VII

2.3K 308 6
                                    

Hari ini di lapangan Hogwarts nampak ribut. Ravenclaw dan Slytherin sedang berdebat. Mereka meributkan siapa yang akan menggunakan lapangan untuk latihan Quidditch.

Beberapa minggu lagi Quidditch akan di laksanakan makanya, masing-masing asrama mempersiapkan tim nya masing-masing dengan matang.

"Kenapa kalian latihan disini? Kami kan sudah bilang akan memakai lapangan untuk latihan hari ini." Ucap ketua tim Ravenclaw.

"Kami sudah dapat izin dari Profesor Snape, bung. Pergilah ini akan menjadi jadwal latihan kami." Sahut Lucian Bole, salah satu anggota Slytherin.

Keributan ini tentu menjadi tontonan untuk murid Hogwarts yang lain. Di sudut lapangan juga terlihat Cedric Diggory, ketua tim Quidditch Hufflepuff yang sedang menunggu giliran latihan.

"Hey! Siapa pun yang akan berlatih duluan. Ingat ya setelah itu kami yang akan berlatih." Teriak Cedric.

Harsha dan Hermoine tepat dari toilet turut berhenti ketika melihat banyak gerombolan anak-anak yang sedang menonton perkelahian ini.

"Ada apa Cedric?" Tanya Harsha.

"Oh, hai Harsha. Slytherin dan Ravenclaw sedang merebutkan lapangan untuk berlatih Quidditch." Jawab Cedric dari sudut lapangan.

"Kenapa tidak gantian saja?" Timpal Hermoine.

"Yah tentu tidak bisa, karena giliran kedua adalah Hufflepuff. Jika salah satu dari mereka kalah, mereka harus berlatih besok. Tapi, kurasa Slytherin yang akan menang. Ia mempunyai izin dari Profesor Snape. Padahal Ravenclaw sudah lebih dulu bilang akan latihan." Jelas Cedric.

Hermoine sontak melihat ke arah Harsha. Harsha jadi salah tingkah.

"Oh begitukah?" Harsha mencoba mengendalikan dirinya.

Cedric mengangguk dan mendekati mereka berdua. "Aku berharap Hufflepuff akan menang kali ini. Doa kan aku Harsha."

"Tentu!"

"Gryffindor yang akan menang." Lirih Hermoine yang menarik Harsha meninggal kan lapangan.

"Harsha!" Panggil Cedric.

Harsha berpaling dari kejauhan. "Ya, Cedric?"

"Apa kau sibuk?"

Harsha menoleh ke Hermoine. "Sepertinya iya, memangnya kenapa?"

"Oh begitukah? Apa kamu akan menemaniku latihan jika, tidak sibuk?" Tanya Cedric sedikit kikuk.

"Tentu! Apa hari ini?"

"Ya, mungkin sekitar jam 3 atau jam 4"

"Baiklah, aku pasti akan menemani mu!" Mendengar itu Cedric tersenyum senang bukan kepayang.

Harsha pun melanjutkan perjalan nya dengan Hermoine, mereka berdua menuju perpustakaan. Kali ini tidak hanya untuk belajar tapi, sambil mencari info tentang ibu nya Harsha.

"Apa kau suka Cedric, Harsha?" Hermonie bertanya.

"Hmm, bagaimana ya... Semua orang menyukai Cedric, Hermoine. Dia tampan, baik, jujur, humble. Dia definisi dari sempurna." Harsha malu-malu mengatakan nya.

"Sepertinya memang benar kau menyukai nya." Hermoine terkekeh.

"Oh ya bagaimana? Kau sudah mendapatkan daftar-daftar nama itu?" Hermoine kembali ke tujuan awal.

"Sudah! Aku mencari nya mulai dari buku sampai berkas-berkas di laci ayah ku. Memang ada beberapa nama sih tapi, aku tidak tahu yang mana yang pasti. Setelah ku lihat lagi, seperti tidak berkaitan. Kemarin pun aku hampir ketahuan oleh Draco saat dia kerumah ku. Dia mulai mencurigai ku."

"Kau harus semakin hati-hati, Harsha. Sebaiknya jangan mencari tahu saat di rumah. Jangan kan Draco, ayah mu pun bisa saja mengetahui nya." Saran Hermoine.

"Baiklah, aku akan mencari tahu di sekolah saja."

...

Waktu makan siang telah tiba, Harsha dan Susan menuju ke Great Hall untuk makan bersama. Harsha memilih duduk di samping Justin karena, menurut Harsha itu adalah tempat yang bagus untuk melihat ke arah mimbar. Siapa tahu ada pengumuman kali ini.

"Hm, permisi Justin. Geser sedikit." Suara itu membuat Harsha melihat ke arah nya.

"Cedric?" Harsha bingung.

"Ya, kenapa memanggil ku?" Sahutnya.

"Tumben kau duduk di sini, biasanya duduk bersama teman-teman mu."

"Apa aku salah, kau juga teman ku, Harsha. Oh ya, jangan lupa jam 3 di lapangan. Aku menunggu mu." Cedric tersenyum menyipitkan mata.

Cedric terus-terusan mengajak ngobrol Harsha. Harsha juga suka. Sifat mereka sama-sama supel hingga hanya dalam waktu singkat mereka menjadi sangat akrab.

"Lihat sepertinya Cedric dan Harsha berkencan. Mereka cocok." Ucap Ron.

Severus turut memperhatikan dari meja nya, berani sekali Cedric ini mendekati putri semata wayang nya. Di balik Harsha yang manis terdapat aura seram dari ayah nya.

Tapi, Severus harus tetap profesional sebagai seorang profesor disini, bukan sebagai ayah. Padahal wajar sekali untuk anak umuran seperti mereka. Waktu-waktu kasmaran.

Rambut hitam yang serupa dengan milik Severus, mata coklat sedikit terang, di tambah bibir tipis yang juga duplikat dari Snape, senyum nya juga manis. Di tambah dia yang suka bergaul drngan orang-orang. Tak heran jika banyak yang mendekati Harsha.

"Kau serius sekali, Sev." Senggol McGonagall.

Severus hanya diam dan terus menyantap makanan tapi, matanya tak lepas dari Cedric dan Harsha yang terlihat sangat menikmati suasana.

"Mereka hanya anak-anak, Sev. Sudahlah." Sambung Minerva.

Severus menarik nafas kasar. Ia mencoba berpikir jernih dan menjadi tidak posesif. Ia tidak ingin merusak kebahagiaan Harsha kali ini. Tapi, kenapa kebahagiaan itu harus bersama Cedric? Kenapa tidak dengan Snape saja?

Tanpa sadar Severus menghentakan garpu nya di meja. Itu membuatnya menjadi perhatian,  khusus nya para profesor yang juga sedang makan.

"Oh maaf kan aku, aku tidak sengaja melakukan nya." Snape meminta maaf.

"Ada apa Severus? Kau terlihat kesal." Hagrid yang di sebelah nya berkata.

"Itu karena Harsha seru mengobrol dengan Cedric." Profesor McGonagall membantu menjawab.

"Memangnya kenapa? Harsha juga begitu dengan Harry, Ron, Justin dan banyak lagi, Hermoine, Susan, bahkan dengan Pansy. Kecuali, Draco sih. Mereka akan bertengkar jika di satukan." Hagrid menjelaskan sambil mengunyah makanan.

"Syukurlah dia tidak seperti itu dengan Malfoy." Ucap Snape pelan.



.
Bersambung...
!Jangan lupa vote dan komen!Terimakasih!

Things You Will Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang