✙ SILENT MIDNIGHT ✙ : EPISODE 5

195 27 3
                                    

"Kita pergi ke Kota Neonless, disana adalah penampungan pengungsi terbesar, ada kemungkinan Orangtuanya disana," jelas Reich.

Tanpa berfikir panjang, mereka semua pergi meninggalkan penampungan kecil itu, sekarang perjalanan mereka dilengkapi dengan dua orang perempuan, China dan Aluna seorang anak kecil yang terpisah dengan orangtuanya.

"Namamu China bukan?" tanya Reich kepada perempuan yang terlihat segar itu.

China menoleh kearahnya, kemudian mengangguk pelan.

"Apa alasanmu ikut dengan kami semua? Apakah kau juga terpisah dengan orangtua mu?" China kali ini menggeleng.

Hembusan nafas pelan dia keluarkan, "Tidak ada alasan aku ikut dengan kalian."

Hanya itu yang dia katakan, Reich tidak bertanya lagi, dia mengangguk pelan sembari terus berjalan ke depan.

Perjalanan yang melelahkan terasa sangat lambat, sudah seekitar satu jam lebih mereka berjalan menuju perbatasan Romany.

"Begini ...." Seseorang memecahkan keheningan diantara kelelahan itu.

"Kubu kita sedang di serang oleh kubu lain, sudah banyak kerusakan akibat insiden kemarin--"

"Apa yang akan kau bicarakan? Tidak usah bertele-tele, waktu terbuang sia-sia karena itu!" ucap USSR memotong kalimat China. Ya, orang yang memecahkan keheningan tadi adalah China.

"Baiklah singkatnya, apakah transportasi umum masih berjalan diantara ke kacauan ini?"

Angin tiba-tiba datang menerpa satu persatu wajah mereka yang dihiasi oleh keringat.

Hening seketika, mereka ternyata tidak menyadari hal itu.

"Sial!"

"Apakah kalian tidak memikirkannya?" tanya China heran.

USSR menatapnya, "Mana sempat memikirkan hal itu!"

"Aku kira kalian mempunyai cara lain untuk masalah ini! Ah gila, aku terlalu berharap banyak."

"Kalau kau tahu sejak awal kenapa tidak bicara?!" Dan adu jongos pun dimulai.

"Hah, jadi kau menyalahkan ku?! Kalau tahu begini lebih baik aku tidak bicara tadi, dan menertawakan kebodohanmu itu." China terpancing.

Semua emosi ini datang dari lelahnya perjalanan, Reich menatap keduanya bingung, mencoba untuk melerai agar tidak membuang-buang tenaga hanya untuk hal sepele ini-- walaupun sebenarnya ini masalah besar.

"Hentikan kalian, jangan bertengkar karena hal sepele seperti ini!" teriak Reich mencoba melerai.

"Hah, hal sepele? Lalu apa yang harus kita lakukan untuk sampai ke Kota Neonless?! Jangan bilang berjalan kak--"

"Ya, kita akan berjalan kaki jika itu memungkinkan."

"Kau sudah gila ya bocah, butuh ±2 jam untuk sampai ke kota itu menggunakan kereta express, bagaimana dengan cara manual seperti itu?! Butuh satu hari satu malam." China frustasi, beginilah jika langsung menentukan tanpa berfikir, kacau.

"Aku tidak peduli."

"Reich, apa yang dikatakan perempuan itu benar, ditambah kondisimu sekarang yang masih belum sembuh seratus persen!" Soviet kini turun tangan. Memang gila, belum lagi stok makanan, serangan dadakan-- bagimana bisa anak dua belas tahun melakukan hal itu.

"Kau bisa kembali ke penampungan tadi Soviet, aku akan tetap pergi, apapun resikonya akan ku tanggung." Memang sifat itu sulit untuk diubah, tergantung bagaimana orangnya sendiri.

"Aluna, ayo jangan sia-siakan waktu, dan kita menghemat makanan ya."

Aluna mengangguk pelan.

Reich melanjutkan perjalanannya, sementara USSR dan China masih diam ditempat. Mereka saling menatap satu sama lain, tak lama setelah itu Soviet menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan menyusul Reich pergi meninggalkan China.

✙ SILENT MIDNIGHT ✙ [revisi]Where stories live. Discover now