56. Ketahuan.💔

1.1K 115 4
                                    

Pasangan suami istri itu melangkah melintasi koridor, sesekali berbelok mengikuti satu perawat di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pasangan suami istri itu melangkah melintasi koridor, sesekali berbelok mengikuti satu perawat di depannya.

Tangan Melati tak mau lepas sedikitpun dari gandengan suaminya. Yuza dengan lembut mengusap tangan itu. Terasa betul tangan istrinya begitu dingin. Yuza yang merasakannya sontak membeku dengan mata mengedip kaku. Ia hembuskan napas selembut mungkin.

"Mas Yuza yang tenang, yaa. Oke? Bismillah jangan lupa. Hehe. Pasti bisa, kok. Aku selalu berdoa semoga semuanya dipermudah," ucap Melati mengusap punggung tangan besar itu, lalu ia mainkan tiga cincin menyeramkan yang berbeda bentuk di jari suaminya.

"Kata mamih, selagi niat kita baik, kita harus yakin hasilnya pun akan baik. Kalau semisal nanti tetep ga bisa, ya ga papa. Mungkin memang itu yang terbaik dari Allah buat kita, kan?" Lanjutnya mendongak sesaat.

"Harus setrong. Hehe."

Yuza perlahan menunduk tuk menatap istrinya disamping. Istrinya menatap lurus kedepan dengan bibir melengkung. Yuza menggeleng nyaris tak terlihat, dirinya dibuat kagum atas tingkah istrinya yang sangat dewasa.

"Mari, tuan, nyonya, silahkan masuk."

"Makasih, sus." Melati tersenyum manis tepat sebelum berbelok menuju ruangan.

"Eh? Kak Kevin? Hai! Apakabar!" Kejut Melati tersenyum ramah ceria.

Kevin sontak tersenyum menyambut. Pria berbalut jas dokter itu segera berpelukan dengan kakak ipar dan istru kakak iparnya bergantian. Di dalam ruangan ini sudah ada dua perawat yang siap.

Yuza tak banyak bicara. Ia balas pelukan adik iparnya seadanya. Ia hanya diam saja kala menyaksikan istrinya memeluk Kevin, pelukan yang jauh dari kata erat, sangat sebentar. Yuza menghembuskan napas, bahunya mengembang naik turun seiring melayangkan tatapan pada seisi ruangan.

"Siapa dulu, nih, yang mau diperiksa? Konsul dulu dong, yaa, pastinya." Kevin mengangkat tinggi sudut bibirnya yang kaku itu.

"Vaginanya diperiksa, kan? Sama cewek, kan?"

"Haha. Iya, udah aku siapin yang cewek. Yuza udah request dari awal." 

Melati sontak memberi cengiran tipis. Ia tatap suaminya di sana yang terus memasang wajah dingin. Perlahan tatapan Melati turun pada pergelangan suaminya. Ya, ada tato bertuliskan tanggal pernikahan mereka.

"Sayang, aku ada telfon. Kevin, dilanjut aja."

"Aah? Umm,.." Melati hanya bisa melipat bibir kala suaminya pergi begitu saja.

"Duduk sini, Melati," Ajak Kevin berjalan memimpin menuju salah satu pojok di sana dengan meja dan kursi khas berkonsultasi. 

"Ah? I-iya."

"So, apa aja keluhannya dari kamu sekarang? Menstruasi lancar? Obat dari kita lima tahun yang lalu masih kamu terusin, kan?" Ucap pria itu duduk dengan gagah, begitu profesional. 

Melati's love story [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang