09: Alasan

1.1K 178 7
                                    



****

-Kilas balik Svarga dan Satya-

"Perpisahan yang paling menyakitkan itu ketika dipisahkan oleh keadaan

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.




"Perpisahan yang paling menyakitkan itu ketika dipisahkan oleh keadaan..."





****

*Flashback, 3 hari sebelum keberangkatan Mahesa.




"Pah, dada hesa sakit..." rintih seorang bocah berusia 9 tahun yang terus memegangi dadanya sendiri diatas ranjang tempat tidurnya.

Wajahnya kian memucat, dan seorang pria yang disebut Papah olehnya hanya bisa menangakan putranya sendiri yang dalam keadaan merintih sakit. Tangan mungil anaknya itu terus ia cengkram.

Obat-obatan pereda rasa sakit pada jantung anaknya sudah diminum semua, tetapi rasa sakit yang anak itu rasakan tak kunjung hilang dan makin tak tertahankan.

Rasanya, Hilmi sangat tidak tega melihat kondisi memprihatinkan putranya tersebut. Setiap harinya, kondisi kesehatan Mahesa semakin menurun.

Hilmi mengelus surai hitam rambut anaknya dengan penuh kasih sayang, matanya terus terarah pada lengan kiri putranya yang terus memegangi dadanya untuk menahan rasa sakitnya itu.

"Nanti kita berobat, ya." ucap Hilmi berusaha menenangkan.

Anak itu hanya dapat menganggukan kepalanya lemah, ia memilih untuk memejamkan matanya saja alih-alih dapat meredakan rasa sakit di dadanya saat ini.

Melihat putra kecilnya sudah memejamkan matanya, dengan penuh perasaan Hilmi mengecup puncak kepala Mahesa dan menyalurkan perasaan sayang kepada anak semata wayangnya tersebut. Air matanya menetes sedikit diujung matanya. Ia mengusapnya lembut.

"Hesa bobok dulu, ya. nanti kita berobat." ucapnya.

"Papah janji, Hesa pasti akan sembuh, dan nggak akan ngerasain sakit lagi."

Mahesa tidak lagi menyahut, nampaknya anak itu sudah terlelap dialam bawah sadarnya. Mahesa tertidur. Rasa sakitnya menguasai tubuhnya, ia lebih memilih tidur demi meredakan rasa sakitnya sendiri.

Hilmi tersenyum kecut memandang wajah putranya, air matanya sudah terbendung dipelupuk matanya. Ia ingin menangis, tetapi kalau ia saja lemah, siapa nantinya yang akan menjadi penguat bagi Mahesa, putranya.

Hilmi menarik selimut bergambar mobil Tayo kesukaan anaknya untuk menyelimuti tubuh kecil Mahesa. Saat dipastikan Mahesa telah tertidur, Hilmi meninggalkan kamar putranya. Ia ingin memberikan waktu agar anaknya bisa beristirahat dengan tenang.

Pria berusia 32 tahun itu berjalan kesebuah ruang kerja di rumahnya ini. Ia mendekat kearah telpon di sudut ruangan tersebut. Kemudian nampak menghubungi seseorang dari telpon itu.

kilas balik Svarga dan SatyaNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