7. | Consequence

16.8K 2K 48
                                    

—

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Saat ini aku sedang lembur, meeting bersama Agam dan Laras untuk cross check persiapan sidang yang sudah semakin dekat. Aku sangat bersyukur kali ini dibantu mereka, untuk ukuran pengacara muda mereka berdua sangat cekatan dan banyak membantu. Aku akan berterima kasih kepada mas Rian yang sudah menunjuk mereka berdua untuk bekerja denganku menangani kasus ini.

Pintu kaca ruanganku terbuka dan sosok yang baru saja kupikirkan masuk menghampiri dengan membawa 3 buah coffee dari brand terkenal serta sekotak brownies coklat.

"Pada serius banget, nih kopi dulu," ujarnya lalu menggabungkan diri bersama kami.

"Thank you so much Mas Rian, our savior," ucapku dengan sungguh-sungguh diikuti oleh Agam dan Laras yang juga antusias. Percayalah dikasih rekan kerja pengertian dan suportif itu adalah anugerah. Mas Rian itu orang paling perhatian terhadap rekan kerjanya, siapapun itu tanpa memandang senioritas. Padahal dia sudah lumayan lama kerja di firma ini tapi sifat humblenya selalu membuatku kagum.

Bisa dibilang mas Rian adalah pengacara paling famous di firma ini, bukan hanya karena dia yang tampan dan cerdas tapi karena sifatnya yang selalu mendukung rekan kerjanya tanpa pandang bulu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bisa dibilang mas Rian adalah pengacara paling famous di firma ini, bukan hanya karena dia yang tampan dan cerdas tapi karena sifatnya yang selalu mendukung rekan kerjanya tanpa pandang bulu. Aku beberapa kali kerja menangani kasus yang sama dengannya, dan aku selalu kagum dan nyaman karena kepribadian dia yang santai dan luwes serta pandai melucu membuat siapa saja akan nyaman bekerja bersamanya, tapi kalau sudah di pengadilan, you better prepare yourself.

"Hasil tes Aleana gimana, Jan?"

"Udah keluar mas, negatif. Dia bersih."

"Syukur kalau gitu, parah banget. Aku liat beritanya emang chaos banget apalagi netizen yaaa."

"Parah sih udah kayak netizen yang majelis hakimnya, mas." Agam menyaut yang dibalas kekehan oleh mas Rian.

"Don't be so hard ya, kalian bertiga saling bantu pokoknya jangan sampai drop loh. Fighting pokoknya." Dia kembali menjadi mas Rian dengan jiwa mentor.

"Lagian ada Jani, gak ada sejarah kalah dia mah," lanjutnya.

"Lebih gak ada sejarah lagi kalau mas Rian yang kalah, itu yang kasus pelik pembebasan lahan aja menang loh. Aku nonton sidang putusan merasa bangga kayak aku yang pegang kasusnya."

"Itu jatuh bangun stress berat ngurusinnya, gak lagi deh berurusan sama perusahaan haus lahan, agak gila saya wak," ucapnya membuat tawaku, Agam dan Laras pecah.

"Habis ini mau ambil kasus lagi kah, Mas?" tanya Laras penasaran.

"Gak dulu, mau ambil cuti tiga hari liburan ke lombok bareng pacar. Butuh disayang-sayang abis stress gini," jawab mas Rian dengan tengil.

"Najis banget, Mas," ucap Laras yang membuat tawa kami kembali pecah.

Seenggaknya kehadiran mas Rian di kantor ini selalu berhasil meredam semua ketegangan dan kalut yang sedang dirasakan oleh siapa saja.

Aku menepikan mobil untuk mampir sebentar ke apotek membeli vitamin. Daya tahan tubuhku memang rendah, aku selalu gampang sakit jika terlalu lelah dan banyak pikiran. Saat-saat persiapan sidang begini aku akan selalu rutin minum vitamin. Setelah kembali memasuki mobil dan berniat menjalankan mobilku kembali, mataku terpaku pada sebuah mobil hitam dengan jenis Mercedes Benz CLA yang memasuki area parkiran apotek yang baru saja aku datangi. Sosok laki-laki familiar turun dari sana sambil menggendong anak kecil laki-laki kisaran umur lima tahun, lalu berjalan memasuki apotek.

Jadi dia beneran sudah menikah ya? anaknya sudah lumayan besar dan saat ini istrinya juga sedang mengandung lagi, yang tidak sengaja kutemui 2 minggu lalu di praktek dokter kandungan saat menemani Prita. "Stop ingin tahu kehidupan orang lain," hardikku kepada diri sendiri, lalu mulai melajukan mobil ke arah apartemenku.

Setelah mandi dan merilekskan tubuh ditambah melaksanakan skincare night routine, aku akhirnya berbaring nyaman di single bed yang terdapat di dalam kamarku. Sebelumnya aku sudah minum vitamin juga yang sempat aku beli tadi, aku selalu make sure diri sendiri buat tetap fit sampai beberapa hari kedepan.

Aku memandang langit-langit kamar sambil memikirkan seseorang yang beberapa waktu laku aku lihat. Pada akhirnya, sekuat apapun aku berusaha untuk tidak mau tahu tentang dia tetap saja akan selalu berakhir memikirkannya.

Melihatnya tadi membuatku kembali mengingat pesan yang dia kirimkan dua minggu lalu yang sampai saat ini tidak aku berikan balasan. Aku tidak tahu mau balas apa dan lebih tidak ingin membalas sepertinya. Aku tidak tahu hal apa yang ingin dia bicarakan. Kalaupun memang sangat penting mungkin dia akan menghubungi lagi, tapi sampai saat ini tidak ada pesan darinya yang aku asumsikan bahwa itu hanyalah pesan basa-basi yang tidak perlu kuhiraukan.

Namun rasa penasaranku belum surut, aku mengambil ponsel yang berada di nakas lalu membuka social media mencari akunnya, dan ketemu. Laman instagramnya tidak banyak berisi foto dirinya melainkan foto teman-temannya? Foto alam, foto beberapa anak kecil yang aku lihat bersamanya tadi, dan oh.. ada foto bersama wanita yang aku temui sedang bersamanya dua minggu lalu. Tapi sampai di akhir profilnya aku tidak mendapati satupun foto dengan nuansa pernikahan. Aku memutuskan untuk menyudahi sesi penasaran ini. Biasanya aku tidak pernah serajin ini untuk mengecek social media orang lain.

But..

Crap!!!

Jariku dengan kurangajarnya tergelincir tidak sengaja menekan tombol follow pada laman profil instagramnya. Dengan cepat aku segera hendak menekan tombol unfollow tapi satu notifikasi muncul sekejap.

chezraaffandra started following you

Shit.

Karakter Jani yang aku buat ini like the real definition of walking red flag, selalu punya asumsi sendiri, gak pernah mikirin perasaan orang lain, cuma mau tetep di zona amannya tanpa mikirin kalau ternyata dia udah nyakitin orang yang tulus ke dia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Karakter Jani yang aku buat ini like the real definition of walking red flag, selalu punya asumsi sendiri, gak pernah mikirin perasaan orang lain, cuma mau tetep di zona amannya tanpa mikirin kalau ternyata dia udah nyakitin orang yang tulus ke dia.

Vote and comment are really appreciated <3

— ers

The Unspoken Emotions (TERBIT)Where stories live. Discover now