XXVI

803 102 3
                                    

"Emira, berapa kali aku harus menegur mu? Sampai kapan kau akan menjadi sok penguasa seperti ini?!"

"Lihat teman-teman mu yang lain! Mereka belajar dengan sungguh-sungguh, tak seperti mu! Jangan membuat keluarga malu."

Teriakan-teriakan seperti itu sudah biasa di telinga Emira, hampir setiap hari Ia dengar dari bangun hingga tidur pasti ada saja ocehan dari sang ibu. Bukan membuat Emira menjadi tambah baik, Ia malah seakan-akan tertantang.

"Yes Mom."

Hanya dua kata yang bisa di lisan-kan oleh Emira padahal, di dalam hati nya sudah bergerumuh kata-kata kesal khas anak yang baru remaja. Emira masuk ke kamar dan menghentakan tangan di meja belajar nya.

Alih-alih mengambil buku untuk belajar, Ia malah mengambil selembar kertas dan mengisi nya dengan pena. Apa itu diary? Bukan. Itu adalah rencana-rencana Emira untuk mencari siapa lawan selanjutnya. Tangan nya sangat lancar berdansa di kertas tersebut, jauh lebih lancar di banding mengisi kuis ujian akhir.

Di luar kamar, sang ibu ternyata kembali mengadu pada ayah nya. Kadang juga ayah Emira atau yang kita kenal dengan Tuan Dawson sering jenuh atas ocehan itu.

"Lalu kau mau bagaimana? Dia memang seperti itu. Lagi pula kau sendiri kan yang menyuruhnya masuk Hogwarts, aku sudah sering sekali menyarankan untuk homeschooling di rumah saja." Ucap Tuan Dawson santai sambil meminum kopi hangat.

"Anak mu juga harus bisa bersosialisasi dengan orang lain, tidak bisa kau suruh untuk homeschooling saja. Cepat atau lambat Ia pasti akan minta bantuan orang lain, dan cara dia bersikap kepada orang lain itulah yang salah. Kita harus merubah itu." Jawab istrinya.

"Itu anak mu juga, love. Ku rasa Emira tertekan belakangan ini, kau terus saja memarahi nya."

"Ya itu karena dia salah! Anak yang salah harus di tegur secepatnya atau tidak Ia akan semakin salah. Di setiap Emira melakukan sesuatu kau menjadi seolah-olah tidak pernah peduli, dan sekarang kau berperan menjadi yang paling mengerti. Apa itu wajar sebagai ayah? Seharusnya kau memiliki rasa tanggung jawab, karena aku melakukan itu bukan karena keinginan ku! -

- Jangan berpura-pura menjadi si paling sibuk Dawson, kau bisa sampai di titik ini juga karena bantuan keluarga ku, squib seperti mu seharus nya bersyukur bisa menemui seseorang sesabar aku." Nyonya Dawson terus menekan suaranya hingga ujung kalimat.

"Rosalie!" Teriak Tuan Dawson. Matanya melebar, menandakan Ia tengah marah.

"Jangan pernah memanggilku dengan 'Rosalie' itu hanya untuk orang yang spesial di hidup ku, dan tentu bukan kau. Anggap saja kita ini seperti kecelakaan dan sebuah penyesalan hanya sebatas itu, Dawson." Setelah kalimat ini, dapat terdengar jelas suara kursi yang terhentak akibat dorongan keras.

Tidak hanya suara kursi, sebenarnya suara percakapan itu terdengar jelas sampai ke balik kamar Emira-kamar Emira berada di bawah, lebih tepat nya di dekat ruang tengah.

Emira mengacak-acak rambutnya gusar dengan sesekali menjambak nya cukup keras. Kepala nya menunduk dan Ia pun terisak.

'Seharusnya aku memang tidak ada.'

...

Severus tengah sibuk dengan perkamen-perkamen murid di meja nya, meja nya sangat berantakan sekali. Dengan pena di tangan kanan, Ia meneliti semua jawaban murid dengan detail sampai ke akarnya. Terlihat sangat sibuk sampai-sampai Ia menemukan satu kertas yang berbeda dengan kertas lain nya. Sebab tinta nya berwarna merah muda.

