BAB_14 | Calon Suami

83 6 0
                                    

Siang itu, Alya dan arina tengah sibuk memasak di dapur untuk makan siang. Dirumah sederhana itu mereka hanya berdua saja, Ratna--ibunya Arina sedang pergi ke rumah bibinya yang letaknya tak jauh dari rumahnya.

Sementara ayahnya sedang Bekerja sebagai satpam di salah satu perusahaan besar yang ada di Jakarta.

biasanya setiap jam makan siang ayahnya selalu menyempatkan pulang untuk sekedar makan siang, tapi sepertinya hari ini tidak. Karena sebelum pergi, ibunya sempat berpesan untuk memasak dan mengantarkan makanan untuk ayahnya.

Rudi memang jarang sekali makan diluar, padahal sering sekali kawannya mengajaknya makan bersama dan jarak antara rumahnya dan tempat kerjanya lumayan jauh. tapi laki-laki paruh baya berusia 45 tahun, bertubuh tinggi dan kurus itu selalu saja menolaknya dan lebih memilih makan hasil masakan istrinya yang katanya jauh lebih enak dari makanan Restoran mahal.

Hari ini jadwal kuliahnya hanya ada satu sehingga dia bisa pulang lebih cepat, namun sesampainya dirumah dia di buat was-was. ibunya menyuruhnya masak, padahal ibunya tahu dia tak terlalu jago untuk di bidang itu.

Tapi untungnya dia pulang bersama Alya, yang pasti akan membantunya. Sahabat satunya itu sudah sangat jago jika berurusan dengan dapur, terutama soal memasak.

Alya memang ahlinya soal memasak, selain karena hobi, mendiang ibunya dulu adalah seorang chef dan mungkin bakat itu ia turunkan padanya.

“Nanti Lo temenin Gue ke tempat kerjanya ayah yah Al, sekalian anterin Lo pulang.” ucap arina pada Alya tanpa menoleh, karena dia sedang fokus mengolah sayuran yang masih berada di wajan.

Alya yang kala itu sedang memotong ikan langsung menoleh.

“Emangnya Lo gak kerja?” tanyanya kemudian.

“ada, tapi gak apa-apa lah telat dikit.”

“kalo gitu Gak usah deh, Gue bisa pulang sendiri.” tolak Alya.

Mendengar itu Arina langsung menoleh ke arah sahabatnya dengan wajah tak ramah.

“Gak boleh! Pokoknya Gue bakal anterin Lo pulang! Kalau kejadian kemarin terulang kembali gimana? Ditambah kaki Lo masih sakit!” Seru Arina, Lalu kembali menoleh dan fokus pada masakannya.

“Lagian ya, udah tahu kaki lagi cedera malah pergi kuliah. Mana pakai sepatu hil lagi, Kalau kaki Lo nambah parah terus di ambutasi, gimana?” sambungnya.

Arina mulai mengomel.

“Lo doain gue?” celetuk Alya.

“Maksudnya bukan begitu tapi Gue hanya khawatir aja, takut terjadi apa-apa sama Lo. Masih untung waktu itu ada yang nolongin, kalau enggak mungkin sekarang Lo hanya tinggal nama!”

“nah kan sekarang Lo malah bicara begitu, kayaknya Lo benar-benar pengen gue mati ya.”

Arina menyentak nafas kasar, kemudian kembali menoleh ke arah sahabatnya.

“Astaga Al, pikiran Lo negatif Mulu sih! maksud gue bukan seperti itu, tapi--”

“iya-iya Gue tau kok, gue cuma bercanda tadi.. hehehe.” potong alya sambil nyengir.

arina diam sambil matanya melayangkan tatapan kesal pada Alya.

“dasar Lo ya! udah cepetan motong ikannya, sebentar lagi jam makan siang.” titahnya, kemudian kembali berbalik.

“baiklah, nyonya.” sahut alya sambil terkekeh, setelah itu dia mulai fokus dengan tugasnya.

Begitu pun dengan arina, gadis tomboy namun berparas imut itu kembali fokus dengan olahan masakan yang ada di depannya.

TERPAKSA MENIKAH (Cinta Sang Pewaris)Where stories live. Discover now