13

42.8K 5.9K 385
                                    


"mulai terhubung"

__________________________________

Ara mengangkat wajahnya untuk menatap Rendra yang sedang berada di mode tampan, sedangkan Rendra harus menundukkan wajahnya supaya bisa melihat Ara yang kian menggemaskan.

"kawin lari yuk"

Tak.

Rendra menyentil dahi Ara gemas, saking gemasnya ingin rasanya ia banting tubuh mungil adiknya ini tapi tidak tega. Lagi pula kalau mau mengajak itu ke jalan yang benar, lah ini? Sesat.

"jangan ngaco, lo tuh jadi adek bandel banget sih. Lo pas waktu kecil kurang imunisasi apa gimana? Ya kali gue nikah sama bocah"

"cuma beda setaun"

Rendra mencubit pipi Ara yang sedang mengembung "ogah gue punya bini petakilan kaya A'a"

"A'a?" siapa A'a itu.

Rendra menangkap raut binggung adiknya "waktu lo masih bener-bener jadi bocil lo nggak bisa ngomong R jadi lo sering manggil diri lo sendiri A'a"

Tunggu, nama masa kecil Ara tak pernah tertulis di dalam novel. Bahkan tak ada dialog Rendra yang memanggil Ara dengan sebutan A'a, adegan ia berpelukan dengan Rendra pun juga tidak ada. Bagus, Ara akan membanting stir supaya alur cerita ini berubah.

"mulai sekarang panggil A'a aja ya bang!"

______

Hari ini adalah hari libur sekolah dimana para siswa mengistirahatkan otak dan tubuh yang lelah, seperti halnya dengan gadis yang tengah tengkurap dengan piyama warna biru dongker juga tangan yang terlentang di samping badan yang belum menunjukkan gerakan apa pun.

Kriieet.

Pintu kamar itu terbuka menampilkan seorang pria dengan rambut acak-acakan khas orang habis bangun tudur, ia melihat ke arah kasur dimana gadis itu masih tertidur.

"makin hari makin mirip tokek aja tu si A'a"

Rendra berjalan menghampiri Ara yang tak terusik dengan kehadirannya. Rendra membalikkan tubuh Ara hingga terlentang, ia khawatir jika nanti Ara tidak bisa bernafas dengan baik. Rendra ikut membaringkan tubuhnya di samping Ara, menariknya mendekat dan dijadikannya guling untuk Rendra. Rendra mengelus pelan rambut milik Ara, betapa bersyukurnya ia sekarang karena kini adik kecilnya sudah kembali ke dalam dekapannya. Rendra berjanji pada dirinya sendiri untuk mulai sekarang ia akan menjaga adiknya dengan baik. Saat ia lupa akan janjinya itu tolong, tolong bantu Rendra dengan mengingatkannya. Gerakkannya terhenti saat melihat sehelai rambut Ara yang berwarna putih, tanpa berpikir panjang Rendra langsung mencabut rambut itu dengan sekali tarikan.

"aashh" tarikan itu membuat Ara terusik dari tudurnya. Ia membuka matanya perlahan dan menemukan wajah Rendra yang dekat dengan wajahnya.

"abang ngapain disini?" tanya Ara dengan suara serak.

Rendra menunjukkan sehelai rambut yang telah berhasil ia cabut "ngambil ini".

Ara melihat benda yang ditunjukkan Rendra kemudian tersenyum "ini rambut abang? Abang A'a tua ya?"

"bukan, ini rambut kamu tuh lihat rambutnya panjang"

Ara memegang kepalanya, pantas saja ia tadi merasakan perih di kulit kepalanya ternyata karena ulah abangnya.

"dasar bangkotan"

"heh bilang apa tadi?"

Bukanya menjawab Ara malah membenamkan wajahnya di dada bidang Rendra. Melihat Ara yang tidak mau menjawab pertanyaannya dan malah mendusel di dadanya, Rendra mengapit kepala itu dengan erat membuat Ara memukul badannya.

Transmigrasi Antagonis (Ara) Where stories live. Discover now