BAB_20 | Tumpahan Kopi

57 5 0
                                    

Di kediaman keluarga Herlambang, tepatnya di sebuah kamar yang bernuansa merah muda itu terlihat ada dua wanita cantik sedang duduk di ranjang king size.

Salah satu wanita itu terlihat sedang menggenggam tablet, jemari lentiknya bergerak menggeser layar itu yang menampilkan foto prewedding.

Sementara satunya lagi terlihat sedang maskeran sambil matanya terpejam, Dia menyenderkan punggungnya ke pangkal ranjang

"Gue sampai sekarang masih belum percaya tahu gak, kalau kalian bakal nikah." Ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya ke benda digital tersebut sambil tersenyum.

Mendengar itu, Wanita yang tak lain adalah Mayra tampak tersenyum tipis.

"Lo aja gak percaya, apalagi gue!" Ucapnya.

Kemudian dia membuka matanya, menoleh ke arah wanita sebelahnya tanpa merubah posisinya.

"Sumpah ya waktu papa kasih tahu kalau gue bakal di jodohkan sama dia, gue berasa mimpi. Gak nyangka aja gitu, ya walaupun awalnya dia sempat nolak sih." Sambungnya.

"Terus sekarang gimana?" Tanya si wanita yang tadi menatap layar tablet yang berlogo apel di gigit itu, kini beralih menatap Mayra.

"Kalau sekarang Sedikit melunak, tapi dia masih gak suka kalau gue dekat-dekat sama dia."

"Gak apa-apa lah, yang penting kan Kevin sudah setuju nikah sama Lo."

"Iya sih, cuma gue agak kesal aja sama dia."

Gadis di sebelah Mayra terkekeh.

"Lo kayak gak tahu aja! Kevin kan emang begitu, anaknya nyeselin. Mana ucapannya selalu pedas lagi, untung ganteng."

"Plus kaya!" Tambah mayra sambil menjentikkan kedua jarinya.

"Hahaha.. benar!"

"11 12 lah sama sepupu Lo itu."

"Ye.. kalo Dimas mah beda! Dari luar mah dia emang dingin kayak es balok, tapi dalamnya hello Kitty tahu. Lo pasti tahulah sebucin apa dia sama Manda? Saking bucinnya, dia sampai berantem sama om Alex karena udah merendahkannya."

Mayra terlihat manggut-manggut, mengiyakan jawaban temannya tersebut yang bernama Rosa.

"Benar! CK, Gue iri banget sama dia, kapan yah Kevin bisa begitu sama gue." Lirih Mayra.

"Awalnya Dimas juga kayak gitu, gak suka sama Manda. Bilangnya bukan tipenya dan terlalu agresif, Eh Ujung-ujungnya malah bucin. Dan gue yakin Lo juga pasti bisa. Ya intinya harus sabar dan terus berusaha, bikin dia bertekuk lutut sama Lo." Ucap Rosa panjang lebar menyemangati temannya itu.

"Selama ini juga gue udah usaha deketin dia kali, tapi dianya aja kayak jijik kalau gue sentuh. Kan gue segan! Sekalinya gue nekad dia malah mau bunuh gue, gila gak tuh!"

Rosa yang mendengar itu nampak terkejut.

"Bunuh Lo gimana maksudnya?"

Sebelum menjawab, Mayra melepaskan maskernya. meletakkan benda lembab itu ke meja nakas samping kasur. lalu memposisikan dirinya menghadap Rosa.

"Jadi.. tiga hari yang lalu kan gue datang ke rumahnya untuk mengajaknya ke butik Tante Sekar buat fitting baju, dia sempat nolak tuh dan langsung pergi aja. Gue susulin dia dong, gue ikutin dia sampai dia berhenti di pinggir pantai. Setelah itu gue langsung keluar hampirin dia dan nekad meluk dia, eh dianya malah keluarin pistol sambil ngancem." Ucap Mayra panjang lebar.

"Lo serius? Tapi Lo gak sampai di tembak beneran sama dia kan?"

Mayra menggeleng.

"Enggaklah, kalaupun iya mungkin sekarang gue ada dirumah sakit."

TERPAKSA MENIKAH (Cinta Sang Pewaris)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang