62. Infinite Love

2.7K 311 4
                                    


************
Jennie POV

Aigoo lisa sepertinya masih marah semalam saja ketika aku pulang dia langsung tidur bahkan posisinya membelakangiku, itu tidak pernah terjadi sebelumnya mana pernah dia tahan tidak memelukku, dia masih kecewa sepertinya.

Aish aku tidak tahan jika tidak bicara dengannya  pagi tadi saja maid mengantarkan sarapannya ke kamar dan hingga siang ini dia masih bertahan diranjang dengan ponselnya tanpa berkata sedikitpun. Tidak bisa ini tidak bisa dibiarkan, sampai kapan dia akan terus menonton film, tirai jendela masih tertutup, lampu mati, jelas saja suasana kamar seperti malam hari, dia sedang menggunakan waktunya untuk movie time kamar ini sudah seperti bioskop saja.

Akupun ikut duduk diranjang, perlahan mencoba duduk lebih dekat dengannya.

"Lili boleh aku ikut menonton ?"

Dan dia diam tanpa membalas ucapanku, aigoo dia masih benar-benar marah, namun seketika dia duduk dan ikut bersandar diheadboard.

15 menit kami hanya saling duduk dan menatap big screen yang lisa pasang melalui proyektor namun seketika dia memelukku, kakinya menindih kakiku, meletakkan kepalanya didadaku namun ada hal lain yaitu dia sedikit terisak, aigoo apa dia menangis, aku mencoba mengusapi punggungnya perlahan, jelas saja dia pasti sangat sedih dan kecewa karena kejadian semalam.

"Li---"

"Jangan bicara, aku masih marah padamu, aku hanya ingin memeluk agar marahku cepat hilang"

Omo ! Akhirnya dia mengatakan sesuatu, marahnya memang diam tapi begitu manis kali ini, baiklah silahkan peluk sesukamu dan aku hanya akan menahan senyumanku ini, tak hentinya aku menggulum senyum dan menggusapi punggungnya namun semakin aku melakukannya dia semakin terisak, mungkin ini bentuk luapan kekecewaanya.

Bisa dihitung jari aku melihatnya menangis, itu tandanya dia sangat terluka, kecewa aku mengecup pucuk kepalanya dan membelai rambutnya.

"Lagi"

Aigoo yaak apa itu sial ingin sekali aku tertawa, aish dia benar-benar menjadi liliku saat ini manja sekali dengan rengekannya yang terisak jelas saja aku kembali mengecupnya, bukankah itu sebuah permintaan.

"Yaaak jangan tertawa"

Omo ! mengapa dia tahu mungkin karena gerak tubuhku, jelas saja aku menertawakannya tanpa suara mungkin dia merasakannya.

"Apa marahnya sudah hilang ?"

"Jika sudah aku akan beritahu jadi diam saja, aku kecewa pada kalian"

Ok baiklah jika marahnya seperti ini justru aku senang bahkan dengan senang hati akan menemaninya dikamar sepanjang hari, aigoo lili unnie menggemaskan sekali. Tapi tidak bisa dia harus turun, mommy dan daddy akan kembali sore nanti ke thailand, tidakkah dia ingin berbicara lagi dan kurasa harus.

"Lili dengarkan----"

"Ck, apa kau tidak mendengarku"

Lisa hanya berdecak kesal, dia berusaha melepaskan pelukannya namun aku justru semakin mengeratkan lingkaran tanganku dan mengunci pergerakan kakinya, biar kau diam saja disini.

"Bukan begitu tapi mommy akan pulang sore ini, li dengarkan unnie mu kali ini, kalian harus bicara, setelah mommy daddy pulang terserah kau akan melanjutkan lagi me time mu aku tidak akan mengganggumu"

"Yaaak mengapa tidak mau menggangguku !"

Aigoo ya tuhan sekarang dia yang seperti anak kecil dan sensitif sekali, tapi itu sungguh kiyowo lisayaa aku masih tetap menggulum senyumku tidak ingin merusak moment ini, aku menyukainya yang seperti ini ya tuhan gemas sekali, dia memang ketus menjawab semua pertanyaanku tapi itu lucu sekali yaaa.

The War Of The Married - JENLISA GxGWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu