HTD 9

6 1 0
                                    


Happy Reading

Jangan lupa voment 🐱

"Aish!! Sepatuku dimana sih?!" Tanpa sengaja Lia mengeraskan suaranya—hampir seperti berteriak, hingga dapat terdengar di seluruh bagian rumah.

Ia sedikit panik, kelabakan mencari-cari sepatu yang tak kunjung dia jumpai. Lia mulai meruntuk dalam hati, mengapa dia bisa sepelupa ini?! Padahal dia sudah memastikannya benar-benar, tempat dimana sepatunya ia letakkan sendiri. Bagaimana mungkin itu menghilang begitu saja? Tidak mungkin jika hantu yang melakukannya kan?

"Lia berhenti berteriak! Sepatumu itu ada di bawah kolong kursi ruang tamu! Bukannya Ibu sudah bilang? Taruh barangmu di tempat yang semestinya. Kenapa tidak mendengarkan Ibu!"  Teriakan Ibunya membuatnya terdiam seperti robot. Tapi dia merenung tak percaya. Mustahil sekali sepatunya ada disana, Dia bahkan sudah memeriksanya dan tidak ada apapun disana serius! Apa ada yang salah dengan pengelihatannya?

Lia berkacak pinggang, menundukkan badan hingga kepalanya, dia sedikit merangkak dan mengulurkan tangan meraih kedua sepatu hitam yang hendak ia gunakan.

'Beneran ada!'

"Sudah ketemu?" tanya sang Ibu dengan membawa satu cangkir teh panas dan satu gelas lagi susu vanila hangat.

Gadis itu mengangguk dan membersihkan sedikit debu yang menempel pada beberapa sisi sepatu hitamnya. Tangannya jadi sedikit kotor, tapi ia mengabaikan dan memilih menerima gelas susu yang Ibunya buat untuknya pagi ini.

"Tanganmu kotor." Intrupsi sang Ibu, sementara Lia berkata bahwa itu bukanlah masalah besar. Gadis itu meneguk segelas susu itu dengan cepat sebelum dia duduk untuk mulai memakai sepatunya.

"Nggak usah terburu-buru gitu. Memangnya kamu ini mau dikejar siapa? Zombie di film Korea?" Ucapnya sembari menyeruput teh panasnya pelan-pelan.

Lia mendongak "Bu, aku harus berangkat pagi-pagi untuk menemui seseorang," Dia mengangguk dengan bibir sedikit manyun "Jadi aku harus cepat!" Lia berdiri dengan tiba-tiba, meraih beberapa potong kue dan dimakannya dalam sekejap. Tidak lupa mengucapkan salam kepada sang Ibu saat dia mulai keluar dari pekarangan rumah dan bergegas pergi ke sekolah.

Dia mulai menaiki sepedanya, berharap-harap agar dia bisa bertemu dengan Bryan saat di tengah jalan. Yang dia tau, Bryan sering berjalan kaki saat pergi ke sekolah. Ini mungkin jadi kesempatan untuk mendekatinya hari ini.

Lia mengedarkan pandangannya. Jalanan sedikit lebih sepi dari biasanya, ini mungkin karena masih terlalu pagi untuk orang-orang mulai berangkat bekerja ataupun pergi ke sekolah mereka masing-masing.

Lia mengayuh sepedanya dengan kecepatan sedang. Sesekali memeriksa ke kiri dan ke kanan untuk memastikan eksistensi junior tampannya.

Setelah cukup jauh dia mengayuh sepeda itu, akhirnya dia menemukan pemuda jangkung itu.

Matanya berbinar senang.

"Astaga~ akhirnya aku menemukanmu." Setelah mengatakan itu, entah kenapa dia terlihat seperti seorang stalker gila. Mirip seperti ular yang akan melilit mangsanya.

Lia memejamkan matanya dan menggeleng ribut "Sadarlah bodoh, itu tidak benar!"

Memilih abai dengan pikiran sialan itu, dia pun memilih menyusul Bryan yang berjalan di atas trotoar di seberang jalan. Hanya tinggal beberapa meter lagi.

How to Do?Where stories live. Discover now