Dahi nya mengernyit heran, salah satu alisnya pun menjadi naik. 'Apa ini? Apa dari Harsha?'
Severus mengambil perkamen itu dan melihatnya teliti.

'Dear, Professor Snape.

Aku tahu, setelah kau membaca tulisan ku ini kau akan segera membuang nya. Sebenarnya sudah dalam waktu lama, kau selalu membayangiku dan aku baru berani untuk mengucapkan nya sekarang. Aku hanya ingin merasa lega dan semoga setelah aku kirim perkamen ini aku akan melupakan mu segera. Maafkan aku telah menyukaimu profesor-'

Belum sampai habis membaca sampai bawah, Profesor Snape mengepal kertas itu dan membuang nya ke sembaran arah ruangan. 'Siapa yang berani meneror ku seperti ini!' batin nya.

Severus masih bergedik dan meraskan merinding akibat geli dengan perkamen yang barusan saja Ia baca. Ia pasti beranggapan itu sangat menjijikan dan membuang waktu nya. Tapi, itu hanya berlaku untuk orang lain. Kalau saja Harsha yang menulis kata-kata apalagi yang romantis seperti itu pasti akan Ia simpan, atau bisa saja di bawa tidur dan di baca berulang-ulang.

Hmmm, kalau di pikir-pikir sepertinya Severus sudah lama tidak Dad and Daughter Time bersama Harsha. Ia juga merasakan rindu mengobrol hal-hal yang sebenarnya Ia anggap aneh bersama Harsha hingga larut malam, ya walau yang banyak bicara hanya Harsha sebab, biasanya Severus hanya akan mengiyakan nya saja. Harsha tak hanya sekali tertidur akibat kelelahan berbicara, karena Harsha tahu jika Ia hanya diam saja maka akan berubah menjadi malam yang senyap.

Severus menggeser perkamen berantakan itu dan mengambil buku dengan cover kulit, itu adalah buku jadwal milik nya. Ia ingin mengatur jadwal nya agar bisa mengatur waktu bersama Harsha. Severus kasihan dengan anak nya itu, begitu banyak kejadian yang menimpa nya belakangan ini sehingga membuat nya sangat bingung dan sakit kepala.

...

Saatnya jam istirahat di Hogwarts. Mereka makan bersama seperti biasanya di Great Hall. Suara khas alat makan dan suara obrolan para murid mencampuri menjadi satu.

Di tengah menyantap makanan, perhatian para murid teralihkan oleh sang headmaster, Albus Dumbledore. Dumbledore naik ke mimbar dan mengatakan beberapa pemberitahuan.

Yang pertama seputar seleksi prefek, yang kedua Ia memberitahukan pada seluruh murid tentang jangan pernah masuk ke dalam hutan terlarang tanpa seseorang yang lebih dewasa. Usut punya usut tadi malam ada yang masuk diam-diam dan untung saja di temukan oleh Argus.

Selanjutnya Dumbledore mengumumkan bahwa Hogwarts akan menjadi tuan rumah Twizard Tournament yang menjadi tradisi rutin setiap 5 tahun sekali dan minggu depan, sekolah-sekolah besar sihir lain akan datang ke Hogwarts sebagai tamu. Jadi, semua orang harus bersiap dari sekarang. Murid-murid bersorak kesenangan, namun ada juga yang masih tidak familiar dengan Twizard Tournament ini.

Seseorang dari meja sebrang menghampiri meja Hufflepuff. Orang ini cukup di kenal. Ia mengampiri Harsha yang tengah minum, karena makanan nya sudah habis.

"Harsha, jika ada Twizard Tournament maka akan ada Yule Ball. Will you dance with me?"

"Maafkan aku tapi sepertinya aku tidak bisa, aku sudah ada janji dengan seseorang."








.
Bersambung...
!Jangan lupa vote dan komen!Terimakasih!

Terimakasih yang sudah support ❤

Things You Will Never KnowWhere stories live. Discover now