19 - On a rainy day

1.2K 81 31
                                    

Tiap nulis ini aku ngebayanginnya mereka itu di Singapore, jadi keingetnya kemana mana naik MRT :")






Happy reading...

Sudah 3 hari sejak kejadian ciuman Vannya dengan Gio di kantor. Tetapi sepertinya perbuatan tidak mulianya itu tidak diketahui oleh pihak kantor, karena ia tidak mendapatkan panggilan dari kantor maupun mendengar rumor tentangnya beredar.

Juga sejak hari itu Vannya belum juga bertemu dengan Gio kembali. Pria itu memang ekrap bertingkah aneh, lagi - lagi kembali menghilang seperti tidak pernah melakukan apapun kepadanya.

Tetapi Vannya tidak terlalu memikirkan tentang Gio dan pesan terakhirdari pria itu yang seperti berbicara omong kosong. Atau lebih tepatnya, Vannya tidak sempat untuk memikirkan soal Gio karena pekerjaannya yang semakin sibuk. Keadaan kantor juga semakin hectic karena deadline launching sudah semakin dekat, semua orang seperti dikejar waktu.

Dan kali ini, diluar hujan masih turun dengan deras tetapi jam di dinding ruangan Vannya sudah menunjukkan pukul 8 malam, sehingga mau tidak mau Vannya harus bergegas untuk pulang. Pekerjaan tambahannya memang sudah selesai sedari tadi, tetapi Vannya menunggu hujan mereda sambil mengecek ulang semua yang telah ia kerjakan sampai detik ini.

Tetapi hujan tidak juga mereda sejak 3 jam yang lalu, membuat Vannya harus terjebak di kantornya lebih lama lagi. Kini hanya ada segelintir orang yang masih tinggal di kantor, Jessi satu - satunya teman Vannya juga sudah pulang 2 jam yang lalu. Karena tidak ingin tinggal menjadi yang terakhir, maka Vannya bergegas.

Vannya terburu membereskan barangnya, ia tidak bisa tinggal lebih lama di kantor karena bisa saja ia akan ketinggalan transportasi umum. Setelah semua beres, Vannya langsung beranjak ke arah lift yang akan membawanya turun ke lantai dasar.

Pintu lift sudah akan tertutup saat Vannya berdiri sendirian di dalamnya, tetapi seseorang menahan pintu lebih dulu dan bergabung bersama Vannya untuk menaiki lift. Melihat siapa yang memasuki lift bersamanya, Vannya diam - diam mendengus tidak suka.

"Pulang bareng sama kakak aja Van, diluar masih hujan tuh" perkataan Adrian membuat Vannya mau tidak mau menoleh dari ponsel di tangannya, padahal ia sudah sengaja menyibukkan diri dengan bermain ponsel agar tidak perlu berinteraksi dengan pria disampingnya itu.

"Gak perlu kak, aku pulang pakai taksi" tolak Vannya dengan penuh kebohongan, ia sudah menggunakan uang lebih untuk pulang dengan taksi beberapa kali ketika ia kemalaman dalam lembur pekerjaan dan kali ini memang ia berniat menggunakan kereta seperti biasa walau hujan deras sekalipun.

"Kalo sama kakak uang taksinya bisa kamu simpen buat keperluan lain kan" Adrian tersenyum penuh maksud

Dari sebaris kalimat yang Vannya dengar, memang tipikal seorang Adrian yang mulai Vannya kenal, bila menawarkan bantuan pasti dengan pemaksaan pantang menyerah.

"Gak perlu kak, makasih" Vannya tersenyum simpul dan kembali fokus dengan layar handphonenya.

Vannya tahu, membiarkan pria itu mengantarnya pulang sama saja seperti membiarkan pelaku kejahatan melancarkan aksinya.

Vannya tidak bisa lupa bagaimana pria itu memaksa ingin berkunjung ke rumahnya tempo hari, belum lagi dengan rumor buruk yang beredar tentang kelakuan Adrian. Membuat Vannya yang pernah menjadi korban kebejatan seorang pria, menjadi lebih waspada terhadap orang - orang disekitarnya.

Vannya dapat bernafas lega setelah pintu lift terbuka pada lantai lobby dasar, ia hanya menunduk sopan kepada Adrian kemudian tergesa keluar dari lift. Dia sangat tidak nyaman berada di dalam lift hanya berdua dengan seniornya itu, jangan lupakan dengan tatapan Adrian kepadanya seperti seorang predator yang sedang mengintai mangsa.

HollowWhere stories live. Discover now