BAB_27 | Menikah

91 7 0
                                    

Hari semakin naik ke peraduannya, suasana taman belakang villa yang biasanya kosong dan sepi kini di sulap menjadi ramai dan terlihat meriah.

Dekorasi pernikahan dadakan yang bernuansa putih itu terlihat sudah siap, beberapa tamu inti yang terdiri dari keluarga dan beberapa sahabat sudah datang memadati tempat tersebut.

Bahkan, sang bapak pendeta sudah berdiri di meja pemberkatan.

Tak jauh dari itu terlihat Rafael sedang duduk di kursi tamu, ditemani oleh Selena dan Arina.

Satu jam yang lalu Rafael sudah tiba di Jakarta, dia mengambil penerbangan paling awal setelah mendapat kabar dari edwin-sekretarisnya jika papanya terbang ke Indonesia.

Sejak pembicaraannya dengan Marissa di telepon kemarin, Rafael langsung mencari tahu dan ternyata dugaan sang mama tirinya itu benar. Papanya memang pergi diam-diam ke Indonesia, entah karena alasan apa.

Dia sempat pulang ke rumah utama, namun pelayannya mengatakan jika tadi pagi kedua adiknya pergi bersama. Lalu dia pun menelpon Dylan untuk menanyakan keberadaannya, setelah itu dia pun menyusul. Tak lupa Rafael juga mengatakan jika papanya sudah ada di Indonesia, tapi dia tidak tahu dimana tepatnya papanya berada.

Dylan yang mendengar kabar itu pun kaget, tanpa berpikir panjang lagi dia langsung memberi tahu Kevin. Dan reaksinya pun tak kalah beda darinya, alhasil rencana pernikahan yang awalnya akan di adakan besok sore terpaksa di majukan. Untungnya semuanya sudah di siapkan, sehingga mereka tak terlalu kaget.

Di bagian meja tamu, Selena yang kala itu sedang menikmati potongan kue memperhatikan wajah Rafael yang terlihat gelisah.

“Kamu kenapa mas?” Tanyanya.

Rafael menoleh, kemudian tersenyum tipis seraya menggeleng.

“Tidak apa-apa.”

“Tapi wajahmu pucat. kamu sakit? Atau lapar? mau aku ambilkan?”

“Tidak usah, aku baik-baik saja kok. Mungkin.. hanya grogi.”

Mendengar itu, selena tertawa kecil.

“Kamu lucu deh mas, Yang mau nikah kan Kevin kenapa kamu yang grogi sih?”

Rafael menanggapi ucapan selena dengan senyum miris.

“setelah ini kan kita yang nikah, jadi aku sedang bayangin sedang ada di altar. Pasti sangat mendebarkan.” ucap Rafael Jujur.

Selain sedang memikirkan keberadaan sang ayah, Rafael juga memikirkan soal pernikahannya.

Ia akui sangat gugup saat membayangkan nanti dirinya berdiri di altar, pasti akan banyak pasang mata menyaksikannya saat mengucapkan janji tuhan.

Persetan dengan status pernikahannya yang sebatas kontrak, tetap saja pada akhirnya ia akan berperan menjadi suami. Sebuah status yang menurutnya teramat sangat berat, namun ia dambakan juga.

“santai saja mas, aku yakin kamu pasti bisa mengatasinya dengan baik. Kamu kan sering bicara di depan banyak orang setiap presentasi, maka bayangkan saja seperti itu.”

Lagi-lagi Rafael tersenyum miris, sebelum kembali bersuara.

“aku memang sering bicara di depan banyak orang, tetapi rasanya akan berbeda jika yang aku ucapkan nanti adalah janji suci.”

“apa aku harus memesan obat penenang buatmu nanti?”

Ucapan Selena membuat Rafael kaget, kemudian menggeleng cepat.

“tak usah, aku akan usahakan menahannya.”

“kamu yakin?”

Rafael mengangguk. “iya.”

TERPAKSA MENIKAH (Cinta Sang Pewaris)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang