Chapter 04

3.9K 328 72
                                    

🍂🍂🍂

Seorang pria berpakaian jas putih lari tergesa menjauhi kawasan rumah sakit. Ia menghampiri mobil dan mengemudi kendaraanya dengan kecepatan tinggi, nafasnya terengah dan matanya melotot.

Frederick telah sampai di tempat tinggalnya, ia langsung keluar mobil tanpa mematikan mesin kuda besi tersebut. Ia memasuki ruangan terlarang. Frederick memasuki lorong demi lorong itu dengan berlari.

"Tidak, tidak- kumohon jangan." Frederick terkesima melihat pintu ruangan khusus itu terbuka lebar.

Pria berpakaian ala dokter itu langsung memasuki ruangan tersebut, seketika lututnya terasa lemas melihat brankar yang semula terdapat seorang gadis berusia 27 tahun tidak ada. Frederick berlutut, ia melihat lantai di bawahnya yang terasa sangat dingin. Beberapa obat penawar dan lainnya telah pecah dan berserakan. Frederick terguncang, ia menangis menyesali perbuatannya sendiri yang akan berakibat fatal.

Dunia akan tidak baik baik saja

🍂🍂🍂

Keegan pov

Sudah dua hari berlalu saat aku menancapkan pisau daging itu ke kepala pelayan yang kurang ajar. Aluna- ku masih saja menjadi pendiam, ia sering memutuskan kontak mata kami ketika kami saling bertatapan. Tak apa, aku sedikit menyukainya karena ia menjadi penurut.

"Saatnya makan malam sayang." Aku membawa nampan yang berisi makanan.

Luna menatapku sekilas, ia memalingkan mukanya menatap layar televisi yang menampilkan gambar hitam. Alias televisi itu mati.
Aku menaruh nampan yang berisi makan malam untuk Luna juga segelas susu cokelat dan air mineral, aku mengambil remote tv lalu menyalakan televisi itu, mencari siaran yang masih waras juga berguna.

"Sweetheart, lihat apa yang kubawa." Aku menarik dagu Luna lembut agar menghadapku.

Luna melihat makanan yang kubawa, ia bilang sedang tidak ingin memakan makanan berkuah. Jadi aku memutuskan untuk membawakannya sayuran dan telur rebus. Luna melirikku sekilas, ia menghembuskan napasnya dan melihat layar televisi yabg menyiarkan berita. Ya, setidaknya siaran itu masih waras untuk ditonton.

"Ini enak sekali, aku sudah menambahkan bumbu khusus agar kau tidak mual." Ucapku memakan satu suap sayurannya.

Aku sedikit meniup sayuran yang kumasak ini lalu kuarahkan ke depan mulut Luna
"Sekarang giliranmu."

Tentu saja Luna tak melawan, aku menyukai sikapnya yang penurut seperti ini. Luna membuka mulutnya yang kecil itu dan melahap sayuran yang aku berikan. Good girl, aghh aku jadi ingin cuddling dengannya.
Luna memgunyahnya dengan tempo lambat, ia lebih menyukai junkfood dibanding sayuran. Namun sekarang, aku akan memperhatikan pola hidup dan makannya, Luna tak boleh makan sembarangan kali ini.

"S- sudah." Ia menutup mulutnya dengan tangan. Padahal masih ada sekitar lima sendok sayuran lagi yang mesti ia lahap.

Aku melahap sisa makanan Luna sehingga mangkuk berisi sayuran itu nampak kosong. Aku menatap maniknya, Luna- ku memang sempurna, hanya saja sedikit pembangkang. Aku mengacak rambut indahnya. Kuambil segelas air putih dan membantu Luna untuk minum.

Glekk glekk

Astaga apa ia sangat kehausan? Apa Luna- ku dehidrasi? Jika ya, maka akulah pria bodoh yang tidak menyadari belahan jiwanya kehausan. Luna meminum air putihnya dengan cepat. Aku tentu tidak mempermasalahknnya, Luna bebas makan dan minum asalkan makanan dan minuman tersebut sehat, hanya saja-- persediaan air di kamar ini habis.

[3.1] The Apollyon [END]Where stories live. Discover now