Bagian 18

703 122 23
                                    


09 Februari

Juna membuka mata saat jam di dinding menunjukkan pukul empat pagi. Ia meregangkan tubuhnya dan berguling di kasurnya dengan mata yang kembali terpejam.

Cuaca hari ini entah mengapa terasa sangat dingin. Hal itu membuat Juna ingin kembali menaikkan selimutnya dan lanjut tidur dengan nyaman hingga nanti siang.

Sayangnya, hal itu tidak bisa Juna lakukan. Juna masih memiliki kewajiban untuk bersekolah. Ia pun masih memiliki kesibukan dengan OSIS nya dan kesibukan dengan orang yang disukainya. Ah, Juna bahkan punya rencana untuk bermain bersama Sorai keesokan harinya.

Benar, esok hari. Karena hari ini adalah hari special, hari yang selalu ditunggu-tunggu olehnya. Hari dimana dirinya tepat berusia tujuh belas tahun yang mana usia tersebut masuk ke dalam usia yang sudah legal dan beranjak dewasa.

"Jun, udah bangun?"

Suara seseorang terdengar bersamaan dengan pintu yang terbuka. Mareta masuk ke dalam kamar adiknya dan menggoyangkan Juna untuk membangunkannya.

"Udah bangun belum? Heh."

"Udah, Kak." Juna menjawab dengan suara malas.

"Mandi sana, udah mau setengah lima."

Meskipun Mareta hanya mendapatkan jawaban berupa dengungan, ia kembali keluar dari kamar adiknya. Menyisakan Juna yang mulai bangun meski dengan mata yang masih setengah tertutup.

Setelah beberapa menit mengumpulkan nyawa, Juna berjalan ke kamar mandi. Saat ia melewati kalender yang ada, Juna tiba-tiba merasa semangat entah karena apa.

Sweet seventeen, Juna.

Juna menebalkan lingkaran yang sudah ada pada tanggal yang terdapat tulisan itu di kalendernya. Kemudian kembali melanjutkan langkahnya ke kamar mandi dan mulai membersihkan diri.

Tiga puluh menit setelahnya, Juna sudah duduk di meja makan dengan saudara-saudara yang lainnya. Mereka tengah memakan sarapan sebelum mulai melaksanakan kegiatannya masing-masing.

Hari ulang tahunnya bukan bertepatan dengan hari libur. Maka dari itu, perayaan tiup lilin dan pergi ke gunung akan dilaksanakan setelah mereka selesai dengan sekolahnya. Kecuali Mareta yang kebetulan hari ini tidak ada mata kuliah.

"Kalian pulang jam berapa?" tanya Mareta saat melihat keenam adiknya sudah selesai sarapan.

"Jam dua belas kayaknya," jawab Arsen.

Mareta mengangguk. "Nggak ada yang kegiatan kan habis sekolah beres? Supaya kalian cepet pulang ke rumah."

"Nggak ada, kok. Semua udah diatur pokoknya hari ini kita semua milik Juna."

Jeremi berucap demikian seraya memandang adiknya dengan wajah menggoda. Sang adik yang digoda tersenyum malu-malu. Ah, dia sudah tujuh belas tahu rupanya.

"Cie Juna cie," goda Arsen.

"Udah ah ayok berangkat."

Karena jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh, Juna dan saudaranya segera berangkat ke sekolah. Saat Juna keluar rumah, ternyata cuaca sedikit mendung dan udara pun terasa lebih dingin dari biasanya.

Saat di sekolah, Juna banyak mendapatkan ucapan selamat ulang tahun dari teman-temannya, hingga dari para guru di sana. Meskipun Juna tidak termasuk ke dalam siswa yang populer, tapi Juna menjadi siswa yang banyak digemari guru-guru. Ia bahkan mendapat berbagai kejutan, dari teman satu kelasnya, dari OSIS dan dari club olimpiade yang pernah Juna ikuti.

Juna merasa hari ulang tahunnya sangat menyenangkan. Ia belum ingin mengatakan bahwa hari ini hari yang sempurna, karena menurutnya satu hari ini akan terasa sempurna saat Juna sudah merayakan ulang tahun dengan saudara-saudaranya.

Happy Birth(die) • Yang Jungwon [End]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt