04: Permintaan maaf yang menggemaskan

Start from the beginning
                                    

Ia memang anak kecil, tapi bukan berarti Alya tidak paham dengan perasaan dan kondisi ibunya selama ini.

Alya tau, ayahnya itu sering menduakan ibunya, Romy sering bermain perempuan lain, dan selingkuh. Yang lebih parahnya lagi, Pria itu sama sekali tidak mau mencari nafkah untuk keluarganya. Yang ia lakukan hanyalah bersenang-senang pada kehidupannya saja dan menghamburkan uang hasil kerja dan jerih payah ibu Alya.

Karena itu, Cinta lah yang jadi harus banting tulang berkorban mencari nafkah untuk keluarganya.

Alya selalu berkata kepada ibunya, "ibu, ayok kita pergi tinggalin ayah aja. dia kan jahat sama kita."

Tetapi cinta selalu mengelak, wanita itu tetap tidak mau meninggalkan suaminya. Meskipun sampai ribuan rasa sakit yang ia rasakan, cinta tidak akan pernah meninggalkan Romy. Kecuali saat ia mati nanti.

Entahlah, Alya belajar 1 hal yang ia dapatkan dari ibunya. Kesetiaan.

Seburuk apapun pasangannya, semenyakitkan apa penderitaan yang ia berikan, kalau kita mencintai nya dengan begitu tulus, semua itu tidak ternilai. hanya 1 yang ada dalam pikiran kita, tetap bertahan mencintainya. Itu memang terdengar bodoh, Terkadang, cinta memang selalu dibutakan.

Alya masih larut dalam rasa kesalnya, gadis itu mengambil sebuah batu didekatnya, kemudian melemparnya dengan sekuat tenaga kearah depan. Ia ingin melampiaskan kesalnya.

Tapi tiba-tiba,

Tuk!

"Aduh."

Terdengar suara lirihan seseorang, Nampaknya batu tersebut mengenai orang yang tidak diketahui siapa dia dan entah berada dimana.

Tubuh Alya membeku, ia panik. ia tidak memikirkan kalau batu tersebut bisa mengenai sembarang orang.

"Hei, siapa itu yang udah nimpuk batu ini?" Tanya orang tersebut.

Bukannya menjawab, justru Alya malah lari terbirit-birit pergi meninggalkan taman tersebut.

"Maaf, ya! aku nggak sengaja!" Teriak Alya sambil berlari meninggalkan taman itu.

Namanya juga anak kecil, tidak berpikir panjang. Alya hanya takut, jika orang yang terkena timpukan batu tersebut marah kepadanya atau mengadu kepada orangtuanya.

Sungguh, ia tidak sengaja. Niat Alya hanya ingin melempar batu tersebut untuk meluapkan kekesalannya atas cemoohan anak-anak gadis itu tadi.

Alya berharap orang tersebut tidak marah, entah siapapun itu, Alya sangat meminta maaf. Bahkan ia pun tidak tahu siapa orang yang terkena batu tersebut.

Tapi jika didengar dari suaranya, Suaranya terdengar seperti seorang anak laki-laki.

Apa ia juga sedang bermain ditaman tersebut? Tapi, taman itu kan sangat sepi. Rumputnya juga panjang-panjang, untuk apa anak lelaki itu bermain ditaman itu?

"Apa jangan-jangan itu hantu?" Pikir Alya.

Setelah merasa sudah agak jauh dari taman itu, Alya merasa sedikit lega. Tetapi...

"Dar!"

"Aaa! buyung puyuh palanya benjol!" Latahnya terkejut.

Bocah lelaki didepannya itu tertawa lepas melihat respon Alya yang terkejut.

"Ih! Mahesa!" Celoteh Alya kesal.

"Jadi dari tadi kamu ya!" Hardik Alya.

Mahesa menghentikan tawanya, memiringkan kepalanya bingung.

"Aku? apa?" bingung Mahesa.

"Yang tadi ditaman itu, eum...yang kena timpukan batu."

"Kamu?" Tanya Alya lagi.

kilas balik Svarga dan SatyaWhere stories live. Discover now