✙ SILENT MIDNIGHT ✙ : EPISODE 11

160 18 15
                                    

"Bersiaplah nak, bersiap untuk menang!"

Reich mengangguk, diantara ketakutannya- dia juga menyimpan beban yang sangat besar di pundaknya. Melihat reaksi anak lainnya membuat dirinya semakin takut membawa mereka pulang tinggal nama.

"Apapun yang terjadi aku akan melindungi kalian." Teguh Reich dalam hati.

Mereka mulai melewati sungai dangkal itu, bau busuk dan anyir tercium diantara angin yang menghembus kesana kemari untuk mengusirnya.

Reich menatap jasad-jasad mereka yang beragam, dari luka tembak di sekujur tubuhnya, luka bakar yang membuat kulit mereka mengelupas, potongan tubuh terpisah akibat bom dari musuh yang mengenai beberapa orang, dan sudah tidak terbentuk lagi.

Seorang pria paruh baya dengan rokok yang dia nyalakan, rambut berwarna putih hitam, membungkuk dan memberikan hormat.

Puntung rokok itu dia simpan diantara mayat-mayat yang tergeletak disana. Tangannya dengan gesit kesana kemari memberikan do'a kepada pejuang yang telah gugur.

Setelah itu dia hormat. Reich ikut mengangkat tangannya memberikan hormat seperti yang dilakukan oleh pria paruh baya itu- disusuli oleh semua orang yang sudah menyebrangi sungai waktu itu.

"Ini adalah gambaran kita di masa depan, entah itu lusa, besok, atau bisa jadi satu jam kedepan. Kita tidak akan tahu ajal akan menjemput kita semua kapan, akan tetapi- orang yang meninggalkan misi demi menyelamatkan nyawanya sendiri, adalah prajurit yang gagal."

Ceko, adalah nama pria paruh baya itu. Dia adalah salah satu senior tertua diantara prajurit-prajurit disini, untuk itu dia dipilih sebagai kaptennya.

"Mari kita teguhkan hati untuk maju kedepan, sudah terlambat bila dirimu ingin pergi dari medan pertempuran ini- karena kita sudah berada di wilayah musuh."

"Demi Kubu Timur!"

"Demi Kubu Timur!" Seruan orang-orang mengikutinya.

"Demi tempat kelahiran kita!"

"Demi tempat kelahiran kita!"

"Demi keluarga dan para pejuang yang telah gugur akibat perang ini!"

Mereka semua terus berteriak sebagai iming-iming motivasi agar stres yang mereka alami hilang walaupun itu sedikit, mengubahnya menjadi semangat.

"Sesuai rencana, kita akan membuat parit di bagian selatan Kubu ini, setelah itu team di bagi menjadi dua. Team satu menjaga parit selatan, team dua bergabung dengan pasukan udara di sebelah utara. Setelah itu para tank akan ikut bergabung bersama team satu."

"Team satu akan di pimpin olehku, dan team dua akan di pimpin oleh Finlandia. Kita bertemu kembali di menara tower titik pusat Kubu ini."

"Itu berarti target kita adalah kemenangan!"

Ceko berteriak memberikan intrusi. Pasukan tank sudah tiba di bagian selatan Kubu Organisasi Nato ini, Reich dan anak lainnya ikut bersama team satu.

Mereka semua berpencar.

"Nak, apakah kau keberatan dengan berada di team satu bersamaku?" tanya Ceko kepada Reich.

Reich berfikir keras sebelum mereka pergi membelah team. Mungkin berada di team satu dengan senior yang berpengalaman, alutsista lengkap, tank yang akan menjadi tameng, mereka akan aman bersama mereka.

Reich mengangguk.

"Aku pikir ini yang terbaik untuk temanku." Mendengar hal itu Ceko tersenyum ganjil, matanya menatap Reich sebentar kemudian mengacak rambut Reich sembarangan.

"Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk melindungi anak-anak sepertimu, semoga aku tidak harus mengeluarkan plan B," ucap Ceko ganjil membuat Reich menarik kedua alisnya, bingung.

✙ SILENT MIDNIGHT ✙ [revisi]Where stories live. Discover now