25. | Crazy Together

17.5K 2.2K 69
                                    

18+ Mature

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

18+ Mature

Never had a thing for fairytales
Not really a believer,
Small voice in the quiet
Guess I never dared to know myself
Can my heart beat quiet? No.

Raut lelah dan sorot matanya tidak bisa berbohong, menatapnya yang saat ini duduk di depanku membuatku dapat menangkap jelas semuanya. Namun, raut lelah itu seperti tidak ada apa-apanya. Tidak bisa menutupi penampilannya yang selalu mampu menarik berpasang-pasang mata untuk sekedar mencuri lirik atau menatapnya terang-terangan. Terbukti sejak awal kedatanganku dan dia, sudah banyak orang berlalu lalang ataupun yang kebetulan duduk di samping meja yang kami tempati, menatapnya penuh minat terang-terangan.

Restoran seafood tempat yang dipilihnya kali ini memang cenderung ramai. Jadi, saat ini tidak sedikit yang melemparkan pandangan ke arahnya. Sementara yang dijadikan pusat perhatian, dengan santainya fokus menikmati beberapa hidangan yang sudah diantar ke meja kami sejak 30 menit yang lalu. Bahkan mengajakku mengobrol seolah tidak sadar dengan berpasang-pasang mata yang menatapnya.

"Kamu gak nyaman ya?" tanyanya setelah menenggak sebotol soda lalu menatap lurus ke arahku. Aku balas menatapnya datar, tidak langsung menjawab dan hanya memberi tatapan bertanya akan maksud pertanyaannya.

"Kamu gak nyaman? Soalnya banyak yang lihatin kita?" ulangnya.

"Enggak, kan yang mereka lihat kamu," jawabku sekenanya lalu kembali fokus pada piring dessert yang disediakan berisi puding mangga dengan ice cream vanilla. "Sorry to say, tapi mereka juga lagi lihatin kamu dengan raut penasaran dan oh— wow beberapa orang bahkan udah keluarin handphone buat foto." Sontak aku langsung mengedarkan pandangan dengan panik, menjadi pusat perhatian dan bahan pembicaraan adalah sesuatu yang sangat jauh dari kepribadianku.

"Panik banget," ujarnya dengan tawa geli membuatku melempar tatapan sebal ke arahnya yang malah menambah tawa kecilnya sehingga lesung pipinya terlihat jelas. "Apa sih," sahutku pelan memilih untuk tidak meladeninya. Sejak tadi, aku memang sudah meminimalisir bertatapan dengannya. Seperti yang aku katakan sebelumnya, laki-laki ini selalu menarik. Malam ini dia memakai kacamata yang sangat pas dan mampu menambah pesonanya serta kemeja lengan panjang yang dua kancing atasnya dibiarkan terbuka, so typical.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Unspoken Emotions (TERBIT)Where stories live. Discover now