5. | Notification

17.2K 2K 14
                                    

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Prita tahu tentang Ezra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prita tahu tentang Ezra. I mean dia tahu tentang aku yang dulu pernah menyimpan rasa suka kepada kakak sepupunya itu. Itu juga bukan karena aku yang bercerita dengan suka rela, aku selalu menyimpan segalanya dengan rapat. Dia tahu setelah tidak sengaja melihat kotak kado yang berniat aku berikan untuk laki-laki itu di hari ulang tahunnya. Saat itu dia langsung mengintrogasiku dengan banyak pertanyaan perihal kenapa bisa kenal dan kenapa bisa sampai suka.

Bandung, November 2017.

"Sumpah, Jan? Kenal dimana?" Prita bahkan tidak berusaha untuk santai melemparkan pertanyaan.

"Sefakultas, sejurusan, sehimpunan, terus kerja bareng buat proker maba."

"Ya ampun, lupa banget kalau mas Ezra anak hukum juga," sahutnya tanpa kutanggapi.

Prita lalu bercerita soal hubungan keluarga antara dirinya dan laki-laki itu. Maminya ternyata adik bungsu dari ayah laki-laki itu. Dia tinggal sedari kecil di bandung hanya beberapa kali saat ada acara keluarga bisa bertemu sepupu-sepupunya yang kebanyakan tinggal di jakrta. Baru setelah Ezra memutuskan untuk kuliah di bandung, dia jadi beberapa kali sering bertemu laki-laki itu tapi tidak pernah tahu kalau sahabat dan kakak sepupunya itu saling kenal.

"Berarti kamu pas bilang mau ngecek sponsor, ngecek alat buat sound tuh perginya bareng mas Ezra?" tanyanya tanpa mengurangi nada antusias.

"Iya."

"OMO OMO! Terus orangnya gimana? naksir ya?" Dia kembali melemparkan pertanyaan dengan heboh.

"Baik kok."

"Demi tuhan bukan jawaban kayak gitu yang mau aku dengar, Janitra." Prita mulai jengah.

"Terus gimana? Ya dia baik, pernah ngasih aku vinyl juga jadi aku mau kasih kado balik."

"Kamu gak akan segininya kalau cuma nganggep dia baik aja, kamu bahkan gak pernah mau repot-repot berurusan sama cowok diluar urusan kampus atau kerjaan organisasi. But look at you now, sekarang giving gift to each other nih? Manis banget sih." Aku menatap Prita yang saat ini mesem-mesem sendiri seolah ini kisahnya.

"Mungkin, iya naksir kali ya," ucapku singkat yang membuat Prita kembali menjerit.

Aku tiba dikantor dengan tergesa setelah Agam mengirimkan pesan yang berisi sebuah foto Aleana client kami yang tersebar di sosial media dan ramai diperbincangkan saat ini.

Membuka pintu kaca ruanganku disusul dengan Agam dan Laras yang terlihat sama gusarnya.

"Parah banget ini, Mbak." Laras berkata setelah mereka berdua ku persilahkan untuk duduk di sofa ruang kerjaku. Aku mengamati dengan seksama foto yang sudah di print oleh Agam itu, lalu menghembuskan nafas keras.

Laras kemudian memberikan ponselnya kepadaku dengan maksud agar aku membaca berita yang ditampilkan di layar benda pipih itu. Sudah banyak artikel online yang merilis foto dan berita asumsi.

"Artis cantik Aleana Sudipta tertangkap kamera sedang memakai sabu-sabu dan party di hotel."

"Aleana Sudipta sudah punya pacar baru pasca cerai? begini pose mesra mereka."

"Polisi mengamankan sejumlah barang bukti pemakaian sabu-sabu di hotel tampat Aleana party. Hak Asuh anak akan jatuh kepada Arga Mahendra?"

"Tidak mencerminkan ibu yang baik, netizen berspekulasi agar hak asuh anak tidak jatuh kepada Aleana."

Aku memijit kepala dan menghembuskan nafas keras-keras saking emosi.

"Hubungi managernya, kita meeting 30 menit lagi," ujarku kepada Agam yang segera diangguki olehnya.

"Itu sepupu aku Mbak bukan pacar. Kita emang sudah sedekat itu makanya cium-cium pipi mesra." Aleana memberikan klarifikasi kepada kami setelah akhirnya sampai ke kantor mendiskusikan foto blunder dirinya yang sedang beredar.

"Bukan masalah deketnya mbak, bajunya itu loh. Harus banget foto cium-cium cuma pakai bikini gitu? Kan menggiring opini masyarakat aja." Agam berseru tegas.

"Itu lagi ada pool party mau berenang makanya pakai bikini, lagian banyak temen-temennya sepupu aku kok bukan cuma berdua."

"Terus sabu-sabu yang diamanin polisi? Mbak beneran gak make?" kali ini Laras yang melemparkan pertanyaan.

"Sumpah aku gak make sama sekali. Aku gak pake narkoba."

"Oke, kamu bisa memastikan kalau kamu bersih? Gimana kalau hasil lab kamu positif?" Aku yang sudah muak melemparkan pertanyaan inti.

"Gak mungkin mbak, itu sepupu aku juga dijebak. Ada temennya yang bawa sabu-sabu."

"Kamu bisa memastikan dia hadir dalam persidangan sebagai saksi?" tanyaku sekali lagi.

"Harusnya bisa."

"Harusnya?" Aku mengangkat alis menatapnya membuat dia sedikit gelagapan, hal itu tidak luput dari pengamatanku.

"Bisa kok bisa."

"Oke kita rekap dari awal pas persidangan nanti," jawabku final.

"Dan sampai persidangan nanti jangan ada hal-hal kayak gini lagi mbak," jelas Agam kepada Aleana yang hanya diangguki oleh perempuan yang tengah memijit kepalanya itu.

Aku kembali menghembuskan nafas lalu saling melempar pandangan ke arah Laras dan Agam. Ini yang membuatku tidak ingin mengambil kasus selebriti, selain netizen yang lebih heboh pihak media yang bersahut-sahutan membuatku muak.

Ting!

Notifikasi satu pesan yang masuk membuatku menoleh ke arah layar ponsel.

+085167436xx
Jani, ini aku Ezra. Bisa ketemu? ada yang mau diomongin.

Aku kembali mematikan layar ponsel tanpa berniat membalas pesan barusan, kepalaku rasanya mau pecah.

Vote and comment are really appreciated :")

— ers

The Unspoken Emotions (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang