XXXI

825 83 5
                                    

Severus menghentakan kaki nya sepenuh tenaga sepanjang jalan, dia masih tidak bisa mengerti apa yang membuat Harsha melakukan hal bodoh seperti itu.

"Susan Bones!" Teriak Severus.

"Yes, sir?" Ucap Susan gemetar akibat terkejut.

"Dimana teman mu? Dimana Harsha?"

Harsha sudah tidak lagi memakai kalung angsa hitam pemberian Severus, sampai saat ini Ia masih menganggap kalung itu pemberian Cedric. Jadi, setelah hubungan mereka kandas Harsha sangat enggan memakai kalung itu lagi. Kalung tersebut setidaknya bisa membantu di keadaan seperti ini untuk mengetahui keberadaan Harsha.

"Aku tidak melihatnya hari ini, sir." Jawab Susan.

"Bisakah kau datang ke kamarnya dan menyuruhnya ke ruangan ku?" Ucap Severus, lebih ke arah perintah dibanding bertanya.

"Eh, baik sir. Aku akan segera kembali." Susan berlari sekencang yang Ia bisa.

Susan bingung dan takut bersamaan, melihat Severus lima kali lipat garangnya dari biasa membuat siapa pun yang melihatnya seakan mengalami ganguan cemas.

'Harsha akan berada dalam bahaya.' batin Susan.

Susan datang ke Harsha dengan keringat dimana-mana dan nafas yang ngos-ngosan. Ia mencoba menenangkan dirinya dulu saat ini, rasanya dia akan pingsan sekarang juga.

"Harsha... Harsha kau di panggil Profesor Snape... huh, sebentar aku harus bernafas. Di panggil Profesor Snape ke ruangan nya sekarang! Cepat! Dia sepertinya marah, berhati-hatilah." Susan berbicara sebisa mungkin dengan nafas yang sisa setengah.

"Benarkah? Baiklah, terimakasih Susan."

Kecemasan Susan berpindah pada Harsha sekarang tapi, Harsha memiliki tekat, apapun yang akan terjadi Ia harus lebih tegas dari ayahnya. Ia tidak boleh kalah kali ini, cukup untuk terus mengikuti kata-kata Severus.

Harsha mengetuk pintu dan masuk keruangan Severus. Ruangan nya sedikit lebih berantakan dari biasa, tidak hanya perkamen tabung tabung reaksi juga berjejer berantakan di atas meja.

"Kau memanggilku, profesor?" Harsha bertanya dengan suara yang formal.

"Ya, apa kau tahu kenapa aku menyuruh mu datang, nona?"

"Aku tidak tahu." Jawab Harsha singkat.

"Kau membuat satu sekolah geger, nona. Kau menambah pekerjaan ku."

"Apa maksud mu? Apa yang membuat geger? Perasaan aku hanya diam dan tidak melakukan hal yang mencolok." Harsha mulai meninggikan suaranya.

"Semua orang sekarang tahu kalau kau adalah anak ku, nona. Apa kau tidak tahu? Padahal kau sendiri yang melakukannya." Severus mulai terpancing lebih lagi emosinya.

"Apa? Aku melakukan apa? — OOH kau menuduhku kalau aku yang memberi tahu mereka semua?! Untuk apa aku melakukan itu sama sekali tidak menguntungkan untuk ku. Dan ya ini kesempatan bagus untuk menjelaskan semuanya, sir. Apa yang membuatmu tidak ingin semua orang tahu kalau aku adalah anak mu? Apa aku adalah sebuah kesalahan yang besar?!" Harsha mulai meledak.

Severus diam, memang menyakitkan menjadi Harsha dimana dia tidak bisa seperti anak yang lain nya yang memerkan keluarga mereka pada teman-teman, bercerita hal lucu tentang apa yang orangtua mereka lakukan bersama, dan kehangatan-kehangatan semacam itu.

"Dengar, nona. Aku akan menceritakan semuanya padamu. Duduk dan tenang."

Harsha menarik nafasnya dalam-dalam, "Baiklah, ceritakan sekarang."

"Jika, kau mendengar obrolan kami berdua, kau akan mendengar kalau Daddy adalah seorang Death Eater. Ini adalah aib sebenarnya, kau tidak boleh mencontohnya oke?"

Harsha mengangguk, dan Severus melanjutkan ceritanya, "Kau pasti tahu kenapa Daddy memutuskan untuk bergabung dengan Death Eater. Ya, karena Daddy sangat tergila-gila dengan pertahanan ilmu hitam, dan kemampuan Dark Lord sangat luar biasa, itu membuat Daddy sangat kagum lalu, dengan sukarela Daddy bergabung dan diterima dengan baik oleh mereka."

"Lalu apa hubungannya dengan semua ini?" Tanya Harsha.

"Waktu itu Daddy dan Mommy mu kira-kira sudah 3 tahun menikah, kami berdua baru memiliki mu saat itu dan di saat yang bersamaan Dark Lord ingin melancarkan serangan nya. Daddy tahu sesuatu yang buruk pasti akan terjadi, Harsha. Sebelum semua serangan terjadi, Daddy memastikan untuk memasang semua mantra pelindung di sekitar rumah untuk melindungi kalian. Di saat Daddy sudah memastikan kalian sudah aman, Daddy tidak sengaja mendengar ramalan ada anak yang akan menewaskan Dark Lord, pilihannya hanya dua. Neville Longbottom atau Harry James Potter. Awalnya Daddy mengira Longbottom, ternyata salah. Potterlah yang di maksud ramalan itu. —

— U should know, Harsha. Dulu, Daddy dan Ibunya Harry, Lily adalah teman yang baik. Sampai dia berteman dengan James sialan Potter itu. Tapi, teman tetaplah teman bukan? Daddy meminta tolong kepada Dumbledore untuk menyelamatkan keluarga Potter, dan Daddy bersumpah akan mengikuti apapun yang dikatakan oleh Dumbledore. Akhirnya, Daddy menjadi mata-mata di antara Dark Lord dan Dumbledore, tapi yang harus kau tahu, Harsha, Daddy mu ini selalu berpihak pada kebenaran sekarang. And ya, fakta Daddy membantu Potter tidak diterima dengan baik oleh Rosalie, Mommy mu. Entah apa yang Ia pikirkan saat itu, dia merasa cemburu mungkin? Lalu dia meninggalkan kita di sini. —

— Daddy mencarinya kemana-mana untuk memperbaiki semuanya tapi, sepertinya terlambat. Ia sudah memiliki kehidupan baru yang bahagia." Jelas Severus sedetail mungkin.

"Lalu? Kenapa aku selalu disembunyikan sampai sekarang?!" Suara Harsha meninggi.

"Karena kau berpotensi menjadi Draco, Harsha. Aku sudah bisa membacanya dari awal."

"Draco? Ada apa dengan Draco?" Harsha cemas.

"Sudah terlalu jauh, kau akan mengetahui sendiri, Harsha. Daddy sudah memberitahu semua yang perlu kau tahu untuk saat ini jadi, berjanjilah untuk menurut karena aku tidak ingin kehilangan mu, mengerti?"

"Mengerti." Harsha menganggukan kepalanya yakin dan Severus mengusap kepala anak nya pelan dengan senyum tipis.

"Oke kalau mengerti, jelaskan semua kekacauan ini padaku, Nona Snape. Ini perintah." Ucap Severus.

"Baik, pertama aku ingin meminta maaf kalau di sini aku bertindak sedikit antagonis. Kau tau, Dad aku tidak bermaksud untuk menjadi kasar."

"Ya, ya lanjutkan langsung ke inti nya saja nona."

"Sepertinya Emira mendengar percakapan kita sebelum nya, lalu dia ingin mengkonfirmasi sendiri pada ku apakah yang Ia dengar benar adanya, dan aku mengakui nya, Dad. Maafkan aku. Dia lalu menunjukkan mimik wajah jijik atau semacamnya, lalu aku marah dan mengatakan ayahnya tidak berarti apa-apa jika di bandingkan dengan mu. Aku juga mengatai ayahnya yang seorang squib. Mungkin dia marah gara-gara itu dan menyebarkan berita ini keseluruh penjuru sekolah. Maaf aku sudah melakukan hal yang kasar."

Severus tersenyum sekilas, well Severus dan Harsha berbeda sekali dilihat dari sudut pandang manapun. Namun, pepatah mengatakan buah tidak jatuh jauh dari pohonnya, Severus hanya merasakan itu kali ini. Ia merasa bangga ternyata Harsha juga bisa melakukan sarkasme.

"Kenapa, tidak marah?" Harsha bingung dan memiringkan kepalanya melihat sang ayah mengulum senyum sedari tadi.

"Tidak papa, lain kali kau harus memikirkan terlebih dulu apa yang mau kau ucapkan sebelum menyakiti perasaan orang lain." Ucap Severus.

"Hanya itu? Tidak ada omelan? Sungguh?"

Sebenarnya Severus juga cukup kesal dengan Emira, selain ini menyangkut urusan pribadi, dia dengan terang-terangan selalu mengganggu Harsha tanpa sebab, tapi dia harus menyembunyikan kekesalannya dengan bertindak profesional sebagai kepala asrama yang bijaksana.

"Ya, anyways Daddy sangat setuju dengan pernyataan itu. Daddy lebih baik di segala sisi di banding Daddy nya, semua orang tahu itu bukan?"



.
Bersambung...
!Jangan lupa vote dan komen!Terimakasih!

Terimakasih yang sudah support ❤

Things You Will Never KnowWhere stories live. Discover now