Bab 16 : Sendirian di Rumah

88 21 65
                                    

Kejutan tak terduga saat pagi-pagi Juwita sudah beraksi membereskan rumah terutama ruang tamu. Gadis itu memulai pekerjaanya dengan mengepel ruang tamu, menyapu. Setelah selasai, dia mencoba membereskan kamarnya yang super berantakan.

Semua pakaian kotor yang menumpuk berhari-hari, akhirnya dicuci. Buku-buku pelajaran disusun rapi sesuai tempatnya. Kertas ulangan yang mayoritas nilai 90 ke atas kembali dia bereskan menjadi satu. Hari ini suasana hatinya sangat senang karena Gama akan datang ke rumahnya.

Juwita mempersiapkan dirinya untuk mengobrol dengan Gama yang terlihat sangat sempurna itu. Bahkan, untuk makan saja cowok itu menghitung kalori. Pantas saja Gama sangat tampan dan tubuhnya juga atletis untuk siswa seusianya.

Juwita menyiapkan minuman dengan gula diet. Dia juga menyiapkan cemilan rendah kalori yang dibeli di supermarket. Semua cemilan dan minuman yang dibeli berasal dari merk yang sama. Merk yang dipasarkan khusus untuk penderita diabetes dan orang-orang yang melaksanakan diet ketat. Gula dan kalorinya sangat rendah, bahkan dalam hitungan nol. Mengingat gaya hidup Gama seperti ini, Juwita senyum-senyum sendiri.

Namun, senyuman Juwita justru disalahartikan oleh Alleta. Alleta mengira kalau Juwita sama seperti dirinya, sedang jatuh cinta. Alleta sesekali melihat keanehan kakaknya yang mendadak rajin. Dia mengira kalau yang datang nanti atau tepatnya yang membuat Juwita mendadak rajin adalah Airlangga.

"ALLETA!" panggil Juwita dari dapur.

Alleta tergopoh-gopoh dari ruang keluarga menuju dapur. "Iya, Kak!"

Juwita menatapnya dengan pandangan remeh dengan kedua sudut bibir yang ditarik. Sejenak gadis itu mengibaskan rambutnya. "Nanti gebetan gue ke sini. Lo enggak boleh banyak omong. Entar gue mau ngobrol sama dia, lo harus layani kami," peringat Juwita.

"Iya, Kak," ucap Alleta.

"Tenang aja, gue kakak yang baik dan kakak yang teladan. Tugas lo cuma buat minuman yang udah gue siapkan dan langsung lo anter minuman dan cemilan itu. Jangan lupa, lo enggak boleh macem-macem apalagi kecentilan," ucap Juwita tegas.

"Apa maksud kakak kecentilan? Aku enggak pernah gangguin gebetan Kakak," jawab Alleta dengan senyum getir.

"Yakin lo enggak kecentilan? Lo lihat aja nanti!" ucap Juwita meremehkan.

"Aku enggak pernah ganggu Kak Airlangga," sanggah Alleta.

"Lo seyakin itu, kalau yang dateng Airlangga? Lo lupa gue cewek paling cakep di sekolah! Gue bisa tunjuk siapa pun cowok yang gue suka!" semprot Juwita.

"Terserah Kakak," jawab Alleta.

"Gue mau facial dulu. Biar gue cakepan dikit. Semua dekorasi ruang tamu jangan lo ganggu. Jangan lo kembalikan! Biar gue yang kembalikan!" tutup Juwita.

Dua jam kemudian, Juwita pulang facial dari salon langganan ibunya yang tak jauh dari rumah. Gadis itu berjalan melenggang dan mengganti pakaiannya dengan pakaian terbaik. Dia memilih gaun selutut berwarna hijau muda. Wajahnya tak perlu dipoles bedak tebal, bibirnya juga hanya dia pulasi liptint berwarna coral.

Suara mesin diesel sebuah mobil akhirnya sampai di halaman rumah. Juwita mengintip dari jendela ruang tamu. Ternyata Gama benar-benar datang. Cowok itu datang dengan mobil Triton double cabin berwarna abu-abu mengkilat yang biasa dia pakai ke sekolah. Mobil yang sangat maskulin dan cocok sekali jika yang turun adalah Gama. Dari jendela Gana terlihat ganteng mengenakan kaca mata hitam.

"Assalamualaikum," sapa Gama saat sampai di depan pintu.

"Walaikumsalam," jawab Juwita seraya berputar memamerkan baju barunya.

"Wau, cantik sekali," takjub Gama setelah membuka kacamata hitamnya.

"Makasih," jawab Juwita yang langsung mengamit lengan kekar Gama.

