06. Kerpok

35 22 5
                                    

"Dengarkan ibu! Ibu mau kalian membuat kelompok dua orang. Bebas cewek cowok, kalian bisa pilih sendiri mau sama siapa. Dengan syarat, harus selesai dalam dua minggu. Jika pengumpulan kalian lebih dari itu, nilai akan ibu kurangi 20 poin. Paham?"

"Paham buk!"

"Baik, silahkan cari kelompoknya. Ibu minta maaf tidak bisa mendampingi kalian karna ada rapat antar guru. Jangan ribut saat ibu tidak ada. Ibu mau kelompok sudah terbagi saat ibu kembali nanti. Kalau sampai ibu datang tapi kelompok belum terbagi, maka ibu yang akan pilihkan nanti. Mengerti semuanya?"

"Mengerti buk" satu kelas menyahut kompak.

Mendadak satu kelas menjadi rusuh kala bu Risma-guru Bahasa Indonesia mereka meninggalkan kelas. Kebanyakan dari mereka sibuk memilih siapa yang akan mereka ajak sebagai partnernya. Tapi ada juga yang tak ingin ribet. Mereka memilih berkelompok dengan teman sebangkunya. Dan Lovita adalah salah satunya. Cewek itu terlalu malas mencari lagi. Kalau sudah ada yang di depan mata, kenapa harus cari yang di belakang?

Namun harapannya pupus kala Lavosir menyelinap masuk di belakang kursi Ray dan Lovita. Lavosir mengambil pergelangan tangan Lovita. Matanya menyorot tajam pada Ray yang nampaknya terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba.

"Lovita sama gue. Lo cari yang lain sana" usir Lavosir tak ada sopan santunnya sama sekali.

"Lav, jangan mulai. Gue udah sama Ray, lo aja sana cari yang lain" ujar Lovita sembari berusaha melepaskan cekalan tangan Lavosir.

Bukannya terlepas, genggaman itu justru kian menguat. "EGP!"

Lavosir menggandeng tangan Lovita sedikit paksa karena gadis itu yang tak mau bergerak dari tempatnya. Lovita berdecak kesal kala tangannya yang terus memaksanya berjalan. "Ray, maaf ya. Lo sama yang lain gapapa?" ujar Lovita tak enak.

Ray tersenyum maklum. Ia mengerti Lovita sedang meredam emosinya yang siap keluar kapan saja. "Gak papa Lov, semangat ya!"

Lovita tersenyum. Baru saja akan membalas, mulutnya tiba-tiba saja di bekap oleh tangan kekar Lavosir. "Gak usah caper sama cewek gue!"

Lavosir langsung menyeret Lovita dengan tangan yang masih membekap mulut Lovita.

"ANAK ORANG ITU COK! MATI NANTI KALO LO BEKEP GITU" teriak Devan yang baru saja memasuki kelas dengan kantong baju yang penuh berisi chocolatos. Sudah dipastikan jika remaja itu baru saja datang dari kantin.

"Brengsek!" umpat Lovita kala bekapannya terlepas.

"Heh! Jangan ngomong kasar. Mulut lo terlalu halal buat ngomong kata haram" tegur Lavosir.

"AZEEEKKKK!!" Devan berteriak dengan lantang disamping Lavosir. Cowok itu merangkul bahu tegap kawannya itu. "Belajar sama ustad mana lo?"

Lavosir menepis kasar tangan Devan yang bertengger manis di pundaknya. "Sekelompok sama siapa lo?"

"Gue lah! Emangnya lo? Maksa-maksa anak gadis orang?" sahut Alvin yang baru saja datang sembari memasukkan kedua tangannya di kantong celananya.

Lavosir melirik sinis pada Alvin. "Bacot!"

"Lo kalo masih mau ribut sama temen lo, mending gue sama yang lain aja" ujar Lovita datar.

Lavosir tampak gelagapan karenanya. "Apaan sih? Mereka duluan yang mulai. Kok gue yang kena imbasnya?"

"Apa-apaan ngoper kesalahan sama kita? Jelas-jelas lo duluan tadi" ucap Alvin tak terima.

"Au, dasar Lavosir goblok!" ejek Devan.

"LO--" Lavosir tak melanjutkan ucapannya kala Lovita meninggalkannya. "Awas aja lo berdua!"

Lavosir menyusul Lovita duduk di kursi paling belakang. Karena hanya kursi itu saja yang tersisa. "Sekarang kita ngapain Lov?"

LAVOSIRWhere stories live. Discover now