34 - Drowning

816 49 44
                                    

Wah gak kerasa udah sampai di epilog, vannya and gio you guys will be missed ❤️





































Becanda yaaaaa

Happy reading!!

Sesampainya di apartemen, yang pertama kali Vannya temui adalah wajah cerah dengan senyuman setenang air danau dari Tama yang menyambut kedatangannya.

Tetapi raut yang dihiasi penuh senyuman itu seketika luntur dan digantikan dengan raut kebingungan serta rasa khawatir. Dan semua perubahan raut dari wajah orang itu terekam jelas pada pandangan Vannya, yang mana justru membuatnya merasakan rasa bersalah yang semakin besar.

Vannya memilih melewati Tama begitu saja dan bergegas menuju kamarnya meninggalkan Iren dan Tama disana. Setidaknya ia harus mengatur perasaannya yang kacau sebelum berani berhadapan dengan Tama atau mencoba menjelaskan sedikit apa yang menjadi kegundahan hatinya.

"Mbak, Vannya kenapa?" Tama mengekori Iren yang mengambil duduk ke arah sofa, terlihat raut Iren yang tidak nampak bagus. Apalagi Iren mmeijat kepalanya, yang seperti mem[erlihatkan bahwa memang ada yang terjadi di luar sana.

Tama bukan orang yang pandai menebak dan juga tidak ingin membuat asumsi sendiri. Tetapi yang Tama percayai saat itu adalah bahwa kedua kakak beradik itu sehabis bertengkar.

Iren kembali menegakkan tubuhnya dan duduk dengan benar sebelum mempersilakan Tama duduk disampingnya.

Mengerti kode yang didapatkan dari Iren, tanpa berpikir panjang, Tama segera mengambil duduk dengan perasaan cemas yang seketika menyelimuti hati dan pikirannya.

"Ada yang mau gue omongin dan ini penting" Iren berujar dengan pelan, pembicaraan ini seharusnya tidak perlua sampai ketelinga Vannya.

Tama terdiam menunggu kelanjutan kalimat dari Iren. Biarlah dia menjadi pendengar yang baik seperti biasanya.

"Sebenernya, Vannya ada pikiran buat mutusin lo" kata Iren dengan hati hati

Sedetik dua detik, Tama masih berusaha mencerna perkataan Iren. dan saat ia sadar, barulah ia bereaksi dengan menunjukkan ekspresi penuh keterkejutan. Pasalnya ia tidak mengerti bagian mana yang membuat Vannya ingin mengakhiri hubungan dengannya. Padahal menurutnya,hubungan dirinya dengan Vannya dalam keadaan baik selama ini.

"Kenapa tiba tiba, mbak?"

Iren menghela nafasnya panjang sebelum kembali buka suara "Karena sebenernya ldr berat buat dia. Lo harus lebih nunjukin sayang lo ke dia, treat dia lebih baik lagi dan biarin dunia tau kalo Vannya punya lo"

Sebenernya Iren tidak berbohong secara keseluruhan, menurut dugaannya bahwa alasan Vannya mendua juga karena adiknya itu kesepian. Mungkin yang tidak Iren ketahui selama ini, bahwa Gio memberikan banyak perhatian kepada Vannya daripada orang orang disekitarnya.

"Aku ada buat salah ya mbak?" Tama merasa bingung tetapi jauh dari itu, ia merasa kecewa dengan dirinya sendiri. Bahkan selama disini ia tidak merasakan sinyal apapun dari Vannya. Dan Tama berpikir bahwa keduanya dalam keadaan baik.

"Lo lakuin sesuai perkataan gue ya Tam. Gue tahu lo orang baik, lo bisa ngejagain adek gue setulus hati. Gue minta lo jangan kasih ruang buat Vannya pergi, gunain waktu lo selama lo disini"

"Aku ada rencana buat minta mutasi kerja kesini mbak, biar bisa nemenin Vannya" Tama sebenarnya belum memberitahu soal kepindahan kerjanya kepada Vannya, karena ia berpikir masih banyak yang harus dipertimbangkan.

"Semua baru rencana kan Tam. Gue minta lo buat sekarang ini jangan kasih ruang Vannya untuk sendiri. Karena kalau nunggu rencana lo yang gak tau kapan, yang ada Vannya udah lebih dulu ninggalin lo" kata Iren dengan serius

HollowOnde histórias criam vida. Descubra agora