The Unspoken Emotions (TERBIT)

6. | Back To December

—

Aku sedang menemani Prita di kedai eskrim favoritnya, setelah seharian moodku tidak stabil bahkan memburuk memikirkan kerjaan akhirnya aku menyetujui ajakannya. Kayaknya aku juga lagi butuh asupan manis untuk mengembalikan mood baik.

"Choco chips kenapa enak banget sih bikin cinta mati." Prita memulai sesi dramanya yang selalu berlebihan jika bersangkutan dengan eskrim favoritnya.

"Strawberry banana apa enaknya sih." Tuh kan. Tidak sampai di aksi drama saja, dia malah mulai mencari ribut dengan mengolok varian yang aku suka.

"Gak usah nyebelin, lagi males ribut." Dia tertawa. Ternyata hamil membuatnya lebih menyebalkan.

"Kenapa sih Mbak Jani, muka cantiknya ketutup sama raut bete?"

Aku diam tidak meladeninya masih mencoba tenang menikmati rasa dingin dan manis eskrim dimulut yang perlahan meringankan kepalaku.

"Ta, berarti nanti kalau udah hamil gede bakal ambil cuti gak sih?" tanyaku setelah dia ikut anteng dan berhenti mengoceh.

"Iya malah kata Gavin, aku harusnya minta cuti dari sekarang-sekarang aja, karena justru kehamilan yang masih muda tuh rentan gak boleh capek," jawabnya membuatku mengangguk setuju.

"Harus sih emang, coba langsung omongin ke penerbit aja. Biar nanti kamu jangan ngurusin naskah dulu sampai melahirkan."

"Siap sayanggg, anyway aku mau nanya dong boleh gak?" Aku mengangkat alis heran menatapnya.

"Tumben banget mau nanya pakai intro dulu."

"Hahaha soalnya ini agak serius." Aku kembali menatapnya bingung.

"Apa?"

"Kamu lagi ngerjain kasus yang sama bareng mas Ezra ya? Dia bilang sama aku soalnya."
Oh. Aku juga bahkan sudah lupa ingin bertanya kepada Prita soal laki-laki itu yang sudah menikah.

"Iya, itu loh si mbak Ale artis yang lagi famous banget," jawabku sekenanya.

"Katanya kamu masih jaga jarak sama dia."