Bab 18 : Lomba Sains

93 18 66
                                    

Setelah latihan berhari-hari bahkan begadang, akhirnya Gama sudah berada di hari H lomba sains se-Indonesia. Cowok itu akhirnya mendapatkan apa yang dia impikan --mewakili sekolah dalam ajang bergengsi.

Selama proses latihan dan belajar, Gama hanya sesekali menunjukkan perhatiannya pada Juwita. Selebihnya, cowok itu sibuk latihan menjawab soal-soal HOTS² dengan Alleta. Gama merasa tidak perlu banyak membantu Juwita karena sebenarnya dia yang seharusnya dibantu Juwita.

Meski cowok itu berlatih keras, tetap saja dia masih terlihat sehat bugar. Mungkin karena pola hidup sehat, rajin olahraga, dan disiplin yang selalu dia junjung tinggi. Gama dan peserta lainnya dari SMA Cendekia mendapatkan pengarahan dari Pak Yance, guru matematikan di sekolah.

"Babak penyisihan, kita akan menjawab ratusan soal. Setalah kita masuk babak semi final, kita akan diminta duel menjawab soal yang diberikan panitia. Antara kita dengan sekolah lain akan diberi soal yang sama. Kalau kita salah jawab nilai akan min sepuluh. Kalau benar plus tiga puluh," terang Pak Yance.

Semua siswa mendengarkan penjelasan Pak Yance dengan saksama, termasuk Juwita yang sangat pintar itu. Tahun lalu, gadis itu memenangkan lomba ini dalam pelajaran matematika. Sedangkan tahun ini, dia digeser Gama dan terpaksa mewakili fisika. Penggeseran Juwita ke fisika bukan karena dirinya tidak masuk kriteria, tetapi sekolah memang ingin mendapat Juara di lomba Fisika. Sekolah yakin Juwita bisa meraihnya, sebab gadis itu sangat pintar. 

"Bapak harap, tidak ada yang tegang. Bapak yakin semua bisa. Cendekia?"

"Bisa!" jawab seluruh siswa serempak.

***

Seluruh siswa duduk sesuai dengan nomor yang disediakan panitia. Masing-masing pelajaran dilokasikan di ruangan terpisah. Mereka menjawab ratusan soal dalam waktu yang ditentukan panitia.

Dua jam kemudian, hasil lomba sains langsung ditayangkan di sebuah monitor besar di koridor ruangan lomba. Sudah dipastikan dari kelompok fisika nomor satu adalah Juwita. Sementara kelompok matematika, Alleta berada di posisi nomor satu. Gama berada di posisi sepuluh. Sebuah peningkatan prestasi bagi Gama karena cowok itu tahun lalu berada di posisi empat puluh.

Hah, Gama nomor sepuluh? Pasti dia udah belajar mati-matian sama mepetin Alleta pas latihan.

Sambil menunggu jadwal babak berikutnya, Juwita bersandar di koridor  Aula lokasi lomba sambil bersedekap. Matanya menangkap interaksi antara Gama dan Alleta dari jauh. Mereka tampak makin akrab saja.

"Mereka akrab, ya?" ucap Sabda tiba-tiba.

Juwita menoleh sejenak, tersenyum, lalu kembali dengan bola mata yang diputar ke atas. Gadis itu sebal dengan Sabda yang mendadak muncul.  Tadi Sabda datang dengan serombongan anggota OSIS sebagai tim penyemangat. Cowok itu merasa sok akrab denganya semenjak dirinya berhasil memberikan nomor ponsel Airlangga secara cuma-cuma.

Ngapain sih ke sini? Bawa aura negatif banget. Eneg gue lihat gigi palsunya. Tiap kumur aja, gigi palsunya lepas.

"Iya, Kak. Emangnya kenapa?" jawab Juwita ramah seraya menoleh.

"Aku denger-denger kamu deket sama Gama, ya?"

Pengen tau aja, sih! Cowok kepoan.

"Enggak juga, Kak. Aku deketnya sama kamu," rayu Juwita. Niat gadis itu hanya mengalihkan pertanyaan dan rasa ingin tahu Sabda.

"Ah, kamu. Bilangnya kita deket, kita cocok. Pas aku ajak jadian, eh kamunya malah suka sama Airlangga," cibir Sabda.

Suka-suka gue dong, mau suka sama siapa. 

Fake Girl (Selesai)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon