29 - Pergi

1.3K 51 13
                                    

Halo, apa kabar semuanya? Makasih ya buat yang masih nunggu cerita ini dengan sabar. Ceritanya pasti selesai, cuma bakalan lama karna my real life beneran gak bisa diajak kerja sama buat nulis 😭😭🙏🙏🙏









Hari minggu pagi memang terasa menyenangkan bila harus bermesraan di atas ranjang bersama kekasih. Seperti dua orang yang terlihat nyaman bergelung sambil mendekap satu sama lain, meskipun keduanya bukanlah sepasang kekasih yang sesungguhnya.

Vannya merasa begitu nyaman dalam tidurnya hingga malas untuk sekedar membuka mata. Tetapi ia tidak dapat mengabaikan tangan hangat seseorang yang mengelus pipinya. Vannya menyingkirkan tangan menganggu yang bermain dengan wajahnya, tetapi justru kini dirasakan usapan lembut pada bibirnya.

"Eummm" Vannya berakhir membuka matanya dan mendapati Gio yang sibuk menganggu tidurnya

"Aku tinggal cari sarapan dulu ya, jangan nyariin" ucap Gio lembut

Gio memang berniat pamit agar Vannya tidak mencarinya dan menangis seperti terakhir kali saat Gio pergi untuk mengambil makanan di bawah.

Vannya yang masih setengah sadar hanya mengangguk kepada Gio yang mulai bangkit dari ranjang. Vannya memilih untuk kembali memejamkan matanya dan mungkin tidur sebentar sampai nanti Gio kembali.

Tidak tahu sudah berapa lama Gio pergi dari apartemennya, tetapi Vannya merasa baru beberapa menit yang lalu ia mendengar pintu apartemennya terbuka dan tertutup. Tetapi sekarang ia mendengar seseorang memencet bel.

Mendengar suara bel yang juga tidak berhenti setelah dibiarkan beberapa waktu, mau tidak mau Vannya harus bangun meski matanya masih terlihat begitu kantuk "Kenapa gak bawa kartu akses sih" kesal Vannya dengan suaranya yang terdengar serak

Vannya berjalan tertarih ke arah pintu luar dengan matanya yang masih setengah terpejam.

"Kenapa balik cepet-- mbak Iren" seketika mata Vannya terbuka lebar, rasa kantuknya seakan lenyap saat mendapati kakaknya berdiri di depan pintu apartemennya

Lagipula Vannya baru mengingat bahwa apartemennya memiliki kode akses dan Gio sudah terlewat hafal untuk masuk.

"Heh baru bangun lo? Berantakan banget sih" Iren menatap sebal ke arah Vannya yang terlihat kumal dengan kaos kebesaran tanpa mengenakan bawahan, dengan rambutnya yang acak acakan dan muka bantalnya yang masih terihat sedikit bengkak.

Vannya terburu mengusap Wajahnya "Kan hari minggu. Tapi tumben gak sama pacar" Kemudian Vannya membuka pintu lebih lebar untuk mempersilakan Iren masuk

"Lagi balik dia" Iren langsung mengambil langkah ke arah ke ruang tengah dan mendudukkan dirinya ke sofa milik Vanya

"Kasihan deh ldr" ejek Vannya setelah menutup pintu kemudian menyusul Iren ke ruang tengah

"Lo juga ya monyet, mandi dulu sono" usir Iren dengan kernyitan sebal

"Males deh cuci muka aja, mandi itu terlalu ribet" Vannya tertawa pelan sebelum berjalan ke arah kamar tidurnya terlebih dahulu sebelum ke kamar mandi

"Jorok" Iren melempar tatapan jijik kepada Vannya tetapi tidak benar benar mempermasalahkan itu

Kemudian Vannya bergegas mengambil ponselnya di dalam kamar dan membuat panggilan kepada Gio. Dengan perasaan cemas, Vannya menunggu sambungan teleponnya.

"Masih ngantri sayang" ujar Gio setelah mengangkat telepon dari Vannya

"Jangan balik kesini" Vannya berbisik dengan sedikit panik

"Gimana?" tanya Gio tidak mengerti

"Ada mbak Iren ke apart" Vannya terus menoleh ke arah pintu kamarnya, takut kalau kalau Iren menyusulnya ke kamar

HollowOnde histórias criam vida. Descubra agora