besar yang di kerumuni orang orang..

"Bibi Lia, apa itu?." Julian menunjuk kearah papan itu.

"Ah, itu adalah pengumuman pembukaan murid untuk akademi Thunder. Mereka akan membuka pendaftaran setiap 2 tahun sekali." Camelia menjelaskan dengan santai, ia tahu kalau tuan muda nya ini sangat suka bertanya.

"Uhm? Akademi Thunder? Memang nya siapa yang boleh mendaftar kesana bibi?."

"Semua orang yang berusia 7 tahun lebih boleh mengikutinya, maximal usia adalah 12 tahun. Mereka akan mengikuti tes, jika lulus tes maka mereka akan langsung mendapatkanencana pembagian kelas. Setelah itu mereka akan resmi menjadi murid akademi Thunder. Di negara kita hanya ada 3 akademi besar dan kuat. Akademi Thunder mendapati peringkat pertama, akademi Middles mendapati peringkat kedua dan akademi Northern mendapat peringkat ketiga. Sisanya hanya akademi kecil."

"Lalu kenapa kakak tidak ikut ke akademi, bibi?."

......

Jika ada typo tolong tandai dengan komentar ya

marry me, King! [BL BXB MPREG]Where stories live. Discover now