Bagian 15

644 110 7
                                    


Pertama kalinya selama Juna bersekolah, hari ini ia merasa malas luar biasa. Langkah kakinya bahkan terlihat gontai berjalan di koridor kelas sebelas. Di sebelahnya ada Arsen yang sudah menebar senyum pada tiap orang yang berpapasan dengan mereka.

"Juna!"

Mendengar namanya dipanggil, Juna menoleh. Ah, Juna lupa ia memiliki dua teman yang sudah sangat dekat.

"Apa Jehan?"

Jehan dan Harsa berhenti di hadapan Juna dan Arsen, lalu tersenyum pada Arsen sebelum menatap Juna.

"Lesu banget, sakit lo?" tanya Harsa.

"Iya tumben banget seorang Juna lemah lesu gini, pemandangan yang langka," sahut Jehan.

Juna mendelik pada dua temannya. "Kak Arsen duluan aja," ucapnya pada sang kakak.

"Ya udah, duluan ya," pamit Arsen.

Selepas kepergian Arsen, Juna memberikan beban tubuhnya pada Harsa dan Jehan lewat sebuah rangkulan. "Aku lemes banget hari ini Sa, Han. Rasanya tuh mau diem di kasur terus seharian."

"Sakit lo, Jun?" tanya Harsa, lagi.

"Nggak, udah ah ayo ke kelas."

Ketiganya berjalan ke kelas dengan Juna yang berada di tengah-tengah dengan tangan yang masih merangkul Harsa dan Jehan. Sesampainya di kelas, baru saja Juna mendudukkan bokongnya di kursi, seseorang memanggilnya dari luar.

"Juna dicari Kak Adit."

Bahu Juna refleks melemas, dengan malas ia berjalan keluar dan menemukan Adit yang tengah duduk di bangku panjang.

"Ada apa, Kak?" tanya Juna.

"Eh Jun, sini duduk dulu."

Juna duduk di sebelah Adit, ia melihat kakak kelasnya itu mengeluarkan sebuah kertas yang sangat Juna ketahui.

"Ini proposal yang kamu bikin waktu itu, 'kan?" tanya Adit.

"Iya Kak, proposal yang perlombaan Kakak, 'kan?"

Adit mengangguk lalu menggeser duduknya menjadi lebih rapat dengan Juna, satu tangannya ia gunakan untuk merangkul adik kelasnya itu.

"Barusan gue nerima lagi proposal ini setelah gue kasihin ke Wakasek dan lo tahu apa yang gue dapet?" ucap Adit pelan. "Ditolak Arjuna, beliau bilang proposal ini nggak bener dan nggak ada tujuan," lanjutnya.

"Hei, lo udah berani sama gue hah?"

Juna tidak menjawab, ia sibuk meringis karena rangkulan Adit di bahunya terlampau erat membuat pundaknya sakit. Selain itu, di bawah proposal yang Adit simpan di kedua pahanya, ada tangan kanan ketos itu yang diam-diam mencubit paha Juna.

"Kak Adit ... sakit," bisik Juna.

Adit membuat gerakan seolah ia memeluk Juna, namun dari pada itu ia berbisik tepat pada telinga adik kelasnya. "Lo beneran udah ngelawan hah?"

"Sorai!" teriak Juna tiba-tiba.

"Juna?" Sorai yang kebetulan akan lewat itu mempercepat langkahnya. "Eh ada Kak Adit."

Helaan nafas lega terdengar saat Adit melepaskan rangkulan dan cubitannya. Dalam hati ia berjanji akan mentraktir Sorai karena telah datang di waktu yang tepat dan menyelamatkannya.

"Kamu mau kemana?" tanya Juna senatural mungkin.

"Mau ke kelas, kalian lagi ngapain? Oh Kak Adit maksudnya," kata Sorai.

Adit tersenyum pada perempuan itu. "Ah, ini gue lagi ada keperluan OSIS sama Juna. Lo bawa buku banyak gitu, ada perlu, 'kah?" tanyanya.

"Ah bener, aku ada tugas yang belum dikerjain hari ini."

Happy Birth(die) • Yang Jungwon [End]Where stories live. Discover now