Gama duduk manis di ruang tamu sambil melihat sekeliling ruang tamu yang didesain minimalis modern. Tak banyak foto yang terpajang di sana. Hanya ada beberapa foto Juwita, lukisan etnik, patung etnik kontemporer. Rumah Juwita dominan putih dengan unsur modern yang terlihat dari sofa putih.

"Sendirian di rumah?" tanya Gama setelah celingukan.

"Enggak juga, sih. Ada sepupu aku," jawab Juwita yang memposisikan duduknya di sebelah Gama. Juwita sengaja menyebut Alleta adalah sepupu.

"Kirain kita berdua aja. Kalau berdua kan ...." Gama menghentikan ucapannya seraya menggosok-gosok tangannya dan memutar bola matanya ke atas.

"Kenapa, kalau berdua?" potong Juwita.

"Kalau berdua, yang ketiga kan se... tan," sahut Gama ragu-ragu.

"Jadi kamu bilang sepupu aku setan?"

"Eh, enggak, kok! Aduh jadi salah ngomong gini," ralat Gama. "Grogi, sih."

Beberapa detik saling diam, akhirnya Gama kembali berbasa-basi dengan Juwita. "Aku enggak bawa apa-apa, sih. Nih, buat kamu." Gama mengeluarkan bunga mawar merah dari tas ranselnya dan langsung dia berikan kepada Juwita.

"Wow, makasih," jawab Juwita.

Mereka kembali bercerita ringan perihal lomba, keluarga, dan hobi masing-masing. Namun pada  akhirnya, Juwita melancarkan aksinya dengan mulai menggoda Gama sengaja untuk memanas-manasi Alleta. Juwita memposisikan duduknya sangat dekat dengan Gama. Bahkan, tiba-tiba dia menyandarkan kepalanya ke bahu Gama.

"Aduh, apa nih?" tanya Gama kaget setelah Juwita menyadarkan kepala di bahunya.

"Enggak apa-apa. Aku pegel, pengen nyandar aja," ucap Juwita diiringi tawa jahil. Menahan tawa jahil gadis itu mengulum senyum.

Dih, lo tenang dikit napa, sih! Gak enak banget sandar di bahu lo, tau. Udah keras, gerak-gerak lagi. Huh!

"Aduh, aku jadi gimana, gitu. Gerah! AC-nya mati ya?" tanya Gama gelisah. Juwita masih menyandar di bahu Gama. Gama merasa tak enak menolaknya.

"Oh, iya. Maaf, aku lupa nyalakan AC." Juwita pun berdiri dan mengambil remot AC yang tergeletak di bufet. Setelah menyalakan AC, Juwita kembali bergelendot manja.

"Ya ampun, kamu ngagetin," protes Gama setelah Juwita kembali bersandar. "Oh, iya. Maaf, aku haus. Bisa ambilkan aku minum?" Gama sengaja meminta minum supaya Juwita menyingkir dan mengambilkan minum.

"Aih, aku lupa. Maaf, dari tadi harusnya minuman udah ada. Bentar, ya," ucap Juwita.

"Letta," panggil Juwita dengan kalem.

Mendengar panggilan Juwita, Alleta langsung berdiri. Cewek itu duduk di ruang keluarga hanya untuk menunggu panggilan dari Juwita. Panggilan pelan dan anggun Juwita bisa dia dengan dengan jelas. Sebab tadi Juwita sudah mengatur semua.

Beberapa menit kemudian Alleta masuk ke ruang tamu dengan membawa nampan berisi dua cangkir teh dan cemilan yang disiapkan Juwita. Teh manis rendah gula dan roti gandum rendah kalori dan lemak. Alleta mengerutkan keningnya dengan makanan di nampan yang semuanya seperti sangat sehat.

Saat di ruang tamu, tiba-tiba Alleta sangat terkejut karena Juwita bergelendot manja bersandar di bahu cowok pujaanya, Gama.

Alleta melotot, nampan berisi minuman dan makanan itu mendadak bergetar pelan. Alleta mencoba bersikap biasa saja, gadis itu meletakkan minuman dan makanan di meja ruang tamu.

"Kamu?" sapa Gama heran dengan suara beratnya pada Alleta.

Alleta mengangguk dan berjalan kembali ke ruang tengah.

"Ayo, silakan diminum Ga," ucap Juwita. Gadis itu berusaha menahan tawa. Dia merasa berhasil mengerjai Alleta dan Gama.

"Tunggu, tunggu!" panggil Gama. Setelahnya Gama menggeser tubuhnya sedikit menjauh dari Juwita. Hal itu membuat Juwita tak lagi bersandar di bahunya.

"Alleta, sini!" panggil Gama.




Fake Girl (Selesai)Where stories live. Discover now