12

42.4K 6.4K 145
                                    

Daniel membulatkan mata tidak percaya, sebenarnya mamah Rendra punya dendam apa hingga membuat nastar seperti ini.

Rendra kaget dan kesal melihat Daniel yang melepehkan masakan ibunya di depan Rendra.

"lo kenapa dan?" tanya Bayu melihat tingkah aneh Daniel, perasaan nastar itu enak kok. Tidak ada yang salah.

"lo punya masalah apa ndra sama nyokap lo sampe dia bikin nastar isinya wasabi?"

Ya, Daniel terkena jebakan Ara dan memakan nastar yang berisi Wasabi. Jangan remehkan rempah yang satu ini, walaupun hanya sedikit tapi rasa pedasnya waow. Mantap sekali di lidah.

Rendra sontak mengalihkan pandangannya pada Salsa, muka Salsa terlihat memerah mungkinkah?.

"punya lo isinya wasabi?"

Salsa hanya mengangguk ringan sambil menahan rasa terbakar di dalam mulutnya. Ia sebenarnya tadi juga ingin melepeh roti tersebut namun ia urungkan mengingat bekal itu dari ibu Rendra.

Galang dengan cepat menyodorkan minum pada Salsa, ia tak tega melihat Salsa dengan muka merah karena menahan pedas. Galang melirik ke arah meja Ara dan mendapati Ara yang tengah tertawa bersama Aurel, Galang mengepalkan tangannya menahan amarah. Gadis itu tak pernah berhenti untuk mengganggu Salsa.

Galang berdiri, ia akan memberi pelajaran pada gadis licik itu. Ara yang melihat Galang berjalan ke arahnyapun berbisik pada Aurel untuk menyimpan ponselnya atau nanti akan dibanting oleh Galang.

Kris menghela nafas jengah, ia tak menyukai keributan saat berada di kantin.

"gue udah pernah bilang jangan ganggu Salsa!"

Ara menatap mata hitam milik Galang, habis sudah dirinya. Lagi pula kenapa harus Salsa yang memakan nastar isi wasabi dan bukannya Rendra.

"bisu lo?"

"budeg lo?" tanya balik Ara.

Rendra dan yang lain ikut mendekat ke arah meja Ara dengan Salsa yang bersembunyi di balik badan Rendra.

"maksut lo apa ngasih kue kaya gitu? Mau bully Salsa lagi?" Galang menarik lengan Ara hingga ia berdiri.

"sotoy"

Galang mencengkram lengan Ara dengan kuat "lo emang harus dikasih pelajaran biar kapok"

"dimana-mana kalau dikasih pelajaran ya biar pinter! Bego lo?"

Cih!

"parah lo ra, gara-gara lo lidah gue kesemutan nih" Daniel mengipas-ngipasi mulutnya.

"andai ini tuh dunia novel lo pasti yang bakal jadi antagonis dan bakalan dapet sad ending" ucapan Bayu mampu menusuk jantung Ara dengan tepat sasaran.

"si kampret pake ngingetin lagi!" batin Ara meringis mengingat nasibnya.

"gue bakal jadi orang pertama yang bakal nyingkirin si antagonis" ucap Angga enteng sambil melempar tatapan permusuhan pada Ara.

Kenapa tiba-tiba Angga mengajukan diri menjadi perwakilan sang malaikat maut untuk Ara?.

"inget kata abang g*food?" tanya Ara dengan mata yang berkeliling melirik satu persatu mata mereka.

"saya hanya sebagai perantara yang tidak menjamin akan rasa."

Galang yang mulai jengahpun membuka kotak bekal milik Ara dan isinya sama, kue nastar coklat. Galang mengapit kedua pipi Ara menggunakan satu tangan dan tangan yang lainya ia gunakan untuk menyuapi Ara. Ara menolak dengan menggelengkan kepala kuat tapi tetap saja masih kalah dengan tenaga Galang padahal pria itu hanya menggunakan sebelah tangannya.

Galang memaksa kue nastar itu untuk masuk kedalam mulut Ara dan berhasil. Ia melepaskan cengkramannya dan menatap nastar itu yang berisi selai hijau sama dengan yang dimakan oleh Daniel, seketika ia tersenyum miring pada Ara.

Ara mengunyah makanannya dengan menatap penuh kekesalan ke arah Galang.


Tidak terjadi apa-apa.

Ara masih nampak normal, ia membersihkan remah kue yang ada di sudut bibirnya menggunakan ibu jari.

Galang heran, setaunya Ara tidak tahan dengan rasa pedas. Tapi kenapa reaksinya biasa saja?.

Galang memakan sisa kue yang ada di tanggannya, seketika matanya membulat.

"kenapa? Lo mau ngehina masakan ibu gue?"

"licik"

Nastar yang dimakan oleh Ara tadi bukanlah nastar yang berisi wasabi melainkan alpukat. Ara kemarin meminta diajarkan memasak oleh Reta, Ara berkreasi dengan membuat kue berisi wasabi yang ia temukan di dapur dan tentunya ia berikan untuk Rendra.

"nggak usah nyalahin Ara lo, emang tangannya aja yang lagi sial sampe dapet yang isinya wasabi." Aurel berkacak pinggang supaya terlihat galak.

Rendra mengepalkan tangannya saat melihat prilaku Galang yang kurang ajar terhadap Ara "Ara ikut abang!"

Rendra menarik tangan Ara untuk meninggalkan kantin dengan paksaan. Ara yang tangannya ditarik kuat mau tidak mau harus mengikuti langkah Rendra dengan menahan rasa perih di pergelangan tangan.



Sesampainya di halaman belakang Rendra langsung menghempas tangan Ara dengan kasar.

"jelasin!"

Ara menundukkan kepala sambil memaikan ujung kaki bagian kanannya, ia bingung harus menjelaskannya seperti apa karena Ara hanya iseng.

Ya walaupun hanya iseng jika ia salah maka akan tetap salah, Ara tak mau berlindung dengan memanfaatkan kata 'bercanda'.

"liat gue!"

Ara mendongakkan kepalanya dengan ragu. Ara baru menyadari bahwa ia juga punya rasa takut saat melihat wajah Rendra yang sekarang.

"iseng" jawab Ara dengan suara yang sangat kecil.

"apa?"

"Ara cuma iseng" jawab Ara sedikit lebih keras.

"kalau ngomong yang keras"

Ara kembali menundukkan kepalanya.

"Ara tadi niatnya mau ngusilin abang, Ara beneran nggak kepikiran kalau kue itu bakalan abang kasih ke temen abang terus Ara beneran nggak niat buat ngerjain Salsa" Ara memilin ujung baju Rendra sambil terus memainkan ujung kaki bagian kanan. Gerak gerik Ara tak pernah lepas dari mata Rendra hingga sebuah senyum terbit di bibir pria itu.

Rendra senang karena Ara mau memanggilnya 'abang', ia rela jika harus dijahili adiknya setiap hari kalau bisa melihat Ara bertingkah imut seperti ini. Serius.

"jangan marah" walaupun dengan suara kecil namun Rendra yang berada di depannya bisa mendengarnya dengan jelas.

Rendra terkekeh pelan, sejak kapan adikya bisa semenggemaskan ini? Tau begitu Rendra tak akan mengijinkannya keluar rumah.

"Ara liat abang, apa abang kelihatan marah?" tanya Rendra sambil memegang kedua pipi Ara dan mengangkatnya.

"tadi abang marah"

"kan sekarang enggak"

Ara meneliti raut wajah Rendra. Benar, Ara hanya melihat senyum tipis yang menambah kesan tampan pada abangnya ini.

"Ara nggak mau jadi adeknya abang!"

Perkataan itu sontak melunturkan senyum Rendra.

"mau nikahin abang aja huaaa" Ara langsung memeluk tubuh Rendra, jiwa pecinta cogannya tengah meletup-letup. Apa lagi dengan jiwa jamet Ara yang memang tidak tau situasi dan kondisi itu langsung bangkit.

Senyum Rendra menjadi lebih lebar dari pada sebelumnya, ia senang. Akhirnya ia bisa dekat dengan adiknya tanpa harus adanya makian.

****

Tangannya gatel pengen up mulu..

Komenan kalian bikin good mood banget asli.
Makasih buat para pembacaku yang udah mau komen, vote and follow. Sayang kalian banyak".

Papay...

Transmigrasi Antagonis (Ara) Where stories live. Discover now