❄️Bagian 23❄️

830 134 9
                                    

Mereka semakin memacu tunggangannya untuk terus bergerak maju, membelah ketenangan hutan dengan seorang titan wanita yang tak lelah mengejar. Tarikan napas para kuda mulai terdengar memberat. Ketakutan menguasai Eren hingga dibanjiri keringatnya sendiri. Pikirannya serasa buntu dan ia sudah lelah dengan semua ketegangan ini.

Sebuah regu bala bantuan datang mendekat, bermanuver di belakang menyusul mereka. Orang-orang itu mencoba memperlambat gerakan si titan wanita dengan mengalihkan perhatiannya, agar regu khusus Levi bisa terus bergerak maju.

Namun hal yang tak terduga kembali terjadi, titan itu menghindari serangan mereka dengan sangat gesit. Ia menunduk sambil melindungi tengkuknya yang diincar. 3D manuver gear yang menjadi senjata andalan para prajurit malah berbalik menjadi boomerang. Ia menarik tali-tali baja itu dan melempar pemiliknya ke batang pohon.

Untuk memastikan mereka tidak mengganggu lagi, si titan wanita menghantamkan lengannya, menumbuk tubuh-tubuh yang sudah tak bernyawa menjadi gumpalan daging. Ia kembali mempercepat langkahnya, menyusul regu khusus Levi yang sudah berjarak dengannya.

Eren yang kembali melihat pembantaian sadis di belakang menoleh pada sang kapten, yang terus menatap lurus ke depan. Ia sudah tidak sanggup berdiam diri lagi. "Kapten! Sampai kapan kita harus lari! Bukankah cepat atau lambat dia akan segera menangkap kita?!"

"Eren! Fokuslah pada kecepatan kudamu!" Eld meneriakinya agar kembali fokus pada misi mereka.

"Tapi senior, aku sudah tidak bisa tetap diam saja saat melihat teman-temanku dibantai habis oleh titan itu!" Eren menatap nanar wajah para seniornya. "Jika saja kita bertindak lebih awal, mungkin mereka bisa selamat ...." Suaranya memelan mengingat kematian regu itu.

"Eren fokuslah pada misi!" Petra berteriak.

"Apakah aku harus menutup mata dan tetap diam sementara dibelakang, mereka bertarung mati-matian?!"

"Ya, itu misinya. Ikuti saja perintah kapten!"

Mendengar ucapan Gunther membuat Eren merasa sesak. Rahangnya mengeras, ia kesal dan marah dengan misi mereka yang mengharuskan mengorbankan nyawa orang lain. Eren tidak bisa menerimanya. Itu sangat bertentangan dengan hati nuraninya.

"Aku tidak punya alasan membiarkan mereka mati dibelakang! Aku juga tidak mengerti mengapa harus diperintahkan membiarkan mereka mati sia sia!"

"Perintah kapten adalah mutlak! Dan kau tidak perlu mempertanyakannya! Kau tidak mengerti karena kau masih bocah! Laksanakan saja seperti yang diperintahkan! Tak ada bantahan!" Kesal, Oluo yang berkuda disebelah Eren memaki bocah titan itu. Ia geram dengan Eren yang tidak bisa diam.

"Eren! Hentikan!" teriak Petra saat melihat pemuda itu mendekatkan tangannya ke mulut.

"Jangan melakukan hal yang bodoh Eren! Apa kau tidak mempercayai kami?!"

Eren tersentak, refleks ia menoleh pada para seniornya yang sedang menatap lekat dirinya. Keraguan mulai timbul. Keinginan awalnya bertransformasi untuk melawan titan wanita mulai goyah. Ia benci orang lain mati karena dirinya. Berulang kali Eren hendak menggigit tangannya namun selalu dicegah oleh seniornya.

Levi yang lebih fokus ke depan melirik pemuda itu. Netra jelaganya tampak berkilau. "Eren, jika kau ingin melakukannya, maka lakukan saja. Pilihan ada ditangan mu. Kita tidak tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Satu hal penting yang aku katakan adalah, jangan pernah menyesali pilihan yang kau ambil."

Ia semakin ragu oleh perkataan Levi tadi. Bingung entah pilihan mana yang harus ia ambil dalam waktu sesingkat ini. Menjadi titan dan pergi bertarung atau, terus melarikan diri dan mempercayakan semuanya kepada pasukan pengintai.

Snow Queen And Wings Of Freedom [On Going]Where stories live. Discover now