Enampuluh satu

4.9K 318 9
                                    


Sudah sekitar pukul dua siang, baik Nadine maupun Rifky tak kujung pulang, berakhir sus Dita kelimpungan menghadapi caca yang terus menangis dan merengek minta bertemu ayah bundanya, tapi keduanya sama sama tak bisa di hubungi.

Untunglah sekarang caca tidur, mungkin karna  sakinglelah menangis selama berjam jam.

Baru saja sus Dita akan beranjak dari ranjang terlihat caca mengerjapkan matanya, seperti nya anak itu terbangun dan sudah bisa Dita pastikan caca akan kembali menangis mencari ayah bundanya, mana diantara keduanya belum ada yang pulang.

Perlahan caca membuka matanya, kesadaran nya belum sepenuhnya terkumpul, tapi mata nya terlihat sudah berputar berkelana memutari seluruh sudut ruangan seperti mencari seseorang.

"Caca udah bangun? " tanya sus Dita, mengelus tangan caca lembut.

"Ayah bunda udah pulang kan sus? " bukannya menjawab caca malah balik bertanya, dan ya sesuai dugaan Dita kalau caca pasti akan mencari ayah dan bundanya.

"Sus udah telpon ayah dan bunda, katanya mereka bentar lagi pulang kok. Jadi, sekarang caca makan ya sambil nunggu ayah bunda pulang " balas sus Dita sedikit berbohong.

Terlihat caca memutar bola matanya seperti berpikir, langkah apa yang akan diambil. Tak berselang lama caca menganggukan kepalnya.

Sus Dita tersenyum " Yuk kita makan ca" ajak sus Dita menyodorkam tangannya pada caca.

Tanpa menjawab caca pun merentangkan tangannya pada Dita meminta untung di gendong. Dita meraih caca ke gendongannya berjalan ke luar kamar menuju ruang makan, karna baik caca maupun Dita belum sempat makan apapun setelah kejadian tadi pagi di restoran.

Saat baru saja keluar dari kamar, terlihat Rifky yang baru masuk bersama tofa.

"Ayah" ucap caca merentangkan tangannya saat melihat kedatangan sang ayah.

"Ayah mandi dulu ya. Baru abis itu kakak sama ayah, ayah kotor soalnya kak" balas Rifky.

Caca menganggukan kepalnya tanpa merajuk kali ini, spertinya ia paham kalau ayahnya baru saja pulang bekerja.

"Kok kakak di gendong sih, kasian dong sus nya. Kan Kakak udah gede malahan bentar lagi kakak kan mau punya adik bayi " kata Rifky.

"Gak apa apa pak, soalnya caca baru aja bangun tidur " bukan caca yang menjawab melain kan sus Dita.

Rifky menganggukan anggukan kepalanya paham "Ibu mana sus ? "

"Bunda pergi ayah " balas caca dengan mata yang berkaca kaca.

"Maksudnya ? "

"Iya pak ibu pergi, katanya mau ke rumah temennya yang kebetulan rumah nya gak jauh dari sini " balas sus Dita.

Rifky memutar bola matanya berpikir kenapa istrinya pergi tanpa izin padanya? Siapa teman yang sedang Nadine datangi ? Lusi atau siapa? Tiba tiba pertanyaan pertanyaan itu seperti ber muncul di otaknya.

"Sudah lama sus ? "

"Lumayan pak"

"Bunda marah sama caca ayah" adu caca pada Rifky dengan air mata yang sudah lolos di pelupuk matanya.

Rifky mengerutkan kening nya tak paham dengan apa yang dimaksud anaknya "kenapa ?gak bisanya Nadine marah " Tanya Rifky.

"Tadi pagi caca maksa mau makan eskrim pak, tapi ibu melarangnya. Terus ibu secara gak sengaja bicara dengan nada tinggi pada caca"

Rifky menghela nafasnya pelan, ia paham betul kalau caca paling takut mendengar orang berkata kerasa dan dia akan menganggap orang itu marah padanya " kok bisa sih sus? " tanya Rifky lagi,  jujur ia masih penasaran kok bisa istrinya marah pada caca.

TAKDIR (Menemukan Kita Lagi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang