Bagian 16

700 123 4
                                    


Suara deru nafas yang cepat itu terdengar cukup keras dari mulut seseorang. Arjuna langsung menuju kamar kakaknya begitu sampai di rumah dan menemukan adiknya dan sang kakak yang entah tengah tidur atau pingsan di kasurnya.

"Kak Mareta gimana, Ren?" tanya Juna pada adiknya.

"Kayaknya kecapekan, tadi udah sadar kok. Sekarang lagi tidur, maaf Kak udah ganggu."

Juna menggeleng. "Nggak apa-apa, beneran udah tidur, 'kan?" tanyanya memastikan.

"Udah, Kak Juna."

Seakan mengerti, Naren menghampiri kakaknya yang masih berdiri kaku di pinggir ranjang. Kemudian ia bangkit dan memeluk kakak terakhirnya itu, berusaha menenangkan Juna yang masih terlihat cemas dan tidak tenang.

"Kak Mareta beneran udah enggak apa-apa, Kak. Tenang ya, Kak Juna jangan panik," ucapnya pelan.

Juna tidak bersuara, badannya masih kaku, namun pandangan matanya mengarah pada Mareta yang tengah memejamkan mata.

"Naren?"

Naren melepaskan pelukannya saat melihat kakak lainnya datang. "Kak Jeremi udah pulang ternyata," ucapnya.

"Tadi pas lihat pesan itu udah di jalan sih."

Jeremi yang tengah berada di dekat pintu menggerakkan mulutnya tanpa suara, bertanya kenapa dengan tangan yang menunjuk pada Arjuna.

"Panik," jawab Naren pelan.

"Oh ya udah sana ganti baju," kata Jeremi.

Naren mengangguk dan membiarkan Jeremi yang menangani Juna supaya tenang. Sedangkan Jeremi bergerak mendekati adiknya yang masih terdiam.

"Juna," panggilnya pelan.

"Kak Mareta tidur ... Kak Mareta nggak berdarah ...," gumam Juna pelan.

"Juna."

"Kak Mareta ... tidur ... tidur ...."

"Juna, sadar hei."

Jeremi menggerakkan tubuh Juna yang masih diam kaku, sedangkan mulutnya terus bergumam dengan kalimat yang sama. Tatapan mata Juna terlihat tidak fokus membuat Jeremi harus benar-benar berusaha extra menyadarkan adiknya.

"Arjuna Dewantara."

"Kak Jeremi? tanya Juna pelan.

Tiba-tiba Jaffin masuk ke kamar dan menghampiri keduanya. "Kenapa Jer?" tanyanya.

"Juna, Jaff."

Jaffin mengerti dan langsung menggerakkan tubuh Juna supaya berhadapan dengannya. "Juna, denger. Kak Mareta nggak apa-apa, dia udah tidur dan tadi cuman pingsan karena kecapekan," ucapnya.

Tadi sebelum masuk ke kamar, Jaffin terlebih dahulu diberitahu oleh Naren perihal keadaan kakaknya.

"Jangan diinget Juna, udah lama."

Diberitahu seperti itu, yang Juna lakukan justru malah mengeluarkan air mata dan tambah tidak tenang.

"Astaga," keluh Jaffin.

"Juna sini lihat Kakak dulu."

Jaffin menangkup wajah Juna dan mengunci tatapan adiknya. "Tenang, inhale."

Tatapan mata Juna terlihat sedikit goyah dan mulai melakukan perintah kakaknya untuk menarik nafas. Juna memejamkan mata dan terus melakukan hal yang sama.

"Udah tenang?" tanya Jaffin.

Juna mengangguk. "Maaf," gumamnya.

"Nggak apa-apa. Ayo keluar dulu, kasihan Kak Maretanya."

Happy Birth(die) • Yang Jungwon [End]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu