BAB_32 | Go Publik

104 7 0
                                    

“Apa masih sakit sayang?” Tanya Marissa khawatir, sambil jarinya mengoleskan salep di sudut bibir Alya.

“S-sedikit Tante.” Jawab Alya gugup.

Mendengar jawaban Alya, Marissa spontan menghentikan gerakan tangannya. keningnya berkerut, lalu memundurkan wajahnya.

“Kok manggilnya masih Tante sih?” protesnya.

“lalu aku harus manggil apa?” tanya Alya.

Marissa nampak terkekeh menatap wajah polos menantunya itu, apalagi dengan mata bundarnya yang tengah menatapnya serius. Membuat wanita itu tak bisa menahan senyumnya.

“Mama! Mulai sekarang kamu harus panggil Tante dengan sebutan mama dan om aji papa, sama seperti Kevin, Dylan dan Rafael. Oke?”

Alya tersenyum kaku. “B-baiklah, ma-ma.”

“Dan kamu juga bisa manggil Rafael dan Dylan dengan sebutan Abang atau kakak juga boleh, asal jangan pake nama doang.”

Alya mengangguk paham.

“Kamu sering nonton drama Korea kan?”

Alya kembali mengangguk. “Iya ma.”

“Nah, pasti kamu pasti udah tahu kan adab dan kebiasaan mereka?”

“Iya ma, tapi.. bukannya mama kandungnya Kevin itu asli orang Amerika ya?”

“Bukan asli sayang tapi blasteran, neneknya Kevin menikah sama orang Korea. Tapi kakeknya juga ada darah Indonesianya juga, Jadi ya.. begitulah.”

Alya yang mendengar itu manggut-manggut mengerti, mengenai soal kakeknya ia tentu saja sudah tahu. Karena semasa pacaran dulu Kevin sering menceritakan silsilah keluarganya.

“Pantesan aja wajah Kevin dan kak Rafael ada bule-bulenya.”

“benarkah? Tapi mama rasa yang paling bule itu hanya Rafael, sedangkan Kevin dan Dylan lebih ke Asia. Ngikut papanya.”

“iya ma, aku juga ngerasa begitu. warna matanya aja beda sendiri.”

“itu karena menurun dari mama kandungnya. Asal kamu tahu saja, wajah Rafael itu copy-an dari mama-nya loh.”

“Oh ya?”

Alya nampak berbinar, dia seakan bisa membayangkan wajah Tamara seperti apa.

Jika Rafael yang tampan saja di katakan copy-an dari wajah Tamara, lalu bagaimana dengan Tamara sendiri? Pasti sangat cantik.

“Kalau mama sendiri ada blasterannya gak?”

“Gak ada sayang, Mama mah asli orang jakarta.”

Saat ini Alya dan marissa sedang berada di sebuah kamar yang terlihat luas dan mewah, lebih tepatnya itu adalah kamar pribadi Kevin sebelum pindah ke apartemen.

Setelah kepergian Mayra, Marissa menyuruh Kevin membawa Alya ke kamarnya untuk istirahat. Dia juga di minta untuk mengobati luka istrinya.

Mendengar itu Kevin menurut, dia pun membawa sang istri ke kamarnya. baru saja mereka sampai, Dylan tiba-tiba datang ke kamarnya dengan wajah tak enak. Dia meminta agar Kevin bisa ikut ke kantor, untuk menemui orang yang ingin menjual tanahnya. Tanpa ba-bi-bu lagi ia mengiyakannya, lagipula hari ini juga dia ada rencana kesana.

“Maafkan sikap Mayra tadi ya, mama gak nyangka dia bisa sekasar itu.” sesal Marissa.

Mendengar itu kening Alya berkerut, ia merasa heran kenapa ibu mertuanya yang meminta maaf atas kelakuan Mayra.

“Kenapa mama yang minta maaf, kan yang salah Mayra. Harusnya dia yang lakuin itu. Tapi gak apa-apa sih, aku gak mengharapkan Mayra bisa melakukannya.” Ucap Alya mulai cerewet.

TERPAKSA MENIKAH (Cinta Sang Pewaris)Where stories live. Discover now