khianat 28

5.8K 469 7
                                    

Naumi mengerjapkan matanya polos, berusaha duduk dan meringis menyentuh kepalanya yang terasa sangat pusing. Naumi menatap sekeliling, tembok bernuansa putih, bukan di rumah sakit tetapi sepertinya Naumi berada di dalam kamar seseorang.

Naumi meraba tubuhnya, pakaiannya sudah berubah. "Gue dimana?" gumam Naumi.

Naumi berusaha turun dari ranjang, berjalan dengan pelan keluar dari kamar itu.

"Udah bangun, Lo?"

Naumi menoleh saat mendengar suara seseorang.

"Lebih baik Lo istirahat dulu, Jangan banyak gerak" ucap Nya.

"Kenapa Gue bisa di sini?" tanya Naumi.

Laki-laki itu menuntun Naumi untuk kembali masuk ke dalam kamar. "Gue nemuin Lo lagi tiduran di tengah jalan" jawab Lintang.

Naumi mengingat kejadian malam tadi, Setelah Naumi keluar dari rumah Regav, Naumi hanya mengingat dirinya sedang duduk di tengah jalan dengan guyuran hujan deras.

"Lo kenapa, hm?" tanya Lintang duduk di sebelah Naumi.

"Gue gak kenapa-napa" jawab Naumi.

"Eum, Gue mau pulang aja" ucap Naumi dan beranjak.

"Lo masih pusing kan? Lebih baik Lo disini dulu"

Naumi menggeleng pelan. "Gue banyak urusan, Tang. Thanks, Lo udah nolongin Gue"

Lintang juga beranjak dan mendekati Naumi. "Gue antar!"

"Eh, Jangan! Gue bisa sendiri kok" tolak Naumi.

Bagaimana bisa Lintang ingin mengantar Naumi pulang, Sedangkan Naumi sendiri bingung mau tinggal dimana sekarang ini. Apalagi Naumi tidak memiliki uang sepeserpun, bahkan Naumi meninggalkan kendaraannya di rumah Regav.

"Jangan keras kepala, Naumi. Lo masih sakit"

Naumi tersenyum tipis. "Gue minta jemput Monik aja, Tang. Gue gak mau ngerepotin Lo"

"Bener? Lo gak merahasiakan sesuatu kan, Nau?"

"Apaan sih, Tang!? Gue baik-baik aja kok"

Lintang menghela nafas pelan. "Oke, Tapi kalau ada apa-apa Lo bisa menghubungi Gue, Gue siap bantuin Lo"

"Iya" jawab Naumi.



***




Regav merasa ada yang kurang di dalam rumahnya, ia masih berfikir siapa yang tidak ada di dalam rumah itu. Regav merasa sepi, jika biasanya setiap pagi ada suara berisik dan ocehan tidak jelas, tapi kenapa pagi ini rasanya beda.

Regav menatap datar hidangan yang berada di hadapannya, menoleh ke salah satu kursi yang biasanya ada Naumi duduk di sana dengan wajah ceria dan kadang cemberut.

"Sial! Hanya karna cemburu Saya yang terlalu besar, Naumi pergi lagi" ucap Regav dan setelah itu beranjak menyambar kunci mobil dan jasnya.

Disisi lain.

Naumi kembali menelusuri trotoar jalan, Gadis itu menghentikan langkahnya saat selembar kertas terbang mengenai wajah gadis itu.

Naumi memungut kertas putih yang terdapat tulisan rapi di sana. Membaca dan menyungging senyum tipis.

Naumi mengambil ponsel dan mencatat nomor yang tertera di kertas putih itu.

KHIANAT (End)Where stories live. Discover now