XXV

839 109 4
                                    

"Dad, kenapa kau benar-benar membenci Mommy?"

"Dad, kenapa aku tidak boleh bersama Mommy?"

"Dad, apa yang kau sembunyikan dari ku?"

Pertanyaan-pertanyaan itu mulai menghantui pikiran Severus. Kalau pun Severus menjelaskan semuanya kepada Harsha, Harsha mungkin tidak akan paham dan hanya akan membuat Severus kembali sakit hati karena mengenang masa-masa yang telah lalu.

Di tambah seribu upaya dari Rosalie yang mencoba merebut Harsha pun ikut menambah pikiran Severus. Ia kerap tidak bisa tidur di malam hari hanya karena takut saat besok pagi Harsha sudah tidak bersama nya. Kita hanya bisa memaklumi Severus di sini.

Menemui Dumbledore pun sepertinya jawaban nya sama saja, pria tua itu akan menyuruh Severus untuk jujur pada Harsha alih-alih membantu menyingkirkan Rosalie.

"Profesor, bukan kah kita sudah mempelajari bab ini kemarin?" Ucap seorang anak yang di kenal sangat pintar, Hermione.

Sepertinya Severus masih terbawa-bawa dengan masalah pribadi nya sampai-sampai salah dalam mengajar.

"Siapa profesor nya di sini Granger? Kau atau aku? Bukan kah bagus untuk kalian saat aku memberi pertanyaan tentang materi yang pernah ku ajarkan sebelum nya? -

- Baiklah kalau begitu buka halaman 427, aku beri waktu membaca 10 menit lalu, tutup buku kalian aku akan memulai ujian."

"Ayolah, prof ini terlalu berlebihan!" Protes seluruh kelas.

"Jangan salahkan aku. Salahkan teman mu yang sok pintar itu."

Di sisi lain, Harsha mulai penasaran dengan apa yang Hagrid katakan. Sepertinya ada sesuatu yang juga di sembunyikan oleh Hagrid.

'Kenapa semua orang menyembunyikan tentang masa lalu orang tua ku? Memang apa spesial nya? Apa keuntungan mereka?' Harsha membatin.

"Susan, aku yakin Hagrid tahu sesuatu tentang masa lalu orang tua ku. Tapi, setiap kali aku bertanya pada nya Ia selalu menghindari ku."

"Berarti itu benar-benar rahasia, Harsha. Dari pada kau menghabiskan waktu untuk bertanya pada Hagrid. Bagaimana langsung ke sumber nya saja?!" Seru Susan.

"Profesor Snape?"

"Bukan, Harsha. Kau terlalu lemot, langsung saja tanya pada Dumbledore!"

"Kau gila? Jika hal itu sangat rahasia, Hagrid saja tidak mau menjawab apalagi Dumbledore!"

"Setidaknya Ia pasti akan menjelaskan, kenapa sangat rahasia seperti ini, kan?"

"Tapi, aku merasa kurang yakin dengan ini..." Harsha menggaruk tengkuknya.

"Ya terserah sih, ku rasa hanya Dumbledore jalan keluar terakhir."

...

Di balik pilar dinding rumah yang tinggi, terlihat dua orang sedang makan di meja makan besar milik mereka. Alat makan mewah dengan makanan yang super enak di masak oleh juru masak handal keluarga mereka.

"Love, bagaimana Emira? Sehabis kau ke hadapan kepala sekolah Ia menjadi sedikit pendiam."

"Pendiam? Aku dengar malah belakangan ini di sekolah, Ia semakin membuat masalah. Ia tetap sama saja seperti kemarin hanya mengganti sasaran nya saja."

"Kau bisa memperingati nya lagi kan, love?"

"Jika mulut ku buatan manusia, mulut ku sudah copot."

"Jangan berlebihan seperti itu, biar begitu dia tetap anak kita kan?" Dawson mencoba untuk menenangkan Rosalie dengan mengusap tangan sang istri.

"Apa kau tahu, Ia bahkan berduel dengan anak di tahun keempat. Bisa kau bayangkan sendiri betapa sombongnya anak itu. Aku menyesal memanggilkan nya profesor untuk belajar di rumah." Rosalie masih nampak rewel.

"Namanya juga anak-anak, love. Nanti juga akan berubah."

'Aku menyesal tidak mengugurkan anak ini kemarin.'

...

"Ada apa Nona Snape? Tumben sekali datang menemui ku. Apa ada masalah?"

"Emm... Sebenarnya begini, aku hanya ingin bertanya profesor."

"Tentang apa itu? Mantra, ramuan? Ku yakin bukan soal ramuan karena yang ahli dalam hal itu adalah ayah mu sendiri. Jadi, apa yang menjadi pertanyaan di kepala mu?"

"Hm... Ini di luar dari sekolah, prof. Tentang-"

"Ya, aku tahu. Cepat atau lambat kau pasti akan bertanya, nona. Bagian mana yang ingin kau ketahui? Tapi, aku hanya akan menjadi seorang penengah di sini, tidak lebih." Dumbledore menatap mata Harsha pekat.

"Kenapa sangat rahasia?"

Dumbledore membenarkan duduk nya, dan menaruh kedua tangan di atas meja sambil menopang dagu nya. "Hal ini adalah hal yang berat bagi mereka, Harsha. Terutama Severus. Tapi, ku rasa yang akan di ungkapan oleh Severus adalah yang sebenarnya terjadi. Terkadang orang yang sudah memiliki ambisi akan menghalalkan apa saja untuk mendapatkan apa yang Ia mau. Kau harus menjaga dirimu dengan baik, Harsha. Aku yakin kau tahu siapa yang baik untuk dirimu sendiri. Memang perpisahan yang lama itu menyiksa mu tapi, apa kau yakin akan bahagia di rumah mu yang baru?-

- aku rasa aku sudah berbicara tentang masalah orang lain terlalu banyak, apa kau tidak ada kelas nona? Karena aku sedikit sibuk untuk menandatangani banyak kertas bertumpuk di sini."

"Sebentar, prof! Aku bingung dengan penjelasan mu. Siapa yang berambisi? Apa maksud nya rumah baru?"

"Harsha, ku rasa kepala mu cukup pintar untuk menguraikan perkataan ku. Sebaiknya tetaplah ikuti kata-kata Severus terlebih dahulu. Aku tau kau baru bertemu dengan ibu mu dari sekian lama. Tapi, apa kau yakin mengenal ibu mu dengan baik, Nona Snape?"

"Mommy adalah orang jahat?!" Harsha ingin memastikan.

"Aku tidak menyimpulkan seperti itu, seorang ibu pasti ingin sesuatu yang terbaik untuk anak nya."

"Lalu, apa prof? Profesor, aku mohon jelaskan pada ku. Aku selalu bingung dengan setiap keadaan yang menimpa ku. Tidak bisa kah sekali saja berpihak pada ku?"

"Bukan kah sudah ku bilang di awal, kalau aku hanya akan menjadi penengah? Omong-omong minggu depan akan ada seleksi prefek, apa yang sudah kau siapkan Harsha?"

"Sir, ku mohon jangan mengalihkan topik kita. Lagi pula aku akan mundur, aku tidak bisa menjadi seorang prefek."

"Topik sebelumnya ku rasa sudah selesai. Kenapa memilih mundur? Padahal ayah mu terlihat begitu exited untuk ini."

"Benarkah?"

"Ya! Iya selalu menanyai tentang mu ke prefek lain. Ia juga sering menceritakan ke profesor lain. Saran dari ku, jangan mundur sebelum berperang Harsha. Percayalah pada dirimu sendiri sebelum, mempercayai orang lain."

...

Harsha nampak gusar, Ia terus menunduk dengan alis yang bertaut. Tak jarang Ia sesekali menghentakkan kaki nya di lantai kokoh milik Hogwarts.

"Ada sesuatu yang mengganggu mu?"

Harsha mendongakkan kepala nya dan melihat ke arah sumber suara. Ternyata yang menegur Harsha tadi Hilana rupanya.

"Aku tidak tahu tentang masalah apa yang kau hadapi. Tapi, seperti nya kau bukan orang yang biasa saja. Nyonya Dawson si konglomerat itu berada di pihak mu, apa keluarga mu juga seorang konglomerat? Kau juga berteman dengan Malfoy juga Potter. Ku dengar juga ayah mu seorang penyihir yang sangat hebat. Sebenarnya siapa kau Harsha?"

"Dari mana kau tahu tentang ayah ku?"

"Aku mendengar nya dari Malfoy, Ia terus mengagungkan semua seputar dirimu. Ku pikir seluruh Hogwarts hampir tahu tentang itu. So, kembali ke topik kita. Siapa dirimu, Harsha?"

"Kenapa begitu ingin tahu urusan hidup ku? Sebaiknya berhenti sampai di sini saja, nona."

"Gara-gara kau, sekolah ku terancam Harsha! Keluarga ku juga! Kau yang terus ikut campur urusan hidup ku terlebih dahulu Harsha kau harus menerima akibat nya!"


.
Bersambung...
!Jangan lupa vote dan komen!Terimakasih!

Terimakasih yang sudah support ❤

Things You Will Never KnowWhere stories live. Discover now