19. | Too Dumb To Realize

15.7K 2.1K 67
                                    

—

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Saat ini aku dan Mbak Maudi sudah berpindah ke bagian taman di samping rumah Mas Rian. Bukan hanya kami, tentu saja si pemilik rumah bersama teman-temannya juga sudah berpindah dari yang tadinya berada di ruang tamu, kini sudah duduk di kursi santai dilengkapi dengan meja tidak jauh dari tempatku dan Mbak Maudi. Tidak terkecuali sosok laki-laki yang mampu membuatku mencuri-curi lirik ke arahnya.

Setelah selesai membahas pengantar tentang klien yang akan aku urus bersama Mas Rian, tentu saja aku segera bergegas untuk pulang. Namun Mbak Maudi yang saat itu sudah terlanjur memesan banyak makanan dengan jenis junk food beserta soda untuk bersantai kembali menahanku untuk ikut bergabung.

"Sebentar doang kok Jani, aku masih pengen ngobrol bareng kamu. Terus ini aku cewek sendirian huhu, mereka pasti rusuh sendiri nih main game," ujar wanita itu dengan memelas sehingga mau tidak mau akhirnya aku menahan diri beberapa saat untuk menemaninya mengobrol santai di taman. Aku suka konsep taman di rumah Mas Rian ini, comfy, tidak terlalu besar, namun sangat cantik dengan lampu-lampu warm tone yang menggantung.

Namun tidak berapa lama aku dan Mbak Maudi berpindah, Mas Rian dan teman-temannya ikut bergabung di taman dan mengambil tempat tidak jauh dari kami. Sebenarnya mereka mengobrol biasa bahkan sesekali terdengar gelak tawa entah karena apa, hal normal yang sering terlihat ketika para pria sedang nongkrong.

Namun karena diantara mereka ada seseorang yang selalu berhasil membuatku berdebar bahkan hanya dengan melihatnya dari jauh saja yang membuatku saat ini resah dan kembali mengutuk perasaan tidak seharusnya itu.

Dia terlihat tidak terlalu menghiraukanku, tadi saja setelah menyadari keberadaanku, dia hanya melempar senyum tipis lalu segera berpaling. Hal itu sedikit membuatku terganggu namun segera kutepis. Memang seharusnya dia bersikap seperti itu, karena memang tidak ada hal apapun di antara kita terlebih aku yang seolah menuntutnya untuk tidak bermain-main denganku.

Are you sure Janitra? You really sure that is it okay being ignored like nothing's happened after that man kissed you deeply?

Bisikan dalam diriku semakin menambah pikiranku kacau, aku kembali resah dan mempertanyakan pendirianku. Aku seolah ingin memutuskan apapun dengannya bahkan sejak beberapa tahun lalu, namun setelah malam itu aku tidak bisa bohong kalau ada bagian dalam diriku yang tidak dapat menerima begitu saja keadaan tanpa kejelasan seperti ini.

"Naksir Eja?" Suara pelan Mbak Maudi terdengar, seketika membuatku yang tanpa sadar menunduk, tersadar dari lamunan.

"Gimana Mbak?" tanyaku kembali memastikan pertanyaan yang barusan kudengar.

"Naksir Eja? Apa lagi pdkt? soalnya kalian kayak remaja SMA yang saling curi-curi pandang gitu tahu," ujar Mbak Maudi sambil tertawa kecil. Dia juga lihatin aku?

The Unspoken Emotions (TERBIT)Where stories live. Discover now