Bagian 8

915 176 7
                                    


Tanggal delapan Januari di awal tahun, Dewantara brother's baru bisa merealisasikan liburannya. Itu pun Mareta masih dalam tahap perbaikan nilai, namun demi adik-adiknya ia mengabaikannya. Toh ia percaya nilainya tidak perlu diperbaiki.

"JUNA CEPETAN IH!" teriak Arsen.

"BENTAR CARI DULU JAKET."

Arsen tengah menunggu Juna yang masih belum keluar kamar juga. Sedangkan Jaffin, Jeremi, dan Satria tengah bolak-balik mengangkut barang. Rencananya mereka akan pergi ke pulau Jeju dan menginap selama dua hari di sana.

"Naren mana, Sen?" tanya Mareta.

"Udah ke mobil kalau nggak salah."

Mareta mengangguk lalu berjalan mengelilingi rumahnya untuk memastikan semuanya aman. Saat kembali dari dapur, ia melihat Arjuna yang baru saja turun dengan koper di tangannya.

"Tumben telat."

Juna mendongak. "Ih aku nyari jaket taunya udah diambil sama Kak Jaffin," jawabnya dengan nada sedikit kesal.

Arjuna memang sedikit terlambat dari biasanya karena ia mencari-cari jaket dan juga kupluk. Tapi ternyata dua barang itu sudah Jaffin amankan di dalam mobil dan hal itu cukup membuat ia kesal.

"Barang udah masuk semua?" tanya Jeremi.

"Udah, ada tujuh koper 'kan?"

Jeremi mengangguk seraya menghitung kembali koper yang sudah disusun rapih di bagasi. Mereka memakai dua mobil untuk pergi ke bandara karena satu mobil tidak cukup untuk mereka.

"Iya udah, sana masuk mobil masing-masing," titah Mareta.

Keenam adiknya menuruti perintah Mareta dan masuk ke mobil masing-masing. Selama hampir memakan waktu tiga puluh menit di jalan, ketujuh anak manusia itu kini tengah menunggu penerbangan. Mungkin tidak akan memakan waktu yang lama, karena bagi Arjuna menaiki pesawat sudah menjadi hal yang biasa.

"Kalau ngantuk tidur aja, nanti dibangunin kok."

Juna mengangguk dan menyamankan dirinya di kursi pesawat, sebelum pesawat lepas landas, Juna menatap lapangan yang luas dari jendela pesawat. Ia memejamkan mata untuk berdoa semoga liburannya diberikan kesenangan dan perjalanan kali ini selamat sampai tujuan.

---

Sudah dua jam berlalu sejak mereka turun dari pesawat, kini ketujuh saudara itu tengah menaiki bus yang sudah disewa. Juna duduk di sebelah Jaffin dan tertawa mendengar ocehan-ocehan saudaranya.

"Main game dong," kata Naren.

"Game apaan?" tanya Satria.

"Bebas ajalah." Arsen menimpali.

Suara tawa menguar mengisi keheningan di bus saat game dimulai, Juna tak segan untuk tertawa saat bermain game ia terus-terusan salah membuat game tidak selesai-selesai. Air matanya bahkan sedikit menetes karena tawa yang begitu puas.

"Nyalain musik, Fin."

"Pilihan musik Kak Jaffin emang nggak pernah salah," timpal Juna.

Suara tawa tadi kini diganti oleh alunan musik dari ponsel milik Jaffin. Masing-masing mulai fokus pada dunianya, beberapa saudaranya terpaku menatap jalanan yang tidak terlalu padat. Arjuna menjatuhkan kepalanya pada pundak Jaffin dan bisa ia rasakan jika kakaknya sempat meliriknya.

Hingga tidak terasa kini bus yang dinaikinya sudah sampai di penginapan. Mareta memang menyarankan adik-adiknya untuk singgah di penginapan terlebih dahulu sebelum mulai jalan-jalan mengunjungi wisata.

"Tiga kamar aja ya, mau gimana pembagiannya?" tanya Mareta.

"Bebas ajalah Kak, ngantuk nih," ucap Naren yang tengah menyandar pada Jeremi.

Happy Birth(die) • Yang Jungwon [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang