BAB 1 : Mulut Beracun

251 10 12
                                    

Desiran ombak di malam hari cukup deras.

Diana setengah panik, karena terlambat datang ke sebuah acara penting yang diundang oleh atasannya.

Pemandangan laut sangatlah mencekam, lantaran di sekeliling kapalnya hanya gelap gulita. Seperti tidak ada satu pun cahaya yang bersinar.

Kini ombak semakin besar dan angin semakin kencang, meniup rambutnya yang sudah ditata rapih. Diana hanya bisa memejamkan mata untuk mengusir rasa takut.

"Kalau tau akan seperti ini, aku nggak usah capek-capek menata rambutku." keluhnya dalam hati.

Gaun hitamnya yang nan elegan itu terkena cipratan air laut yang terombang - ambing karena kondisi kapal yang tidak stabil.

Dia juga membawa tas jinjing kecil bewarna putih yang dipeluknya erat, agar tidak terjatuh selama perjalanan yang penuh guncangan itu.

Tidak ada yang lain, hanya dia yang duduk sendirian di bangku penumpang. Di dekatnya terdapat seorang teknisi yang tengah sibuk merapihkan persediaan.

Juga sesekali mengecek keadaan mesin kapal dan melaporkan kepada kapten yang sedang mengendarai kapal speedboat tersebut.

Diana Pertiwi adalah seorang remaja kelahiran Indonesia yang tengah bekerja di Amerika Serikat, setelah dirinya lulus dari universitas hukum ternama. Dia juga mendapatkan predikat terbaik saat kelulusan.

Sedari dulu ia memiliki ketertarikan pada industri kecantikan, maka dari itu kini ia bekerja di sebuah perusahaan kecantikan, bernama The Killa Beauty.

Lokasinya berpusat di kota bagian California, dan dia baru saja bekerja selama enam bulan disana.

-

Tiba - tiba dari kejauhan mereka melihat gemerlap cahaya dari sebuah pulau. Sepertinya itu adalah lokasi pulau yang akan dituju Diana.

"Kita sudah sampai !!" teriak kapten kapal.

Suasana laut tidak lagi begitu mencekam, karena gelapnya malam sudah terobati dengan cahaya dari kejauhan itu.

Angin yang sedari tadi meniup kencang seketika mereda. Suasana menjadi sangat dingin dari sebelumnya.

"Aku seperti habis mandi lagi." Tubuhnya basah kuyup dan gemetaran. Selama perjalanan Diana hanya bisa menahan dinginnya udara malam sambil mengeluh dalam hati.

Pulau yang mereka datangi terlihat rindang dan sejuk, karena ditumbuhi pepohonan di tiap sudutnya. Serta tancapan obor yang menyala terang di sepanjang jalan menghiasi dermaga.

Kapal speedboat kemudian berlabuh di sana. Dermaga itu terbuat dari kayu mahoni yang menjadikannya elegan nan cantik. Terdapat juga gapura yang menjulang tinggi bertuliskan, "Pulau Waitiki".

-

Ada seorang bodyguard yang mengenakan seragam serba hitam tengah berjaga di depan dermaga itu. Dia membantu Diana untuk turun dari kapal dan mengantarnya pergi melewati jalan setapak yang terbuat dari bebatuan.

"Untung aja aku pakai sepatu sneakers !" Diana seraya bergumam. Jalan setapak itu melewati pepohonan yang terasa sejuk namun juga membuat Diana menggigil. Tubuhnya yang sedang basah perlahan mengering karena hembusan angin.

Di sekelilingnya terdengar suara nyanyian jangkrik dan seruan burung hantu. Kemudian ada anak tangga yang membawa mereka menanjak ke dataran yang lebih tinggi.

Gedung penginapan sudah mulai terlihat dari sela-sela semak belukar. "Wah besar banget seperti istana !! Pasti semua tamu sudah ada di dalam." Diana mempunyai feeling bahwa malam ini akan menjadi malam yang sangat berkesan.

Pesta Anjing |On-Going|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang