Bab 19 : Kotak Berwarna Biru

70 18 55
                                    

Gadis bernama Suci itu tampak meremas kertas  fotocopy  sebuah akta kelahiran. Setelah meremas, dia mengulung kertas itu hingga berbentuk bongkahan dan melemparnya ke dalam sebuah tong sampah. Matanya belum lepas dari Juwita yang melenggang bersama Airlangga dan Sabda ke sebuah kursi besi di pojokan koridor. 

Gadis itu berangsur berjalan melewati Juwita, Airlangga, dan  Sabda yang tengah bercerita. Beberapa helai rambut berwarna kecoklatannya sedikit melayang karena langkahnya terlalu cepat. Saat dirinya menoleh ke Airlangga, Airlangga hanya menaikkan kedua alisnya sebagai ganti sapaan untuknya. 

Begitu sampai di toilet wanita Suci membuang napas kasar. Gadis itu secepatnya mencuci wajah putihnya yang mendadak memerah karena pengapnya aula lomba sains. Suci datang diminta untuk menjadi tim pendukung lomba sains sekolah. Gadis itu tidak bisa mengikuti lomba lagi karena sudah kelas XII. Sementara posisinya dulu digantikan oleh Alleta. 

Sudah lama dia memperhatikan gerak-gerik Juwita. Entah mengapa dirinya mendadak kesal saat tiba-tiba gadis itu melihat Juwita membentak-bentak adiknya di sebuah pusat perbelanjaan. Dia tidak menyangka kalau dibaik sifat ramah Juwita ternyata memiliki rahasia yang membuat orang lain benar-benar tidak menyangka sama sekali. 

Selain pernah tak sengaja melihat membentak adiknya, Juwita yang tidak tahu kalau dia satu sekolah dengannya juga pernah membentaknya. Wajah cantiknya berubah seperti monster saat Suci tidak sengaja menyerempet mobil merah Nissan Juke milik Juwita saat masih kelas sepuluh dulu.

Juwita turun dari mobil merahnya. Gadis itu tampak sangat marah dan mendatangi Suci yang memarkirkan motornya di trotoar. "Bawa motor ugal-ugalan!" ucapnya dengan wajah dingin.

Suci yang bukan anak orang kaya merasa sangat gemetaran saat dibentak seperti itu. Suci sangat takut jika ganti rugi gores mobil Juwita sangat mahal.

"Gue janji bakalan ganti pakai uang tabungan. Tapi tolong kasih gue waktu. Ini nomor HP gue. Lo bisa nelpon gue," ucap Suci seraya memberikan kartu namanya.

Juwita tertawa meremehkan. "Gue yakin uang tabungan lo enggak bakalan bisa mengganti gores mobil gue. Ini semua karena kecerobohan lo bawa motor!" 

Suci menatap mata Juwita begitu sebaliknya Juwita. Meski lama berpandangan, Juwita tidak tahu kalau Suci adalah kakak kelasnya di sekolah.  Dari sini gadis itu tahu aslinya Juwita, suka membentak dan merendahkan orang lain. Juwita seolah lupa kalau kekayaan yang dimilikinya hanya sementara. Dan siapa dia di sekolah hampir seluruh siswa tahu, di sekolah baik, ternyata di luaran benar-benar berbeda.

"Lo boleh rendahin gue. Tapi gue janji bakalan ganti supaya lo puas," ucap suci.

"Elo enggak perlu ganti, gue enggak butuh! Lain kali lo hati-hati! Jangan ugal-ugalan!" bentaknya serayameninggalkan suci

"Tapi," bantah Suci.

Juwita menoleh dan mencibir. "Gue enggak ada urusan sama orang kayak lo. Buang-buang waktu," ucapnya seraya kembali masuk mobilnya.

Sesampainya di rumah, Suci banyak termenung. Dia tetap merasa kalau goresan di mobil mulus Juwita adalah sebuah utang. Meski gadis itu tidak memintanya, tetap saja Suci merasa diremehkan oleh seorang Juwita yang dianggap paling cantik dan ramah. Gadis itu merasa heran, mengapa bisa ada orang seperti Juwita. 

Sesampainya di rumah, Suci menceritakan semua ketidak sengajaannya itu. Ibunya yang bernama Rifa, selalu mengajarinya bertanggung jawab. Untuk itu, Rifa dan Suci menemui ayah Juwita yang sangat terkenal bahkan satu sekolah mengetahui ayah Juwita yang legendaris didunia kesehatan gigi. Ibu Juwita ternyata mengenal drg. Khairul sejak lama, hanya saja mereka sudah lama tak bertemu.

Suci diminta duduk di ruang tunggu di luar ruang praktek, sementara Khai dan Rifa banyak bercerita karena sudah lama tak bertemu. Pertemuan haru itu membuat mata Rifa memerah setelah keluar ruang praktek dokter gigi. Namun sebelumnya, Rifa samar-samar mendengar percapan terakhir itu.

Fake Girl (Selesai)Where stories live. Discover now