Chapter 14

885 98 7
                                    

🍁🍁🍁🍁🍁

Ketiga anak buahku menunggu di depan ruangan yang berlapis pintu besi. Smartdoor ini telah dilengkapi 130M. Hal buruk akan terjadi jika kami mengetikkan sesuatu yang salah padanya. Lalu aku mencari cara lain, di atas terdapat sebuah tombol berwarna merah.

Jika ada tombol berwarna merah, jangan menyentuhnya

Aku teringat ucapan lelaki yang tewas dimangsa.. zombie. Aku merogoh kantong celana. Sebuah kartu akses juga sepotong jempol manusia.

"Apa yang harus digunakan?" Tanya Hanks.

"Kita pakai kartu," Ucapku tegas.

Mereka tercengang, mereka mungkin takut jika kartu ini tidak berfungsi dan mengakibatkan ledakkan bom. Aku maju, menelan saliva lalu menghela napas sebelum menempelkan kartu tersebut pada card access pintu.

Jika aku menekan tombol merah menggunakan potongan jari, tombol tersebut telah dimodifikasi sehingga hanya beberapa sensor jari saja yang succes.

Keduanya sama-sama buruk.

Klik

Berhasil. Kartu ini tiak merugikan, TX menggeser pintu tersebut menggunakan senapan yang ia bawa. Kami mengendap, menodongkan senjata, memasuki ruangan dengan cahaya temeram yang berantakan.

Fokusku terjutu pada tubuh yang terbujur di atas brankar. Tubuhnya diikat, ia dipasung menggunakan tali-tali elastis.

Lampu menyoroti tubuhnya yang terbaring, seolah hanya dia yang difokuskan di ruangan ini. Aku maju, memperhatikan tubuh Luna yang kering. Tidak ada kehidupan di sana, ia memejamkan kedua matanya.

She's so beautiful

Meskipun keadaanya kacau. Rumbutnya kusut dan berkeringat. Bibirnya kering. Aku ingin mencium dan menghisap bibirnya agar kembali terlihat segar.

Aku mengambil pecahan kaca dan merobek lilitan karet tersebut pada tubuh Luna. Setelah selelsai, aku mengangkat tubuhnya yang kian terasa ringan.

Luna kelelahan, ia pasti lapar. Aku mengangkat tubuh Luna. Menggendongnya lalu menyandarkan kepalanya pada sebelah pundakku. Sementara kakinya melingkar dipinggangku. Luna tidak akan melihat ke depan. Aku menggendongnya di depan, sehingga menghadap belakang.

Tubuh Luna begitu ringkih, aku menahannya dengan tangan kiri. Tangan kananku melempar M-16 yang kubawa, Hanks menangkapnya. Aku lalu mengambil Glock 17. Senjata yang berukuran lebih kecil, ampuh dan mudah digunakan.

Satu persatu mulai keluar dari ruangan. Dua orang berada di depan semantara Rogh berdiri di belakangku. Kami berjalan setenang mungkin.

Tiba-tiba terdengar suara alarm yang sangat nyaring. Luna terusik dalam gendonganku. Kami lalu berlari menjauhi ruangan yang dilapisi pintu besi.

"Sstt.. Tidak apa sweetheart, kita akan selamat. Kita akan pulang," Ucapku merasakan ia bergerak dalam tidurnya.

Suara alarm semakin nyaring seiring kami melewati labirin gila ini. Kulihat tombol-tombol berwarna merah menyala saat kami melewatinya.

[3.1] The Apollyon [END]Where stories live. Discover now