28

16.3K 2K 25
                                    

Ara keluar dari toilet dengan kaki kiri lalu disusul oleh kaki kanan, terlihat bahwa tas ransel yang Ara bawa menjadi lebih besar dari sebelumnya membuatnya harus berulang kali mengatur posisi tasnya supaya pundaknya tidak kesemutan.

Jika Ara diibaratkan menjadi ular, maka kini ia baru saja berganti kulit. Ara mengenakan rok merah selutut dengan kemeja berwarna putih gading. Ia juga memperbaiki rambut yang acak-acakan tadi dengan ia cepol ulang menyisakan beberapa anak rambut berjatuhan.

Tentu saja diluar toilet sana sudah ada Zidan dan anak Eagle yang lain. Melihat sang pujaan hati memakai almamater dari sekolahnya, Zidan merasa ada kepuasan tersendiri di dalam hatinya.

"aww dedek gemes gue sekolah di TK mana ayok abang anter" goda Dion.

"TK pelangi kak,gak ah nanti adek abang culik" Ara membuang muka kesamping seperti bocah.

Ada uluran tangan yang datang dari depan Ara, sontak ia mengangkat kepalanya untuk melihat sang pelaku.

"apa?"

"ke kantin" ajak Zidan yang masih mengulurkan tangannya.

Ara langsung menyambar uluran tangan Zidan "ayok gue laper" sedangkan tangan yang satunya ia pakai untuk menyeret Gaga.

"yee tu anak main embat dua orang aja!" ucap Dion yang melihat punggung mereka bertiga.

"cemburu bilang" ucap Bregas lalu meninggalkan Kenzo dan Dion.

Kenzo merangkul pundak Dion "udahlah masing ngarep aja lo sama si Ara, lo sama gue aja ayo sayang kita ke kantin adek leper belum makan dari lahir"

"ululu adek lepar? Makan bubur semen aja ya biar kuat"

Para anggota inti geng Eagle sedang duduk manis di meja kantin bersama dengan Ara, mereka hanya memesan makanan ringan untuk mengganjal perut. Seperti biasa, mereka menjadi pusat perhatian para siswa apa lagi saat ini geng Eagle bersama dengan manusia asing bagi mereka.

Ara duduk bersila di atas kursi sambil menikmati donat rasa green thea dan juga ada Gaga di sebelahnya yang tengah menikmati donat rasa taro.

"jadi kenapa lo tadi lari" tanya Zidan yang memilih duduk di depan Ara melihat betapa santainya dia dengan donat hijau di genggamannya.

"gue dikejar setan"

"mana ada setan di pagi yang cerah ini" ucap Dion sambil menatap ke arah langit.

"emangnya setan punya kaki?" pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut Kenzo.

"terus sekarang setannya dimana? Udah nggak ngejar kamu lagikan?" tanya Gaga setelah meletakkan donat miliknya ke piring.

Ara celingukan melihat ke penjuru kantin dengan teliti "sekarang udah nggak ada, sebelum ini aku nggak pernah lihat makhluk halus. Baru tadi malam aku bisa lihat setan."

"lo serius? Dia ganggu atau nyakitin lo nggak?" tanya Zidan sambil memajukan badannya sedikit, kalau yang mengganggu Ara itu manusia sudah bisa Zidan pastikan orang itu habis di tangannya, tapi ini setan. Zidan saja tidak bisa melihatnya apa lagi memberi bogeman padanya.

"dia nggak nyakitin gue tapi gue bener-bener risih sama tu setan, apa lagi dia sering muncul tiba-tiba bikin gue kaget"

Bregas melipat kedua tanggannya di depan dada,menyimak obrolan para temannya dengan tenang.

"kenapa lo nggak tanyain tuh setan kenapa dia ngikutin lo gitu, setau gue nih ya paling tuh setan mau minta tolong sama lo" ucap Kenzo.

"kalau nggak gitu paling dia punya dendam sama lo secara lo kan tukang bully mungkin dia salah satu korban bullyan lo" apa yang diucapkan oleh Dion bisa saja benar.

"ternyata nama gue udah buruk banget sampe lo yang beda sekolah aja tau, semua orang yang ada di sekolah gue juga tau kali yang gue bully cuma satu orang, dan ya dia masih hidup" Ara dengan santainya mengakui bahwa ia memang pembully, tapi kan bukan Ara yang melakukannya.

"kalau dia muncul lagi kamu coba aja tanya sama dia, kalau dia nggak jawab kamu usir. Jangan berurusan sama makhluk halus karena itu bisa bahaya buat kamu" ucap Gaga lalu mengelus kepala Ara dengan lembut.

"kita itu makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna, jangan mau ditindas sama setan. Gue mau kok bantu lo buat usir dia." ucap Zidan dengan tulus saat seklebat bayangan Ara yang tengah berlari dengan muka yang pucat melintas dipikirannya.

"lo bener bang zi, kita makhluk tuhan yang paling sempurna. Kita punya akal dan ambisi. Gue tau apa yang harus gue lakuin,makasih" ucap Ara dengan senyum simpul, ia masih gerogi jika harus memikirkan sosok itu difikirannya. Menyeramkan.

____

Keesokan harinya, Ara menuruni tangga dengan sragam putih abu-abu miliknya. Ia mengurai rambuntnya dan memberinya hiasan kecil berupa jepit rambut. Ara duduk di meja makan begitu saja tanpa menyapa ibunya yang terlebih dahulu sampai di meja makan.

"sayang mau sarapan pakai apa? Tadi mamah bikin nasi goreng adek mau?" tanya Reta dengan halus.

"nggak, aku mau makan roti" kata Ara lalu ia menggambil roti tawar yang berada di depannya kemudian ia mengoleskan selai coklat.

"pagi mah pagi A'a" sapa Rendra, ia mengelus kepala adiknya lalu duduk disampingnya.

"tumben kamu sarapan pakai roti? Lagi diet? Jangan diet dong nanti pipi tembem kamu ilang" kata Rendra lalu mencubit kecil pipi tembam Ara.

Ara sendiri hanya diam seribu bahasa dan kembali melanjutkan sarapannya.

"gue selesai, mah aku berangkat sekolah dulu" kata Ara lalu pergi meninggalkan meja makan.

"mah Rendra juga berangkat ya, ADEK TUNGGUIN ABANG" rendra segera mengejar Ara yang sudah mulai jauh dari pandangannya.

"cepetan" kata Ara, ia kini sudah berdiri di samping montor Rendra dengan menoleh kebelakang dimana Rendra tengah berlari kecil kearahnya.

"hehe tangan kamu masih sakit dek? Sini abang pakaikan helm kamu" Rendra mengambil helm bulat yang ia beli khusus untuk adiknya kemudian ia pakaikan di kepala Ara dengan hati-hati.

Klek

Rendra menata beberapa helai rambut Ara yang menghalangi wajah cantik itu, sedangkan Ara diam terpaku membiarkan Rendra melakukan apa yang pria itu ingin lakukan.










____

Jangan lupa vote ya kawanku.

Oh iya spam komen dong wkwk.









Vote setelah membaca.
Pencet tombol bintang.

Transmigrasi Antagonis (Ara) Where stories live. Discover now