XIX

956 155 9
                                    

"Ada apa sih dengan mu?! Aku hanya ingin mengobati luka-luka di tubuh nu tidak lebih! Lagi pula aku tulus melakukan nya, lagi pula apa yang ku dapat jika pura-pura baik didepan mu?! Lain kali tolong hargai pemberian orang lain, nona!-

- Apa kau tahu anak-anak lain sibuk membicarakan betapa mereka kesal dengan sikap mu yang seperti ini. Mereka semua enggan mendekat karena kau adalah orang yang kasar. Lagi pula aku melakukan hal ini karena... hanya saja kau mirip seperti ayahku."

"Lalu? Aku harus menerima semua yang kau berikan, begitu? Jangan pernah berharap!" Ketus Hilana yang berdiri dan langsung pergi dengan tidak sopan.

"Dasar anak aneh, kenapa jadi aku yang terkesan seperti membutuh kan dia? Tidak sopan!" Mengomel sepanjang langkahnya menuju kelas Madam Sprout.

"Siapa yang tidak jelas?"

Kepala Harsha menongak ke atas. "Sir?"

Manik mata mereka bertemu, Severus juga Harsha. Harsha merasa canggung dekat ayahnya, mereka sedari kemarin belum berbaikan. Severus padahal ingin menemui Harsha waktu itu namun, di cegah oleh Dumbledore. Takutnya mereka berdua bukan nya berbaikan malah semakin bermusuhan.

"Kenapa berkeliaran saat jam belajar, nona? Membolos kah? Kalau begitu kau dapat detensi dari ku."

"Tapi, aku habis ke kamar mandi. Aku sudah izin dengan Madam Sprout." Harsha berusaha membela dirinya.

"Bagitukah? Kalau begitu ini detensi karna pergi dari rumah tanpa izin, dan juga gara-gara itu dinding rumah ku menjadi abstrak. Ikuti aku."

"Aku masih ada kelas, sir. Aku harus kembali nanti, Madam Sprout mencari ku."

"Aku akan bilang ke Madam Sprout kalau kau menjalani detensi bersama ku."

"Mau apa sih?" Kesal Harsha, dahi nya di kerutkan dan bibirnya cemberut.

...

"Ini tidak jelas, sir. Dari tadi kita hanya berkeliling Hogwarts."

"Sudah lama bukan, kita tidak seperti ini?"

"Seperti apa?"

"Menghabiskan waktu bersama. Sebenarnya aku punya sesuatu, ada di ruangan ku. Mau ikut mengambil, atau menunggu di sini?"

"Tunggu disini." Singkat Harsha.

"Baiklah. Tapi, bila ada prefek atau guru lain melihat mungkin detensi mu akan bertambah."

Harsha memutar matanya malas. "Okay, aku ikut."

Severus tersenyum simpul. "Bukan keputusan yang buruk."

Severus meraih laci dan membukanya. Ia seperti kebingungan mencari sesuatu. Tak temu di laci satu, Ia kembali merogoh laci di bawahnya.

"Ini dia! Kemarilah."

"Itu apa?"

"Itu apa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Things You Will Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang