✙ SILENT MIDNIGHT ✙ : EPISODE 13

95 4 0
                                    

Hanya bermodalkan tekad untuk melindungi temannya, Reich berlarian ke depan bersama tentara lainnya.

Dengan cekatan anak itu melindungi dirinya dari penglihatan musuh dengan memanfaatkan legokan tanah akibat dilalui oleh tank berat. Beberapa granat dan bahan peledak lainnya dia bawa di kantung celana maupun baju yang terlihat penuh.

"Aku melakukan ini demi kedamaian!" Tak butuh waktu lama, Reich berlari dan merangkak keatas titik buta tank musuh- menarik pintu dan memasukan bom kedalam awak pergerakan tank, membuat beberapa orang di dalamnya tewas seketika.

Serangan udara muncul, sangat sulit untuk menghindari serangan dari atas- para pesawat itu berbondong-bondong sibuk menjatuhkan bom dari atas.

Ledakan yang cukup kuat membuat pertahanan kubu mereka semakin kosong, anak kecil yang mencoba untuk mencari perlindungan langsung di cambuk diberi perintah agar mau membantu digaris terdepan.

"Reich ... Reich ....” Poland menangis karena dia berusaha untuk melindungi yang lainnya ketika dicambuk brutal oleh pemimpin divisinya.

Sementara itu, Reich tersungkur diatas tanah kotor karena terkena efek ledakan dari jauh. Tubuhnya sudah tidak terawat, luka sedikit demi sedikit terukir di sekujur tubuhnya yang mungil. Sudah sewajarnya anak kecil dilindungi oleh Kubu, akan tetapi mereka malah menjadikan anak-anak ini sebagai alat tempur yang bahkan menyia-nyiakan nyawa manusia.

"Hei ada bocah di sini!" seru seseorang berpakaian seragam tempur lengkap, itu adalah seragam Nato yang tidak lain adalah musuh Kubu UN.  

Beberapa orang berlarian untuk menghampiri Reich, dia menatap tajam para orang dewasa, bahkan menodongkan senapan dengan tangan gemetaran.

"Sialan, bahkan anak kecil saja mereka jadikan budak perang!" Salah satu diantara mereka sedikit kesal menurunkan senjatanya walaupun senjata Reich masih teracung.

"Hei nak, malang sekali nasibmu."

"Bagaimana ini, haruskah kita bunuh, atau bebaskan?" Mereka melakukan diskusi, dengan kaki yang lemas Reich mencoba untuk bangkit.

"Aku tidak membutuhkan rasa iba kalian, lawan aku sebagai musuh!" kata Reich menatap mereka tajam.

"Sangat disayangkan karena perang ini, anak kecil sepertinya bisa membuat sorot mata yang menyeramkan, nak. Menyerahlah, kami tidak akan membunuhmu, walaupun kau menjadi tahanan Nato- tapi setidaknya kau hanya akan dipenjara, tidak akan merasakan penderitaan perang seperti ini."

Jujur mereka tidak ingin melawan warga sipil terlebih lagi seorang anak kecil. Tapi perang karena ambisi dari dua pihak Kubu yang menginginkan kekuasaan lebih- membuat mereka harus menderita entah berapa tahun yang akan datang.

"Apa bedanya penderitaan dengan menjadi tahanan seorang musuh?" tanya Reich masih menodongkan senjatanya.

"Pada akhirnya matilah yang menjadi akhirnya penderitaan."

Untuk saat ini Kubu UN lebih banyak kehilangan orang untuk berjuang mempertahankan wilayahnya- akan tetapi itu tidak membuat mereka goyah, ambisi membuat orang menjadi buta arah.

"Semuanya mundur!" teriak pemimpin divisi menyuruh mereka untuk mundur saat ini. Terlalu banyak serangan udara yang menghancurkan beberapa artileri pasukan mereka, Reich mendesis pelan- dia menembak salah satu diantara orang yang menawarkan bantuan kepadanya, setelah membuat musuh sibuk, dia memanfaatkan kesibukan untuk kabur.

"Pak kenapa kita mundur?!" Reich sepertinya tidak terima dengan keputusan pemimpin, banyak dari mereka yang tidak mendengarkan perintah ditinggal dijadikan bahan tumbal.

"Nak lihatlah situasi! liat temanmu, banyak yang mati." Setelah mendengar apa yang pria tua itu katakan, Reich langsung berlari mengejar pasukan yang sudah lebih dulu melarikan disi.

✙ SILENT MIDNIGHT ✙ [revisi]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن