Chapter 23

859 72 12
                                    

Satu minggu berlalu semenjak kehadiran dokter Ricard. Aku tahu jika Luna akan baik-baik saja, hasil lab seadanya menunjukan jika Luna tidak terinfeksi apapun. Hal itu disebabkan oleh obat rutinan yang diberi oleh Frederick tiga bulan sekali dan obat rutinan satu tahun sekali.

Aku menatap Luna yang tengah selesai merapikan bunga, ia memetik bahkan memotong tangkai lain yang mengganggu. Biasanya bibi Marry merawat bunga tersebut, kini beliau telah tiada. Dan menjadi salah satu bagian dari makhluk mengerikan itu.

"Keegan!"

Aku mengangguk, sedikit tersentak mendengar gadis itu berteriak. Selama satu minggu itu pula kami hanya  berdiam di unit. Beruntung stok makanan masih banyak, kami mengatur semuanya dengan baik. Kadang beberapa dari kami ke balkon, entah untuk sekedar olahraga ataupun menghirup kacaunya dunia.

"Boss," seseorang menepuk pundakku membuatku langsung melihat siapa orang tersebut.

Rupanya Rogh dan TX, mereka memberikan laporan rutinan mengenai keadaan unit. Padahal aku sudah lelah dan membiarkannya begitu saja.

Louise membawa robot rancangan seukuran anak usia tujuh tahun. Ia memamerkan deretan giginya dan tersenyum lebar.

"Kali ini apa rencana kalian?" Tanyaku.

Braddy membawa semua orang untuk berkumpul. Robot ini tercipta dengan sedikit campur tangan dokter Richard. Satu persatu dari mereka mulai membicarakan hal yang akan dibahas.

"..kita akan menambah pasokan makanan dan juga air dari swalayan. Senjata dari lantai tiga dan alat elektronik lain menggunakan robot ini."

Setelah perkumpulan selama dua puluh menit, kami menyetujui rencana tersebut. Sangat minim resiko, biarpun nanti zombie-zombie itu melihat makhluk asing. Mereka tidak akan memangsa kami melainkan memangsa robot ini.

Setelahnya, kami bergegas, menyiapkan semua keperluan untuk mengeluarkan robot ini. Robot cukup canggih dilengkapi dengan kamera sehingga kami memantau apapun yang berada di hadapannya. Sebelum mengeluarkannya, kami melihat kondisi lorong terlebih dahulu. Terlihat cukup banyak zombie yang berkeliaran. Kami harus memastikan jika tidak ada zombie yang berkeliaran di depan unit.

Setelah memantau tidak ada zombie yang berada di depan unit, kami menyingkirakn barang-barang berat yang menghalangi pintu. Berusaha tidak memancing keributan. Lalu mengeluarkan sebuah drone untuk memancing zombie-zombie itu keluar dari dalam apartemen.

Tentu saja aku yang memainkan drone tersebut, nampak zombie itu terlihat ingin menggapai drone ini. Ada sebuah jendela yang telah rusak dan belum diperbaiki. Dengan pelan aku mengatur drone ini, membuat banyak zombie di belakangnya membuntut, diwaktu bersamaan, perlahan mereka mengeluarkan robot canggih tersebut keluar unit.

Rencana berjalan mulus sebab zombie tidak mengetahui robot keluar. Aku melihat dua layar besar yang menampilkan keadaan sekitar robot juga drone. Aku membawa drone yang dbekali dwngan daging busuk keluar dari jendela rusak. Membuat zombi-zombie tersebut melihatnya dan terjatuh dari ketinggian satu persatu.

Bodoh.

Mereka memang diciptakan dengan otak kosong. Hal inj telah kami lakukan selama tiga hari terakhir, dimana kami membunuh para zombie itu untuk memancingnya mengikuti drone dengan daging busik juga keluar gedung sehingga mereka terjatuh dari ketinggian. 

"Kau memang yang terbaik, whoa!" Seru Louise.

Aku hanya mendelik mendengarnya, ia pasti berpikir jika aku sedang memainkan sebuah game. Aku melirik samping, Luna selalu memejamkan matanya saat melihat para zombie itu jatuh dari ketinggian, bahkan suara jatuhnya tubuh makhluk itu kadang terdengar. Namun kami tidak boleh senang bagitu saja setelah mengurangi makhluk bedebah ini. Kami tidak boleh memancing zombie lain datang. Kami juga harus membuat gedung kembali aman dan kosong dari zombie.

[3.1] The Apollyon [END]Where stories live. Discover now