10. Cemburu

21 10 11
                                    

Seperti pada hari-hari biasanya, pagi ini Lavosir menjemput kekasihnya menggunakan motor kesayangannya. Sebenarnya kemaren malam Lovita sempat menolak saat ia mengatakan akan menjemputnya. Tapi dengan segala kuasa dan rengekan serta drama yang terjadi, akhirnya Lovita menyetujui permintaan Lavosir.

"Selamat pagi cantik!" sapaan manis itu menyapa gendang telinga Lovita saat ia baru saja keluar dari pintu utama.

Lovita melirik cowok itu sejenak sebelum balas tersenyum. "Pagi juga"

"Ortu lo mana?" tanya Lavosir yang mendapatkan tatapan tanya dari Lovita.

"Ngapain lo nanya ortu gue?"

"Mau pamitan" balas Lavosir kalem.

Hembusan nafas Lovita berikan. "Ada di dalem. Kalo lo masuk yang ada kita telat"

"Tapi kan gue mau bawa anaknya. Jadi bakal lebih baik kalo gue ijin langsung" ujar Lavosir sembari merapikan beberapa helai rambut kekasihnya.

"Entar pas pulsek kan bisa Lav" ujar Lovita mencoba memberi pengertian.

Bukan apa, hanya saja Lovita tak mau jika mereka berakhir berhadapan dengan tiang bendera di bawah pancaran panas matahari. Jika saja Lavosir menjemputnya sedikit lebih awal, bisa saja Lovita mengijinkan Lavosir untuk bertemu langsung dengan orang tuanya. Tapi sayangnya Lavosir malah ngaret.

"Tapi kan gue bawa lo nya sekarang, entar pas pulsek ya beda lagi" ujar Lavosir keras kepala.

Lovita menatap Lavosir jengah. "Masuk aja. Tapi gue berangkat sendiri sekarang"

"Ih, jangan dongg. Tega banget" ucap Lavoasir pelan.

"Makanya ayo berangkat"

"Tapi entar pulsek, ketemu ortu lo ya?" titah Lavosir penuh harap.

Kening Lovita mengerut penuh tanda tanya. "Lo kenapa ngebet banget sih pengen ketemu ortu gue?"

Lavosir tersenyum lebar. "Mau ketemu calon mertua dongg"

"Kapan-kapan kan bisa Lav" ucap Lovita memutar kedua bola matanya malas.

"Ih, enggak mau! Harus ketemu entar pas pulsek" kukuh Lavosir dengan kerutan di dahinya. "Pagi ini gak ketemu, masak entar pulsek gak jadi sih" lanjutnya kesal.

Dengan perlahan, Lovita mengusap lengan kokoh Lavosir. "Iya sayang, entar pas pulang sekolah ketemu ya. Sekarang kita berangkat bisa? Lagi lima belas menit bel masuk"

Lavosir mengulum bibirnya ke dalam menahan bibirnya untuk membentuk senyum yang mengembang. Hatinya berdebar cukup kuat saat ini. Bahkan dapat ia rasakan wajahnya terasa panas. Dan rasa panas itu menjelajar ke telinga. Dengan kasar ia meraup wajahnya dengan satu tangan.

"Lo buat gue gila Lovita" gumam Lavosir dengan suara beratnya.

-🐷-

"Lovita!"

Panggilan dari suara berat itu membuat Lovita yang sedang berjalan di tengah koridor berbalik. Tak hanya Lovita, Lavosir yang berada di sebelahnya ikut berbalik melihat siapa yang memanggil kekasihnya.

"DEAN?! Lo kapan baliknya anjir?!" saking bahagianya, tanpa sadar Lovita memeluk gemas lelaki yang tadi disebut namanya Dean.

Dean balas memeluk Lovita tanpa sadar dengan Lavosir yang menatap dirinya dengan tatapan membunuh. "Gue kangen banget gilak!"

Bukannya melepaskan karena sadar posisi, Lovita justru mengeratkan pelukannya pada laki-laki bernama Dean itu. "Gue lebih, lebih, lebih!!"

"Lov! Apaan sih?!" dengan kasar Lavosir menarik Lovita kedekapannya. Mengusap rambut serta punggung Lovita seakan ingin menghilangkan bekas kuman disana.

LAVOSIRजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें